Change '49'

277 9 0
                                    


Selamat membaca!
Bantu aku tandai typo ya!

...........

"Gue tetep ikut."

Renata melontarkan perkataan final-nya sebelum ikut naik ke jok belakang motor lelaki itu. Persetan dengan tas ransel dan hoodie-nya yang kini masih tertinggal di ruangan milik Aiden, gadis itu akan mengambilnya nanti saja.

Aaron hanya menghela nafas, ia terus menatap Renata dari kaca spion dibalik helm full face miliknya.

"Ren..."

Gadis itu mendengus, menepuk bahu sosok didepannya, "Udah cepetan jalan!"

Bukannya menjalankan motornya seperti yang dititahkan gadis yang duduk di jok belakang itu. Aaron malah kembali mematikan mesin motornya dan turun dari sana.

Renata menoleh bingung, "Lah kenapa?"

Lelaki jangkung itu tidak menggubris, ia melangkah kembali masuk ke gedung rumah sakit meninggalkan Renata yang masih duduk di atas motornya.

Mau tak mau, gadis berambut pendek itu akhirnya ikut turun. Ia juga meruntuki dirinya dalam diam. Bukankah seharusnya ia tidak boleh dekat dengan Aaron lagi? Bukankah ia seharusnya menghindari saja saat bertemu lelaki itu?

Mungkin juga Aaron tidak mau berurusan dengannya lagi, karena itu lelaki itu akhirnya kembali masuk ke rumah sakit.

Renata memang bodoh, dan sialnya dia selalu mengulanginya.

Lantas setelah ini, haruskah ia menceritakan semuanya dan minta maaf pada Natasha?

Gadis itu terlalu sibuk berperang dengan pikirannya sendiri hingga tidak sadar Aaron sudah kembali dan berjalan mendekat ke arahnya dengan sebuah hoodie berwarna maroon ditangan kanannya.

"Itu punya gue kan?" Ujar Renata menunjuk benda yang digenggam lelaki didepannya saat ia tersadar.

Aaron tidak menjawab, ia berdiri di depan Renata dan memakaikan hoodie oversize milik gadis itu sendiri yang ia ambil dari ruangan Aiden.

"Tangannya."

Lelaki itu hanya berujar singkat, membuat Renata menghela nafas dan mengulurkan tangannya agar bisa masuk ke lengan hoodie-nya sendiri. Yah sekarang gadis itu seperti anak kecil yang dipakaikan jaket agar tidak kedinginan.

Bahkan setelah merapikan hoodie yang kini sudah terpasang sempurna di tubuh gadis itu, Aaron masih tidak memulai percakapan apapun.

Renata menggigit bibirnya gugup setelah melirik lengan Aaron yang terlihat masih dipasang perban dibalik jaket kulitnya. Entah mengapa ia selalu merasa sesak berada di depan lelaki itu akhir-akhir ini, seperti ada air di pelupuk matanya yang terus mencoba memaksa keluar. Rasa bersalahnya terlalu besar untuk bisa ia bendung sendiri saat melihat luka-luka yang Aaron dapatkan karenanya.

Tangan lelaki itu terulur membenarkan kupluk hoodie agar melindungi kepala gadis itu. Lalu melepas jaket Rigel miliknya dan memasangkannya melingkari pinggang Renata. Membiarkan perban pada bahunya terlihat jelas karena hanya menyisakan kaos lengan pendek putih yang ia pakai.

Setelahnya, masih dengan wajah datar lelaki itu memasangkan helm ke kepala Renata yang Renata sendiri tidak tau dari mana Aaron mendapatkannya.

Renata terpaku, "Ron.."

"Diem. Nanti dingin." Lelaki itu menatap Renata sekilas, "Ini juga terlalu pendek." Ujarnya menegur rok sekolah gadis itu.

Tidak ada jawaban dari Renata karena sesudahnya lelaki itu beralih berjalan ke arah motor. Ia hanya berdeham untuk mengisyaratkan Renata yang masih membeku ditempat itu untuk segera ikut naik sebelum ia menjalankan kendaraan beroda dua itu.

[RGL#2] Change ✓Where stories live. Discover now