9-Damn it

43.2K 4.9K 1.2K
                                    

Jangan lupa untuk share cerita Zeya Transmigration ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓

Saya akan berterimakasih banget kalo kalian mau mengembangkan cerita Zeya Transmigration agar dikenal banyak orang

Dilarang salah lapak/menyebutkan karakter tokoh cerita lain di cerita Zeya Transmigration!!!

Akun sosmed :

IG : @icha_a.a

Tiktok : ichasthetic

Happy Reading💕

______________________________________

Zeya menatap sekitarnya, lalu diam-diam mengacungkan jari tengahnya kearah Max kala lelaki itu mengejeknya. Babi! Makinya tanpa bersuara, karena dirinya duduk diantara Viktor dan Romeo, sementara dihadapannya ada para rekan bisnis sang Papa.

Max menajamkan tatapannya. Bangsat! Balasnya tanpa bersuara, sama seperti Zeya.

Zeya berdecih sinis, kemudian mengalihkan tatapannya kearah Romeo, ia menyentuh lengan pria itu. "Kak Romeo," panggilnya.

Romeo menoleh, menatap lembut wajah cantik gadis kesayangannya. "Kenapa, sayang?"

"Dia." Zeya menunjuk Max yang tengah memperhatikannya. "Dia daritadi natap Kak Romeo mulu." Ia menatap Max dan tersenyum jahil.

Lantas, Romeo mengikuti arah tunjuk Zeya. Manik cokelat kehitamannya bertubrukan dengan manik biru keabu-abuan milik Max. Keduanya sama-sama menatap datar.

Zeya mendekatkan bibirnya ke telinga Romeo, berbisik disana, "jangan-jangan, dia suka Kak Romeo." Zeya tersenyum miring, otaknya lagi sengklek. Maafkan gadis itu ya.

Romeo langsung menatap tajam Zeya. Terkejut mendengar omong kosong yang keluar dari mulut gadis itu. "Ngaco kamu!"

Zeya terkekeh kecil. Ia refleks menjauhkan wajahnya saat Romeo ingin mencubit pipi chubby-nya.

"Yaya." Zeya mengalihkan atensinya ke sumber suara. Wahyu, Ayah dari Garvan lah yang memanggilnya. Pria paruh baya itu tersenyum hangat kearah Zeya.

"Kenapa, om?"

"Kamu sudah punya pacar atau belum, Nak?" Pertanyaan dari Wahyu mengejutkan mereka semua yang berada di ruang tamu milik keluarga Madrigal. Apalagi Garvan, nampaknya lelaki datar itu tengah menahan rasa malu atas penuturan tanpa beban yang dilontarkan sang Ayah.

Maksudnya apa coba, Ayahnya bertanya hal seperti itu?

Zeya terdiam sejenak, lalu mulut mungilnya terbuka untuk bersuara, "sudah." Kini jawaban dari Zeya tak kalah mengejutkan. Bahkan Romeo dan Viktor terbelalak tak percaya.

"Siapa?"

Oke, api kemarahan di dalam diri Romeo membludak, namun saat mendengar jawaban Zeya, api itu langsung padam.

"Anang Hermansyah, om." Zeya tertawa sendiri. Ia menghindar kala Romeo ingin mencium pipinya. Sudah dibilang bukan, jika Romeo tak bisa diam jika berdekatan dengannya.

"Gila," cibir Max pelan. Tak mengerti lagi dengan otak gadis itu.

Para pria tertawa kecil mendengar jawaban Zeya yang ngawur. Ya, lucu dan bego bercampur menjadi satu.

Romeo seperti ingin menerkam gadis itu, terlalu menggemaskan dimatanya. "Kita ke kamar ya, sayang," bisik Romeo ke telinga Zeya.

Zeya meremang mendengar suara berat Romeo. "Kenapa?" tanyanya. Tatapan kebingungannya menyelami manik cokelat kehitaman milik Romeo.

Zeya Transmigration (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang