20. Kamu Cantik

181 29 12
                                    

"Kim Mingyu?"

Hanya dengan mendengar suaranya saja, Seokmin merasa jauh lebih lega dibandingkan hari-hari biasanya. Padahal Seokmin tahu dan masih sadar, bahwa ada kejadian besar yang menunggunya di depan sana jika kejadian ini diketahui oleh Kim Mingyu.

Suara Jisoo. Suara yang dulunya terus menerus memanggil, meskipun bukan namanya. Suara yang seakan tanpa lelah keluar meski telah jutaan kali dicampakan. Suara lembut yang dengan berbohong Seokmin katakan sebagai pengganggu. Suara yang katanya lebih baik diam, padahal diam-diam dirindukan. Akhirnya suara itu menyapa telinga Seokmin. Lagi.

Namun sekali lagi, Seokmin sadar. Nama itu bukanlah namanya. Bukan dia yang dipanggil oleh Jisoo. "Kamu bisa langsung masuk dan menemuinya. Mingyu ada di ruangannya," kata Seokmin, usai membersihkan sisa cipratan lemparan telur yang berhasil mengenai lengan Jisoo yang terbuka. Gadis itu memang hanya mengenakan kaus merah muda berlengan pendek dengan celana jeans. Bodoh sekali, rutuk Seokmin. Padahal jelas-jelas hari ini cuaca sedang panas terik. Lebih bodoh lagi, Jisoo datang dengan tanpa penjagaan sama sekali. Membuat security kalang kabut saja.

Tanpa merasa harus mengatakan apa pun lagi, Seokmin langsung beranjak pergi. Niatnya tentu untuk kabur karena tidak mau menciptakan drama yang lebih panjang lagi, meski Seokmin rasa drama itu hanya bualan buatannya sendiri. Memangnya siapa dia? Jisoo bahkan belum tentu ingat sebagian besar kejadian selama mereka berada di kampus yang sama walaupun Seokmin mengingat semuanya dengan rinci.

Di luar dugaan, tanpa Seokmin sadari, secara diam-diam Jisoo terus mengikuti ke mana pun kaki Seokmin melangkah. Membuat Seokmin panik. Khawatir pertemuan mereka ini dilihat oleh Mingyu. Karena jika itu terjadi, pasti bukan hanya Seokmin yang akan menerima akibatnya. Namun juga sang ibu. "Aish! Apa yang kamu lakukan? Kamu masih ingat di mana ruangan Mingyu, kan?"

"Mingyu," panggil Jisoo lagi. Melihat Seokmin memasuki lift, terburu-buru ia ikut masuk ke dalam.

Berada di dalam ruangan yang sama dengan Jisoo, apalagi ruangan sesempit ini, membuat Seokmin sesak napas. Dan sesak napas itu semakin parah ketika Jisoo terus mencoba mendekatinya. Menyentuh bajunya. Memegang tangan Seokmin yang bahkan belum membuang tisu basah yang tadi digunakannya untuk membersihkan sisa telur. Seokmin akhirnya menyerah. Menarik Jisoo cepat-cepat masuk ke dalam ruang rapat yang tengah kosong begitu pintu lift terbuka. "Kenapa datang ke sini tanpa pengawal? Mustahil orang-orang seperti kalian tidak memiliki pengawal pribadi. Dan mustahil kamu tidak tahu kalau perusahaan keluargamu dan Mingyu tengah menjadi buruan reporter dan masyarakat yang marah."

Bukannya menjawab, Jisoo malah tersenyum lebar saat berhasil menyentuh tangan Seokmin dengan sungguh-sungguh. Bahkan meraba urat tangannya.

Seokmin menarik tangannya sedikit kasar hingga Jisoo terkejut. "Cepat naik ke lantai sembilan. Mingyu ada di dalam ruangannya."

"Kamu juga Mingyu, kan?"

"Aku Lee Seokmin." Seokmin akhirnya menyerah. Menghela napas dengan nyaring. Menyadari bahwa apa yang baru saja dilakukannya sama sekali tidak benar. "Tapi tolong, jangan mengatakan apa-apa tentang ini. Aku yakin kamu mengerti apa maksudku."

Ya, Seokmin harus bersyukur dengan kenyataan bahwa Jisoo terlahir sebagai wanita yang cerdas. Sehingga ia tidak perlu menceritakan inti masalah dan membuat durasi pertemuan mereka semakin panjang. Semakin panjang, semakin bermasalah. Hidupnya yang sudah banyak masalah akan semakin runyam. Seokmin memang senang bisa dipertemukan dengan Jisoo lagi, namun risiko membuat ia ingin mundur dari dunia dengan segera.

Seokmin melanjutkan kalimatnya. "Anggap kita tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya."

Namun kali ini, Jisoo mengajukan protes. "Bagaimana bisa seperti itu?"

BAMBOOZLE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang