6

980 131 4
                                    

Osamu membuka matanya perlahan, dia terbangun di sebuah tempat yang sangat indah dan terlihat sangat damai disana.

"Apa... Aku sudah mati? Yah.. Baguslah."

Kemudian Osamu berdiri dan berjalan tanpa melihat arah, entah kenapa beberapa kali dia mendengar suara seseorang yang sedang memanggilnya. Osamu mengabaikan nya dan terus berjalan sampai dia menemukan sebuah kursi panjang yang ada dibawah pohon besar.

Osamu mengedarkan pandangannya dan melihat beberapa hewan yang sedang bermain-main, dia juga melihat ladang bunga yang indah dan sebuah danau.

"Aku suka disini..."

Karena merasa agak lelah, Osamu memejamkan kedua matanya. Beberapa detik kemudian dia merasa sakit didadanya dan makin lama rasa sakit itu semakin sakit.

"Akh! Sakit... Uughh.. Haahh.. Haah..."

Cepat!

Naikkan tekanannya!

Sial! Kita butuh lebih banyak darah!

Suara itu lagi, telinga Osamu berdengung dan tangannya mulai agak sakit, seperti ditusuk sesuatu.

.
.

"Sial.. Apa aku terlambat?" gumam Atsumu

Atsumu masih ingat, ketika dia melihat Osamu yang dipenuhi darah dengan mata tertutup. Malam itu Atsumu kehilangan akal sehatnya dan membunuh seluruh anak buah Kageyama, Kageyama sendiri terkejut ternyata Atsumu ini lebih kejam dari dirinya sendiri.

Dengan sebuah besi yang sangat panas, Atsumu menempelkan nya pada dada Kageyama dengan tersenyum. Dia bahkan tidak segan-segan mencabut kuku-kuku tangan Kageyama.

Saat tiba dirumah sakit, operasi nya masih berlangsung dan dokter bilang pendarahan nya sangat parah, ditambah kanker otak yang dimilikinya.

"Kumohon bertahanlah..."

Hampir 8 jam tapi operasi nya masih belum selesai dan itu membuat Atsumu mengamuk dan hampir masuk keruang operasi jika saja Suna tidak menahannya. Suna sangat terkejut begitu melihat Atsumu yang penuh dengan percikan darah, bahkan Atsumu hampir memukulnya jika saja tidak ditahan.

2 jam kemudian, dokter yang bertanggung jawab mengoperasi Osamu keluar dan dengan cepat Atsumu menghampiri nya.

"Osamu... Baik-baik saja kan?" tanya Atsumu sedikit gemeteran.

"Maaf tuan, kami memang berhasil membawanya kembali tapi pendarahan nya benar-benar parah. Apalagi sekarang kankernya sudah stadium akhir."

"Kenapa tidak mengangkat tumor nya?"

"Itu... Disaat kami ingin melakukannya, tuan muda membisikkan ku untuk tidak melakukannya."

"Kenapa?!"

"J-jika kami lakukan maka tuan muda akan langsung mengakhiri hidupnya dan setelah i-itu matanya kembali tertutup." ucap sang dokter dengan takut.

Suna yang berada dibelakang Atsumu hanya diam, dia ingin berbicara tapi takut ditonjok Atsumu. Dan untuk pertama kalinya, Suna melihat tatapan penuh kemarahan milik Atsumu. Atau bisa dibilang tatapan matanya kini terlihat akan membunuh siapapun yang berbicara salah dengannya.

"Kami masih harus melakukan p-perawatan lebih lanjut j-jadi aku undur diri dulu."

"Atsumu a-aku yakin adikku akan b-baik-baik saja jadi-"

"Tutup mulutmu." Atsumu kemudian berjalan melewati Suna yang terdiam disana.

"Tuan Suna..."

"Tetap awasi dia, jangan sampai dia mengamuk dan membunuh orang lagi."

"Baik.."

.
.

Ditaman rumah sakit, Atsumu duduk disalah satu bangku nya dan menatap kelangit.

"Apa yang harus ku lakukan?" Atsumu bergumam dengan suara seraknya.

Kepalanya benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi, dia bahkan belum minta maaf dengan benar kepada Osamu. Bagaimana jika Osamu pergi sebelum dia meminta maaf? Atsumu membuang pemikiran itu jauh-jauh dan berjalan masuk keruangan dimana Osamu akan dirawat.





TBC.

Take My Life - Miya Osamu [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن