9. Biaya Modus

172 32 27
                                    

"KIM MINGYU."

Mingyu meringis diam-diam. Memalingkan badan dengan durasi lambat. Menyengir bukan untuk tebar pesona seperti biasanya, kala dia bertemu dengan karyawan cantik nan seksi. Karena di sana, bukannya keberadaan gadis cantik, namun malah seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah mulai ditumbuhi banyak uban: Kim Minseo, ayahnya. Mingyu hanya berani menaikan alis kirinya pada saat itu.

"Mau ke mana kamu?" tanya beliau, berjalan menghampiri. Memperhatikan penampilan Mingyu dari ujung kepala hingga ujung sepatu. Tidak menggunakan jas, menggulung lengan kemeja biru hingga siku, tidak menggunakan dasi, rambut sedikit acak-acakan. Sama sekali tidak menampilkan kewibawaan bahwa ia calon penerus perusahaan. "Kenapa tidak memakai jas dan dasi?"

Ngomong-ngomong, ayah Mingyu memang sedikit ketat jika itu menyangkut pekerjaan. Apalagi peran Mingyu sekarang yang sedang dipersiapkan untuk menjadi penggantinya dalam beberapa tahun ke depan. Saat Mingyu disembunyikan saja, ia sama sekali tidak melonggarkan aturan ketat keluarga, apalagi saat ini. Minseo sama sekali tidak mau perusahaannya jatuh lalu rubuh begitu ia pensiun nanti.

Mingyu menyengir lebih lebar. "Aku hanya keluar sebentar untuk mendatangi toko roti langganan. Persiapan untuk rapat besok. Memastikan apakah konsumsinya sudah siap atau belum. Jas dan dasi kutinggalkan dalam ruanganku. Panas, Ayah... Tapi saat rapat pasti akan kukenakan."

Dua mata Minseo melebar dua kali lipat. Sesuai dengan prediksi Seokmin, beliau pasti akan marah begitu mengetahui hal ini. "Untuk apa kamu mengurus konsumsi? Tidak ada pekerjaan lain, kah? Kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah konsumsi, itu pekerjaan orang-orang di dapur! Ambil jas dan dasimu sekarang juga. Cepat siap-siap, kamu harus ikut Ayah menghadiri pesta yang diadakan oleh Keluarga Hong."

"Hanya pesta, kan? Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jadi aku tidak wajib menghadirinya."

Tidak hanya Seokmin yang otomatis menepuk jidatnya begitu mendengar jawaban Mingyu. Maka, Mingyu pun langsung menelan ludah dengan susah payah saat melihat bagaimana reaksi ayahnya. Guratan kulit yang menua di sana semakin jelas terlihat. Selain itu, volume suara beliau meningkat tajam. "Kamu sedang berusaha mendekati tukang roti itu, kan?"

Tentu membantah akan berakhir percuma. Toh sudah ketahuan. Berbohong hanya akan membuat ayahnya semakin marah. "Seungkwan bukan tukang roti biasa, Yah. Omzetnya bahkan sudah ratusan juta. Memiliki cabang di banyak kota."

"Jadi kamu tidak membantah?"

"Membantah hanya akan membuat Ayah mengamuk."

"Kamu pikir aku tidak akan mengamuk kalau kamu mengakuinya?" Kini ayah Mingyu sudah benar-benar marah. Memukul anaknya sendiri, sampai Mingyu berteriak minta pertolongan kepada Seokmin yang sejak tadi hanya diam di samping Mingyu. Namun tentu, Seokmin tidak bisa menolong apa-apa. Hanya sedikit mengubah posisi berdirinya yang kini bersembunyi di belakang Mingyu sementara Kim Minseo terus-terusan memukul. "Anak kurang ajar! Cepat ambil jasmu, ikut aku sekarang!"

"Memangnya sepenting apa pesta itu? Paling hanya makan siang!" Mingyu masih berusaha membela diri.

"Aish! Pesta penyambutan kedatangan putri mereka yang sedang kuliah di Amerika."

"Jangan bilang ayah sedang berusaha merencanakan perjodohan. Aku tidak mau! Pokoknya aku tidak..."

Seokmin menghela napas. Kedua telinganya terasa diteriaki oleh pasangan anak dan ayah ini. "Ikuti saja."

Mingyu tidak terima. "Ya! Kenapa kamu malah membela ayahku?"

"Tentu saja Seokmin membela Ayah. Memangnya siapa yang tidak mau jika dijodohkan dengan Hong Jisoo? Hanya orang bodoh yang tidak mau. Apalagi kamu yang malah mengincar tukang roti."

BAMBOOZLE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang