Pulang hari ini

289 14 0
                                    

"Banggggg, akhirnyaaaa, mamah sama papah pulang hari ini, baru diperjalanan bang" ujar raya sedikit keras yang baru saja membaca pesan dari mamahnya sembari berjalan kearah Bryan yang tengah sibuk menyantap mie instan di meja makan.

Hari ini ada bedanya, jika biasanya Bryan seperti gembel, kali ini ia sudah rapi dengan pakaiannya, segera raya menghampirinya dan duduk didepan pria itu sembari bermain ponsel.

Pria itu mengangguk kemudian segera menghabiskan makanannya "oiyaa oke, gua mau ke rumah temen dulu cil, entar kalo ditanyain mamah sama papah bilang aja gitu, penting ini, lu kalo mau makan masak mie instan aja dulu, gua duluan ya, hati hati dirumah" ucapnya kemudian menaruh piringnya di wastafel

Mengambil ponselnya yang berada di meja makan lalu mengacak pelan rambut raya "gua berangkat ya dek"

"Iya, hati hati" ujar raya tanpa menoleh.

Jam dinding menunjukkan pukul 11.00, raya mendegus pasalnya kedua orangtuanya belum juga sampai di rumahnya, padahal biasanya hanya memakan waktu sekitar dua jam, saat ia hitung dari mamah nya mengirimkan pesan untuknya sudah empat jam yang lalu.

Raya tentu masih setia menunggu dengan semua hal hal yang bisa menghabiskan waktu nya mulai dari menonton televisi, bermain dengan ponselnya, memakan camilan yang berada di meja tamu, hingga akhirnya kini jam dinding sudah menunjukkan pukul 12.00.

Tulit tulit tulit

Suara sirene ambulan terdengar cukup keras didepan rumah raya, gadis itu mengangkat salah satu alisnya, seketika jantungnya berdegup kencang, berbagai pikiran buruk ia tepis

Ia mulai melangkah dan melirik dari jendela rumahnya, terlihat tampak beberapa petugas rumah sakit tengah hendak membuka ambulans bagian belakang.

Kali ini raya masih berpikir positif, mungkin saja tetangganya?

Namun tak lagi saat melihat Tante nya yang kerap ia panggil Tante Yani, yang rumahnya tak jauh dari mereka, ia tengah menangis dan datang dari mobil belakang, jantung raya kembali berdegup kencang.

Ia membuka pintunya dengan perasaan yang tak karuan, bingung, Tante Yani tak sengaja meliriknya kemudian berjalan kearahnya lalu memeluknya dengan isakan tangisnya, raya semakin heran.

"Loh Tante, ini siapa? kok disini?" tanya raya heran saat melihat para petugas rumah sakit membawa kedua bangkar yang tertutup kain putih kemudian memasukan nya kedalam rumah raya.

Isak tangis Tante Yani semakin jelas, raya menoleh ke arah tantenya " Tante ini kenapa sih? itu siapa?"

"Mamah papah kamu Ray, kak Sandra sama kak Hendra" balas Tante Yani kemudian kembali terisak.

Mendengar jawaban dari Tante Yani jantung raya berdegup kencang, ia menggeleng keras "Tante jangan bercanda, ga lucu Tan" ujar raya dengan air mata yang tiba tiba lolos dari matanya

Kemudian gadis itu mulai masuk kedalam rumahnya, bersamaan dengan petugas rumah sakit yang baru saja keluar, ia membuka kedua kain tersebut dengan tangan yang sedikit bergetar.

Dan betapa terkejutnya yang dikatakan Tante Yani benar, seketika raya lemas, kemudian tak sadarkan diri.

***

Raya bangun ia melirik kearah jam dindingnya yang menunjukkan pukul 13.50 kini ia berada di ruangan yang tak asing lagi baginya, ya, dikamarnya.

Ia melirik kesamping mejanya yang terdapat makanan dan minuman disana, samar samar ia mendengar seperti suara Al Qur'an yang tampak tak jauh dari nya.

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan Tante Yani dengan mata merah yang sedikit membengkak berjalan kearahnya kemudian duduk disamping gadis itu "Raya, kak Sandra sama kak Hendra mau di makam in bentar lagi, raya mau ikut?" tanya Tante Yani halus dengan mengelus rambut hitam raya.

Gadis itu menggeleng "enggak, enggak, ini cuma mimpi kan Tan" ujar raya kemudian menampar wajahnya berkali kali, berharap ini hanya mimpi dan segera kembali di dunia aslinya.

Tante Yani tentunya sebisa mungkin menghentikan aksi itu, ia menggenggam kedua tangan raya, "enggak raya, ini bukan mimpi" ujar Tante Yani yang bisa membuat raya lemas seketika.

Raya mematung dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya "tunggu bentar ya raya" ujar Tante Yani, yang tak mendapatkan respon.

Tak lama Tante Yani datang dengan anaknya yang kini berumur tujuh tahun, Tari.

"Raya, Tante, om, nenek sama yang lainnya ke pemakaman dulu ya, kamu kalo gak ikut disini sama Tari aja ya" ujar Tante Yani kemudian meninggalkan keduanya.

Raya masih tak bergeming matanya terus mengeluarkan air mata, sementara Tari gadis kecil itu berjalan mendekati raya, duduk di ranjang samping raya berada sembari membersihkan wajah raya yang basah akan air mata menggunakan tangannya.

"Kak Raya, jangan nangis ya, nanti aku juga ikut sedih, nanti pasti mamah papahnya kak raya juga ikut sedih disana" ujar gadis cilik itu sembari memasang wajah sedihnya.

Namun bukannya menghentikan tangisannya, tangisan gadis itu semakin kencang, raya memeluk hangat tari sembari terus menangis.

***

Jam dinding di kamar raya menunjukkan pukul 21.00, dan raya belum juga keluar dari kamarnya, ia terus menangis, bahkan ia sampai lupa dengan keadaan abangnya, Bryan.

Cklek!

"Raya, tante pulang dulu ya" ujar Tante nya itu sembari menggendong tari, pasalnya gadis kecil itu sudah tertidur.

Raya mengangguk lesu "Bang Bryan dimana Tan?"

Tante Yani tampak menghela nafas "tadi pas kamu pingsan Bryan dateng terus marah marah, dia belum bisa terima kayanya, dia sempat ke kamarnya bentar terus pergi keluar, matanya merah, Tante udah nyegah Bryan buat dirumah aja tapi Bryan kekeh mau pergi Ray"

Raya mengangguk paham, sedikit bersalah juga dengan kedua orang tuanya, pasalnya tak ada salah satu anak nya pun yang mengantarkan mereka dirumah terakhirnya.

Besok ini, ia harus mengunjungi makam kedua orang tuanya.

"Yaudah makasih banyak ya Tan, maaf raya gak bisa bantu apa apa" ujar raya

Tante Yani mengangguk paham "udah gapapa, Tante pulang dulu ya, di dapur masih ada nenek Rani sama Kak Kayla, keluargamu yang rumahnya jauh tadi langsung pulang Ray" jelas Tante Yani

Raya mengangguk paham "iya tan, makasih banyak ya"

Tante Yani mengangguk "Tante pulang dulu, jangan lupa makan ya raya" ujar nya kemudian segera meninggalkan kamar raya.

Raya sekali lagi mengangguk paham, kini kepalanya sedikit berdenyut.

Tok tok tok!

"Raya" panggilan dari suara khas milik neneknya.

"buka aja nek, gak dikunci" ujar raya, tak lama pintu terbuka menampilkan nenek Rani dan juga Kayla yang kini berdiri disampingnya.

Nenek nya itu mengulas senyumnya "raya, mau nenek tinggal disini atau pulang aja?" tanya neneknya meminta persetujuan raya.

"Eh, nenek kalo mau pulang aja, aku gamau ngrepotin nenek, lagian raya berani kok, bang Bryan juga gak pernah nakal" ujar raya meyakinkan.

Nenek nya mengangguk "ya sudah, nenek sama Kayla pulang ya, kamu tetep hati hati ya sendirian dirumah, apa mau nenek tunggu sampe Bryan pulang dulu?"

Raya menggeleng "enggak nek, gausah, palingan bang Bryan dirumah temennya, bentar lagi pulang kok" ujar raya, gadis itu benar benar tak ingin merepotkan siapapun, apalagi keluarga besarnya sudah sedari tadi siang disini.

"Ya sudah, nenek pulang dulu ya" ujar neneknya dibalas anggukan raya.

Kayla menepuk pelan pundak raya sembari tersenyum tipis "gua pulang ya Ray, langsung istirahat aja udah malem" ujar Kayla kemudian segera berjalan dibelakang neneknya.

Raya mengangguk paham "makasih ya kak, nek" ujarnya dibalas anggukan oleh keduanya

"Iya nak" ujar neneknya.

𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐙𝐎𝐍𝐄 𝟏 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang