Adrian

342 12 0
                                    

Sepergian Stevan, raya kembali terisak kencang ia duduk di bawah dengan menundukkan kepalanya hingga menyentuh siku kakinya, sekarang bahkan Stevan tampak menyebalkan didepannya.

Seseorang baru saja menghentikan motornya, ia mengabaikan itu, ia benar benar bingung, ia hanya ingin meminta bantuan kepada Stevan namun pria itu terus membahas tentang Arsen padahal ia tak akan membicarakan tentang nya.

Seseorang menepuk pundak nya "mbak, kenapa disini, mau saya anter pulang?" tanya seseorang, tapi ditelinga raya suara itu tak asing.

Ia mengangkat kepalanya yang basah akan air mata kemudian memeluk sahabatnya itu, Adrian, Adrian pun terkejut saat melihat wajah temannya itu, segera ia membalas pelukan raya yang masih terus terisak.

"Raya lo kenapa?" tanya Adrian khawatir kemudian mengelus rambut raya, namun bukannya menjawab raya masih setia menangis.

"Ayo duduk diatas aja" ujar Adrian kemudian keduanya berpindah duduk diatas kursi yang berada di halte bus.

"Lo kenapa Ray?" ulang Ardian saat pertanyaan sedari tadi belum dibalas.

Raya berusaha menghentikan tangisannya kemudian mulai menceritakan kejadian tentang hari ini sampai ia bisa disini.

"Gue takut Yan" kata raya dengan air mata yang masih mengalir.

Seseorang yang tak jauh dari mereka kini cukup terkejut mendengar cerita dari raya, ia seketika menyesali ucapan nya kepada raya yang belum lama.

"Udah pada anjing dah si Arsen sama Stevan, udah, sekarang ke rumah gua aja, tidur di rumah gua aja, besok gua anter kerumah lo" ujar Adrian

Raya menggeleng "enggak usah Yan, makasih banyak ya"

Adrian menghela nafas panjang "terus lo mau balik? lo gak takut Ray, Bang Bryan baru gitu, besok aja baliknya, ayo ke rumah gua aja" ujar pria itu

Raya tampak bingung, ia sejujurnya masih takut dengan Bryan, jika ke tempat saudaranya itu pun cukup jauh dan gadis itu tak ingin merepotkan mereka.

Dan takutnya jika keluarganya menyalahkan Bryan, lalu bryan semakin marah dengan nya, ah raya tak mau itu terjadi.

"Ayo Ray" ujar Adrian kemudian menggandeng raya agar gadis itu bangkit, kemudian segera ia berjalan kearah motor pria itu dan langsung melesat kerumah Adrian.

Disepanjang perjalanan raya masih terus mengeluarkan air mata, hari ini benar benar hari terburuk bagi dirinya, namun ia tetap bersyukur masih mempunyai teman seperti Adrian.

Beberapa menit kemudian sampailah di rumah Adrian yang seperti nya sudah lama tak ia kunjungi, raya berusaha menghentikan air matanya lalu membersihkan wajah basahnya menggunakan tangannya.

Tok tok tok!

Ketukan pintu dari tangan Adrian itu belum dibalas, Adrian terus mengetuk pintu rumahnya, dan akhirnya terbuka, menampilkan bunda Adrian yang kerap ia sapa Tante Ela.

"Kenapa baru pulang jam setengah sebelas ha? tidur di luar aja kamu"

"eh raya? tumben banget kesini, loh kok nangis, kamu kenapa? Adrian kamu apain raya ha?" lanjut Tante Ela sembari berjalan mendekati raya kemudian mengelus rambut hitam milik raya.

Adrian berdecak "Bun, raya nginep disini sehari ya"

Tante Ela mengangkat salah satu alisnya bingung "iya boleh tapi kenapa? ayo masuk dulu"

Tante Ela dan kedua remaja itu memasuki rumah tersebut kemudian Adrian mulai menceritakan tentang yang raya ceritakan tadi, tentunya dengan izin raya.

"Inalillahi wa innailaihi Raji'un, yaudah raya kamu disini dulu aja sementara, nanti tidur di ruang tamu dulu ya kalo ada apa apa bilang Tante ya, tante udah anggap kamu anak Tante sendiri makan dulu ya, habis itu terus istirahat"

Raya tersentuh dengan ucapan Tante Ela barusan, ia menjadi sedikit bersemangat untuk menjalani hidupnya, ia tersenyum tipis "makasih Tante, enggak usah Tante aku baru ga laper"

"Yaudah gua anter ke kamar nya aja ayo Ray" ujar Adrian

Raya menoleh ke arah Tante Ela meminta persetujuan, Tante Ela mengangguk "yaudah kamu istirahat ya"

Raya mengangguk "permisi Tante" ucapnya saat hendak meninggalkan Tante Ela yang masih duduk di sofa sementara ia mengikuti Adrian dari belakang.

"Nah disini Ray, tidur aja kalo perlu kunci dari dalem, ada kuncinya di pintu, gua tinggal ya" ujar Adrian saat keduanya sudah berada didepan kamar kosong dirumah pria itu.

Raya mengangguk paham "makasih banyak ya Yan" ujar gadis itu dibalas senyuman dan anggukan Adrian, kemudian pria itu segera pergi dari hadapannya.

Raya pun segera memasuki kamar yang kali ini akan ia gunakan, kemudian segera berbaring di ranjang tersebut, tak lama gadis itu terlelap.

***

Kini jam di ponsel raya menunjukkan pukul 06.30, dan raya sudah bangun, ia baru saja mengecek ponselnya, terdapat banyak notifikasi dari Arsen dan juga Stevan tak lupa terdapat beberapa notifikasi dari Fany juga

Tapi kali ini ia tak berniat untuk membalasnya, mungkin nanti, ia mematikan ponselnya lalu menopangkan dagunya menghadap jendela yang ia buka tadi sembari terus memikirkan apa ia harus pulang? namun ia masih sedikit takut dengan Bryan.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan raya, gadis itu segera berjalan menuju pintu kamar itu.

"Ray, bangun belum?"

"Udah Yan, kenapa?" tanya raya sembari membuka pintu yang semalam ia kunci.

Pria yang kini didepannya itu menggeleng "ayo makan, habis itu gua anter pulang"

Raya mengangguk kemudian keduanya mulai melangkah beriringan menuju meja makan "Yan, nanti anter ke makam bentar boleh?"

Adrian menoleh sekilas "iya boleh"

"Eh raya sudah bangun, ayo dimakan dimakan" ujar Tante Ela yang baru saja menyelesaikan menata meja dapur.

Raya hanya mengangguk kemudian mengulumkan senyumnya, mereka pun segera menyantap makannya masing masing sesekali ayah dan bunda Adrian menanyai kondisinya.

Dan raya bersyukur akan hal itu.

"Udah ya Bun, yah, mau nganterin raya ke makam bentar sekalian anter pulang" ujar Adrian kemudian mulai beranjak dari duduknya diikuti raya.

Ayah Adrian mengangguk "Hati hati ya"

Adrian mengangguk.

"Yasudah sana hati hati ya Yan, raya mau bawa pulang makanan enggak?" tanya Tante Ela dibalas gelengan raya.

"Gausah Tante makasih banyak ya, maaf ngerepotin" ujar raya

"Enggak raya, santai aja" ujar Tante Ela, raya mengulas senyumnya hangat.

Sementara Adrian menyodorkan tangannya di depan bundanya, Tante Ela mengangkat salah satu alisnya bingung.

"Duit dong Bun" ujar Adrian kemudian menampilkan gigi putihnya.

Tante Ela mendegus kemudian merogoh sakunya dan memberikan selembar uang berwarna biru, Adrian pun dengan senang menerimanya "oke makasih bun pamit dulu" ujar Adrian kemudian melangkah keluar.

Raya pun ikut berpamitan "Pamit dulu om, Tante, terimakasih banyak" ujarnya kemudian mengikuti langkah Adrian dari belakang.

𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐙𝐎𝐍𝐄 𝟏 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now