Change '36'

282 14 0
                                    

Selamat Membaca!

.........

Renata menarik kembali kesadaran dan yang pertama menyapa pengelihatannya adalah sebuah ruangan kosong bekas gudang yang cukup sepi.

Gadis itu bangkit, berusaha mengumpulkan energinya untuk bisa pergi dari sana. Tapi sebelum itu suara derap langkah seseorang yang mendekat membuat Renata kembali menahan nafasnya.

Sosok itu mendekat, sosok yang sama seperti yang ia lihat terakhir kali dengan topeng joker miliknya. Orang itu mencengkram pipinya kasar, memaksa Renata untuk bangkit dari sana.

"Siapa lo anjing?!" Renata menepis kasar lengan yang bertengger pada pipinya.

Sosok itu terkekeh, mendekatkan wajahnya pada telinga Renata. "Kalau masih mau hidup, nurut."

Renata menggeram, gadis itu mengepalkan tangannya yang dalam beberapa detik sudah berhasil mendarat di pipi lelaki itu.

Mereka tidak tau saja jika ia merupakan pemegang sabuk hitam taekwondo. Tapi tetap saja semuanya tidak akan bertahan lama dengan lawan yang lebih dominan daripada dia. Karena sejak tadi, jumlah mereka semakin bertambah didepan Renata.

Renata tercekat saat lelaki yang tadi dipukulnya mencekik leher gadis itu. Sosok itu terkekeh, ia mengeluarkan sebuah benda di sakunya dan mengarahkan pada gadis itu.

Renata memejamkan matanya dengan tenang saat benda tajam itu tinggal beberapa senti akan menyentuh pipi mulusnya, jika ada hal yang harus ia sesali maka itu adalah Aaron. Jika mengetahui hal yang akan terjadi maka ia seharusnya mengatakan semua pada Aaron sejak awal. Semuanya. Apapun itu.

Tapi ia rasa ia masih bisa menghembuskan nafas lega, karena beberapa detik setelahnya seseorang menumbruk tubuh di depannya hingga ia jatuh tersungkur di lantai. Renata segera menoleh, mendapati Angkasa yang memukuli lelaki itu dengan tatapan nyalang.

"Angkasa?"

Lelaki itu menoleh, bangkit dan menghampiri Renata. Memegang bahu gadis itu dan membantunya berdiri.

"Pergi dari sini Ren."

Gadis itu menggeleng, "Gimana mungkin gue ninggalin lo?"

"Pergi." Angkasa tersenyum tipis, "Gue yang akan urus semuanya."

"Sa, ayo pergi bareng-bareng."

"Ren, dengerin gue." Lelaki itu mengeratkan pegangannya pada bahu gadis itu, "Ren?"

Renata mendongak, "Okay, tapi pastiin lo akan baik-baik aja."

"Gue pastiin."

Renata mengangguk, berjalan dengan tertatih untuk pergi dari sana. Sedangkan Angkasa masih sibuk bertarung dengan sekitar enam orang disekitarnya.

..........

Renata terus berlari menyelusuri trotoar dengan jalan yang cukup sepi. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain pergi sejauh mungkin dari sana seperti yang Angkasa minta.

Langkah gadis itu bergetar, tertatih menyelusuri jalan dan bahkan singgah di keran cuci tangan untuk menghilangkan dehidrasinya.

Mungkin orang-orang dijalanan masih terbilang banyak. Tapi tempatnya berada adalah jalan yang jarang dilalui. Jika ada pun, tidak akan ada yang menolongnya dengan keadaan seperti itu.

Tapi Renata salah, mungkin masih ada seseorang yang berniat menolongnya. Karena saat ia menoleh, seorang lelaki dengan motor hitam yang dikenalnya berhenti disebelah gadis itu.

Lelaki itu membuka helm full face miliknya, ia menatap Renata dengan cemas dan menghampiri gadis itu.

"Aiden?"

[RGL#2] Change ✓Where stories live. Discover now