Change '27'

302 14 0
                                    

.

Happy reading!
.
.

........

Renata berlari tergesa mengikuti langkah sosok di depannya yang sibuk mendorong brankar bersama orang-orang rumah sakit. Di tempat itu, terbaring seorang wanita paruh baya dengan wajah pucat dan mata yang terpejam.

Itu mama Aaron, sebelum mereka membawanya kerumah sakit, wanita itu jatuh pingsan saat Renata sibuk menghentikan pertikaian Aaron dan papanya.

Keduanya berhenti di depan pintu ruang gawat darurat saat dokter meminta Aaron menunggu diluar untuk sementara.

Renata mendekat ke arah lelaki yang beralih menyandarkan dirinya pada tembok setelah melakukan panggilan singkat dengan seseorang diseberang.

"Dia bakalan baik-baik aja."

Aaron mengangguk pelan, pasti. Mamanya akan baik-baik saja.

"Tapi Ron, apa nggak sebaiknya kita juga bawa papa lo kerumah sakit?" Gadis itu menatap Aaron, "Maaf kalau lancang, tapi gue rasa dia juga butuh perawatan."

Aaron menggeleng dan terkekeh sumbang, "Dia bisa obatin diri sendiri, dia kan terobsesi banget sama hal berbau kedokteran."

Renata terdiam, gadis itu tidak banyak bertanya atau mengucapkan apapun lagi. Ia hanya beralih ikut duduk di lantai dan bersandar di tembok rumah sakit tepat di sebelah Aaron.

"Makasih."

Renata menoleh, menatap Aaron yang juga balik menatapnya setelah lelaki itu berujar singkat.

"Untuk?"

"Udah nolongin mama gue."

Gadis itu mengangguk pelan, "Udah sewajarnya."

Aaron mengalihkan tatapannya lurus kedepan, "Sekarang lo tau gimana hancurnya keluarga gue."

Renata terdiam.

"Ren kalo lo jadi gue, apa lo bakal laporin kelakuan papa?"

Gadis itu mengangguk, "Iya, bahkan gue rasa papa lo butuh psikiater."

"Tapi mama ngelarang." Ujar Aaron terdengar putus asa, "Katanya, dia bisa tanggung semua beban itu."

"Nggak Ron," Renata menggeleng dan menatap lelaki di sebelahnya, "Mama lo ngomong gitu bukan berarti dia harus tanggung semua itu, dia bilang bisa dan kita nggak tau kenyataannya gimana."

"Bisa jadi sebenarnya dia nggak sanggup, dia cuma berharap setiap hari biar penderitaannya berakhir, dan lo mungkin salah satu alasannya."

Aaron terdiam, tidak menoleh atau menunjukkan reaksi apapun untuk menanggapi ucapan Renata. Tapi gadis itu tau, Aaron tengah memikirkan apa yang ia katakan.

Selang beberapa menit hanya keheningan yang mendominasi keduanya. Sebelum seorang lelaki dengan jas putih kini keluar dari ruangan, mengundang kedua remaja itu untuk bangkit dan segera menghampirinya.

"Gimana mama saya?"

"Aaron, mama kamu baik-baik saja, hanya masih butuh perawatan. Dia sudah sadar tadi, kami akan memindahkannya ke ruang inap."

Aaron menghela nafas lega, "Terima kasih Dok."

Pria dengan jas putih itu berlalu, membuat Aaron mengalihkan pandangannya ke arah sela-sela kaca pada pintu yang menampilkan wajah mamanya yang menatap ke arah langit-langit ruangan.

"Gue nunggu disini aja." Renata menginterupsi saat Aaron berniat masuk.

Lelaki itu menoleh ke arah Renata sekilas, "Lo masuk juga."

[RGL#2] Change ✓Where stories live. Discover now