5 - Ask Him

4.2K 452 103
                                    

Jecelyn dan Jeffrian baru keluar dari butik langganan keduanya. Setelah tertunda beberapa hari akhirnya mereka dapat menemui desainer yang akan merancang seragam pernikahan untuk digunakan di pernikahan adik Jecelyn.

Tenggatnya sudah lumayan dekat, semoga saja bisa terselesaikan tepat waktu. Jecelyn akan merasa bersalah sekali pada calon adik iparnya jika kain yang dia berikan tidak digunakan saat pernikannya nanti.

"Kita mau makan malam apa?" Jeffrian bertanya dalam perjalanan pulang.

"Agak mendung gini hotpot enak nggak sih?"

"Minggu lalu udah makan hotpot, kata kamu jangan sering-sering. Minimal sebulan sekali karena terlalu tinggi lemak dan natriumnya," jawab Jeffrian, sedang Jecelyn berpikir lagi.

"Italian Food gimana? Risotto, pizza, lazagna?"

"Hemm, jangan deh terlalu berlemak juga."

"Kalau gitu sushi atau sashimi gimana, aku pingin banget."

"Yakin mau? Kamu biasanya cuma bisa makan dikit karena nggak suka amisnya."

"Ya terus kamu maunya gimana sih, Mas? Apa-apa ditolak, padahal tadi yang tanya sendiri mau makan apa? Lama-lama kamu yang kayak perempuan tahu nggak, ribet!"

Jecelyn mendengkus kesal, Jeffrian justru tertawa. Lucu sekali melihat istrinya marah. Karena gemas Jeffrian mengelus pipi kemerahan itu, tapi Jecelyn menepisnya.

"Bukan begitu Sayang, aku kasih saran aja biar kamu tidak menyesal. Nanti marah-marah seperti biasanya kalau makanan yang dipesan tidak sesuai harapan."

"Tapi kamu ngeselin banget tahu nggak sih, aku tuh mau makan semuanya!"

"Ya sudah, jadi hotpot atau sushi?"

"Enggak semuanya!"

"Loh, tadi katanya mau semuanya?"

"Udah nggak mood."

Jecelyn ngambek dan tidak mau menatap Jeffrian. Tangannya bersedekap dan menatap jalanan dari jendela di sampingnya.

Jeffrian hanya menggelengkan kepala. Sifat kekanakan Jecelyn seperti ini membuatnya gemas dan semakin jatuh cinta. Mungkin hanya dirinya saja yang seperti ini pada pasangan. Bukannya marah malah tertawa. Kata Dion, sudah saking bucinnya.

Pada akhirnya mereka makan di rumah, dengan Jecelyn memasak sendiri. Jeffrian hanya membantu mencuci sayur. Ketika Jeffrian bertanya akan memasak apa, Jecelyn menjawab dengan ketus, "Nasi goreng!"

Jecelyn masih kesal, maka sebagai asisten koki dia hanya membantu melakukan hal yang mudah dan tak bertanya lagi. Keduanya makan dengan santai disertai aura kekesalan yang masih terasa.

"Mau ke mana, Yang? Jangan tidur dulu kalau baru selesai makan."

Jeffrian menahan lengan Jecelyn yang hendak menaiki tangga. Kemudian membawanya untuk duduk di ruang tv.

"Nonton yuk, ada banyak serial baru di Netflix."

Meskipun agak cemberut tapi Jecelyn tetap duduk di samping suaminya. Pilihan mereka jatuh pada serial terbaru yang sedang booming. Drama dengan tema permainan anak-anak yang sama sekali tidak ramah untuk ditonton anak-anak.

"Mau ke mana?" tanya Jecelyn kemudian ketika Jeffrian berdiri dan berjalan menuju dapur.

"Ambil camilan."

Lima menit kemudian Jeffrian kembali dengan kripik pisang dan segelas susu.

"Ayo minum dulu," pria itu menyodorkannya pada Jecelyn. Susu asam folat yang dia beli sepulang dari dokter kandungan.

Night In BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang