Ini tentang Xiera yang masih mengukir senyum di saat dunia tak berpihak padanya, gadis yang peduli pada sekitarnya namun ayahnya sendiri Membencinya.
Xiera harus kembali menelan pil pahit ketika sosok yang melatarbelakangi traumanya kembali muncul...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy Reading
|||
Sabtu pagi ini Xiera sudah rapi, dengan kaos putih dipadukan dengan celana jins, dia akan pergi untuk latihan Band, dan siangnya pergi bersama Emira.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
*pict by pinterest
Klek.
"Kak Ra mau kemana?" Levian menatap kakaknya bingung, inikan hari sabtu, mau kemana gadis itu pergi?
Xiera tersenyum mendapati raut cemberut adiknya itu "Kakak ada latihan Band di sekolah, Vian baik-baik ya dirumah,"
Levian menggeleng lalu memeluk kakanya dari belakang menumpukan dagunya di pundak Xiera.
"Vian mau seharian sama Kakak, please jangan pergi ya?" pinta Vian dengan ekspresi kucingnya, membuat Xiera tertawa gemas.
"Kan besok minggu, masih ada waktu kan?" Xiera mencoba membujuk.
"Ta–"
"RA ADA YANG NUNGGUIN KAMU DI DEPAN!"
Seruan neneknya membuat Xiera sedikit terkejut, Levian memegang kaos kakaknya itu erat.
"Iya Nek!" balas Xiera, dia mengambil tasnya dan topi putih miliknya, cuaca hari ini cukup panas.
"Kak Ra..." Xiera menoleh mendapati adiknya itu yang menatapnya.
Xiera tersenyum, gadis itu menepuk puncuk kepala Vian dan mencium keningnya sayang.
"Udah, kak Ra berangkat Ya,"
Levian terpaksa mengangguk, remaja itu mengikuti kakaknya dari belakang, hingga sampai di teras rumah, Vian mengernyit bingung mendapati ke empat laki-laki yang menjemput kakaknya itu.
"Hai Cantik!"
Senyum lelaki beralis tebal itu terukir indah membuat wanita manapun rela menyerahkan diri padanya, terkecuali gadis dengan rambut terkepang yang berada di hadapannya.
