PROLOGUE

1.3K 105 43
                                    

BAGIAN 1 : Pertemuan yang menyisakan kenangan besar bagi satu pihak, sebagai sarana pengambil keputusan bagi satu pihak lain, dan bagai angin lalu bagi pihak yang tersisa.

🔷🔷🔸🔸🔷🔷

JISOO TIDAK PEDULI dengan acara yang sedang diselenggarakan oleh kedua orangtuanya. Begitu pula dengan saudarinya yang berumur tiga tahun di atasnya; berlari ke sana kemari mengitari halaman belakang rumah yang sudah dihias dengan bunga dan kain putih menjuntai panjang menyentuh rumput. Sejak dulu memang seperti ini. Jisoo dan Jeonghan tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Tidak pernah tertarik seperti anak seumuran mereka yang selalu kepo dengan pekerjaan orangtua masing-masing lalu mengajukan pertanyaan unik cenderung nyeleneh khas seorang anak kecil. Malah kedua orangtua mereka yang kini bertanya-tanya apakah ada yang salah. Atau mungkin, apakah ada bidang pekerjaan yang jauh lebih menarik dibandingkan pekerjaan orangtua mereka?

Namanya juga anak kecil. Bukan seperti itu maksud dari keresahan Keluarga Hong ini. Mereka hanya memiliki dua orang anak, dan keduanya adalah perempuan. Cukup sampai di sini, pasti dapat langsung dimengerti apa yang menjadi keresahan mereka.

Jeonghan terlihat begitu lincah berlari melewati banyak tamu. Tangan kecilnya dibentangkan hingga menabrak rok-rok tamu wanita bersama dua buah boneka beruang warna cokelat dan putih. Jisoo tidak terima. Boneka beruang cokelat itu miliknya. Boneka yang selalu menemani tidurnya di saat mimpi buruk dan indah. Dalam kata lain, Jisoo sudah menganggap boneka tersebut; yang diberi nama Olanna, sebagai sahabatnya. Kesetiaan yang boneka itu berikan telah melampaui apa pun. Termasuk kedua orangtua dan saudarinya yang telah sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak tahu kapan Jisoo menangis karena mimpi buruk, nilai ujian jelek, atau tangannya berdarah saat main masak-masakan. Jisoo langsung berlari untuk menyelematkan Olanna dari keberingasan Hong Jeonghan.

Aba-aba yang Jeonghan berikan saat Jisoo berteriak meminta bonekanya dikembalikan membuat panik bukan kepalang. Dia mengangkat Olanna tinggi-tinggi seperti hendak melemparnya ke tengah kolam. Mata Jisoo merah. "Aku akan melaporkanmu pada Ibu Han!" ancamnya.

Ibu Han, pengasuh Jeonghan dan Jisoo, adalah orang pertama yang paling Jisoo ingat setiap kali saudarinya menciptakan masalah. Karena hanya beliau yang sempat memberi hukuman pada Jeonghan setiap kali membuat kesalahan. Pernah beberapa kali Jisoo melaporkan kejahilan kakak perempuannya itu pada ayah dan ibu namun berakhir hanya dia yang dinasehati agar dapat memahami karakter satu sama lain; nasehat yang sama sekali belum bisa ditolerir oleh anak berumur tujuh tahun. Dan meskipun sekarang Jisoo sudah berumur sepuluh tahun, nasehat itu masih belum bisa ditolerir.

"Dia tidak ada di sini," kata Jeonghan, usai melihat ke sisi kanan, kiri, depan dan belakang. Saat Jisoo mendatanginya, dengan refleks dia melempar Olanna ke tengah kolam. Boneka itu berenang. Jisoo hampir menyusul. "Kamu bodoh, tidak bisa berenang."

"Kamu yang bodoh!" Suara Jisoo jauh lebih nyaring dibandingkan suara Jeonghan. Namun suara itu pun masih kalau jauh jika dibandingkan dengan suara guyuran air saat seseorang melompat ke kolam.

"Dia yang jauh lebih bodoh." Jeonghan melepas pegangan tangannya dari tangan Jisoo. Membiarkan gadis kecil itu semakin dekat dengan pinggiran kolam dan menghampiri Olanna-nya. Memperhatikan sekitar. Dari belasan orang tamu yang kebetulan berada di halaman belakang, semuanya memperhatikan mereka bertiga.

Jisoo membentangkan tangannya lalu memeluk Olanna yang basah sampai gaunnya ikut basah. "Terima kasih," ucap Jisoo saat bocah laki-laki yang berenang tadi berhasil naik ke permukaan.

Anak laki-laki lainnya menghampiri Jisoo. "Jemur dia di bawah sinar matahari."

Dipandanginya Olanna beberapa saat lalu menggelengkan kepala. "Aku akan meminta bantuan pada Ibu Han untuk mengeringkannya agar tidak bau."

BAMBOOZLE (✔️)Where stories live. Discover now