Extra : Tenjiku Gang

694 150 52
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa!
Yuk vote! 😍

Bila ada kesalahan penulisan/typo, tulis di komentar :)

---------------
AGAPE
Ryuguji Ken x Your Name
◽️◽️◽️
By : Deandmt_
------------------------------

Izana berjalan di bawah rintik hujan dengan payung transparan ditangan kanan. Malam ini dia tidak datang sendirian. Beberapa orang petinggi tenjiku juga turut serta hadir bersama dan melangkah pelan menyusuri setiap nisan yang telah mereka lalui.

Pergerakan seketika terhenti saat mereka menatap sandu satu nisan yang di depannya penuh dengan bunga layu akibat termakan waktu.

Ini sudah beberapa bulan berlalu sejak gadis itu pergi.

Rasanya begitu sunyi.

Kini tidak ada lagi seseorang yang mereka nantikan kedatangannya karena sosoknya memang telah menghilang.

Mereka bergerak maju untuk sedikit berjongkok, kemudian meletakkan buket bunga berbeda yang beraroma wangi dan tampak indah juga segar.

Izana duduk bersila sambil memejamkan mata, dibelakangnya berdiri Haitani bersaudara yang berjajar dengan Kokonoi dan Kakucho. Mereka diam berselimut keheningan yang beriringan dengan hujan.

“Hah, kenapa hatiku rasanya sakit saat melihatnya pergi?”

“Kurasa sudah berulang kali aku melihat orang mati disekitarku. Tapi rasanya biasa saja.”

Rindou berucap, matanya menatap lurus ke depan tepat pada nisan yang bertuliskan nama gadis itu.

“Itu benar. Mungkin karena kita memiliki ikatan. Makanya kita juga turut merasakan sakitnya.”

Kakucho menjawab dengan pandang mata yang sulit diartikan. Rasanya ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gadis itu telah pergi untuk selama-lamanya.
Lelaki bersurai perak itu mendongak, iris violetnya memantulkan bayangan masa lalu yang mungkin tidak akan pernah bisa terlupakan.

“[name], kurasa aku– tidak, kami semua menyukaimu.”

“Tapi tidak ada salah satu dari kami yang berniat menjalin hubungan denganmu.”

“Apa kau tahu alasannya?”

Sejenak Izana terdiam kemudian tersenyum sendu, “Karena ikatan pertemanan dan kekeluargaan jauh lebih indah daripada ikatan yang hanya melibatkan cinta di dalamnya.”

Mereka hanya diam, akhirnya selama ini perasaan yang telah mereka simpan telah tersampaikan. Meski disaat yang tidak tepat, tapi ini adalah pilihan terbaik untuk mengungkapkannya.

Mereka sengaja memendam agar keseharian diantara mereka tidak ada dan tidak akan pernah berubah.

“Ya, dia benar. Daripada cinta bukankah lebih baik kita semua memilih kasih sayang yang sudah pasti disertai cinta di setiap tindakannya?”

“Karena itu, kami semua selalu menyayangimu.” Ucap Kakucho.

Kokonoi yang semula hanya berdiam diri di belakang tubuh Izana kini melangkah maju lalu berjongkok untuk membersihkan makam sang gadis dari daun jatuh berguguran yang membuat tempat peristirahatan terakhirnya menjadi sedikit rusuh.

“Tapi jangan berharap lebih pada Kokonoi karena dia sudah memiliki gadisnya sendiri.” Gumam Kakucho lirih namun masih dapat terdengan jelas.

Dalam sekejap lelaki dengan iris mata kucing itu langsung menatap sinis, “Tapi aku juga menyayangi [name]. Ya, meski hanya sebagai adikku saja.”

Kedua bersaudara yang mulanya diam kini mulai menyeringai tajam ke arah Kokonoi seraya berkacak pinggang.

“He~ benarkah? Kau hanya menganggapnya sebagai adik?” Tanya Rindou menatap lekat kedua iris lelaki dihadapannya. “Tapi kurasa kau menganggapnya lebih dari itu.”

Sedikit merasa kesal, Kokonoi langsung memalingkan muka dan melanjutkan aktifitasnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Meski sebenarnya ia tidak menyangkal ucapan Rindou karena sebenarnya lelaki bermarga Kokonoi itu memang mencintai [name].

Hanya saja ia terlalu malu untuk mengakuinya.

Dirinya bahkan tidak pernah menyangka jika sosok Akane dapat tergantikan dengan mudahnya oleh gadis bernama [name]. Sayang, kini mereka harus memiliki akhir dengan kisah tragis yang sama.

✈️✈️✈️

Sudah sekitar 1 jam mereka masih betah menghabiskan waktu hanya untuk bercerita dan bercengkrama. Tetapi hujan pun tak kunjung reda. Membuat sosok lelaki putra sulung Haitani menolehkan pandang ke sekitar.

“Ah, aku sangat merasa bosan sekarang. Andai saja kau masih hidup aku pasti akan membahagiakanmu lebih dari mereka.”

Tapi siapa sangka jika ucapan itu kembali membuat Kokonoi menoleh heran.

“Apa maksudmu?”

Ran tersenyum miring, “Memang benar, aku selalu ada disampingnya saat ia butuhkan. Kami bahkan pernah tidur dalam satu selimut yang sama. Bukan begitu, Rindou?”

“Ya, itu benar.” Kini giliran Rindou yang tersenyum penuh kemenangan.

“Tapi aku yang membiayai seluruh kebutuhan hidupnya.” Bantah Kokonoi.

“Mengertilah, uang bukan hal yang segala-galanya.”

“Kalau begitu jangan pernah minta sepeser pun uang padaku mulai hari ini. Meski itu hanya berupa koin!” Kokonoi membentak Ran yang hanya dibalas dengan kekehan kecil oleh Rindou bermaksud mengejek.

Kakucho membuka mata tanda ia selesai berdoa, “Tsk, diamlah kalian. Kita sekarang masih berada di makam [name]. Apa kalian tidak malu berdebat kekanakan seperti itu?”

Ran, Rindou dan Kokonoi yang masih sibuk berdebat seketika diam dan memandang bersamaan lelaki dengan luka di sebelah matanya.

“Dia membuat masalah denganku!” Jawab mereka bertiga bersamaan dan saling menunjuk satu sama lain.

Kakucho menghela nafas kemudian berjalan pelan berusaha mensejajarkan diri dengan Izana yang masih sibuk duduk sambil menatap sendu makam gadis mereka satu-satunya.

“Jangan berbicara terlalu keras. Biarkan [name] tidur dengan nyenyak. Kita tentu tahu kalau ia pasti sudah lelah menghadapi kerasnya dunia yang terlampau kejam. Jika kalian berteriak lebih kencang dari ini, nanti [name] bisa bangun bodoh!”

Izana yang mendengar beberapa anggotanya masih bertengkar kecil karena mengungkit sedikit masa lalu saat mereka dulu masih sering bersama dengan sang gadis membuatnya tersenyum. Ia memejamkan mata kemudian mulai bergumam.

“Apa sekarang kau sudah bisa melihat mereka lagi dari alam sana? Bukankah hal ini membuatmu merasa lega karena mereka masih tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah.”

Sampai kapan pun.

Kedua lelaki bersurai perak itu mulai berdiri menegakkan tubuh kemudian berbalik arah hendak pergi.

“Namun, ada berita duka yang harus kusampaikan padamu sebelum kami pergi,” Ucap Izana seraya mengibaskan sedikit pakaian yang dikenakan. Kini pandangnya seolah dihiasi kekosongan, tanpa senyum indahnya.

“Baji telah tewas dalam pertarungan melawan Valhalla. Kuharap kau tidak larut bersedih karenanya.”

Agape || Ryuguji Ken ✔️ [Tahap Revisi]Where stories live. Discover now