25-MoLi meresahkan!

24.5K 3.6K 2.9K
                                    

Jangan lupa untuk share cerita Zeya Transmigration ke teman-teman kalian atau sosmed ya 💓

Saya akan berterimakasih banget jika kalian mau mengembangkan cerita Zeya Transmigration agar dikenal banyak orang.

Dilarang salah lapak/ menyebutkan karakter tokoh cerita lain di Zeya Transmigration!!!

Akun sosmed :

IG : @icha_a.a

Tiktok : ichasthetic

Jangan lupa untuk ramein setiap paragraf, okay👌

Happy Reading 💕

______________________________________


"Kenapa duduk sendirian disini?" Zeya duduk disebelah Garvan yang menyendiri di halaman belakang sekolah. Duduk beralaskan rerumputan, berteduh dibawah pohon rindang, walaupun masih ada celah bagi cahaya sang mentari untuk menembusnya.

Garvan menoleh kesamping. Ia mengerjapkan matanya lambat saat gadis itu tersenyum tipis kearahnya. Garvan memperhatikan gerak-gerik Zeya yang tengah membuka bungkusan roti, kemudian membagi dua roti tersebut dan memberikannya pada Garvan.

"Ini."

Garvan menerima roti isi coklat itu. Ia menatap roti yang dipegangnya, kemudian beralih lagi memperhatikan Zeya.

"Kenapa belum dimakan? Kak Garvan gak suka roti? Kalo gak suka, gak apa-apa, biar gue makan." Zeya ingin mengambil roti yang dipegang Garvan, namun laki-laki itu langsung memakannya.

"Gue kayak bicara sama pohon," sindir Zeya pada Garvan, karena laki-laki itu hanya diam sedari tadi.

Garvan menghentikan kunyahannya. "Makasih."

"Oh, orang toh." Zeya terkekeh ringan. "Gue kira pohon, diam mulu."

"Yaya," panggil Garvan.

"Iya?"

Zeya membulatkan matanya saat wajah Garvan mendekati wajahnya. Aroma maskulin laki-laki itu menyeruak masuk ke indera penciumannya. Segera gadis itu memalingkan wajah. "Ada coklat." Garvan mengusap sudut bibir Zeya yang terdapat cokelat. Dengan reflek, Zeya kembali menghadapkan wajahnya ke arah Garvan, sehingga bibir mereka hampir bersentuhan.

Keduanya terdiam dalam posisi seperti itu, saling mengunci tatapan satu sama lain. Kemudian Garvan mengulurkan tangannya, menyampirkan helaian rambut Zeya ke belakang telinga gadis itu. "Gue suka roti." Ia baru menjawab pertanyaan Zeya yang tadi. "Gue juga suka sama lo."

"Heh?" Zeya sedikit tersentak mendengar perkataan terakhir Garvan.

Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo cantik." Garvan mengalihkan pembicaraannya, kemudian kembali memakan roti tersebut.

Zeya berdehem singkat. "Makasih," jawabnya canggung.

"Manis."

Zeya Transmigration (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang