8 - Dia Bagiku

3.9K 461 56
                                    

Jecelyn akui, Jeffrian adalah pria yang penyayang. Tutur katanya lembut dan penuh perhatian. Dia juga pria yang romantis.

Sepanjang mereka menikah, Jeffrian memang sering memberinya hadiah mewah seperti sepatu, tas, dan lainnya. Tapi bukankah itu lumrah? Bukan kejutan mendadak seperti perayaan khusus hari jadi atau ulang tahun yang akan membuat tersipu, apalagi secara khusus membuat puisi.

Jeffrian yang Jecelyn kenal adalah pria yang lebih suka melakukan tindakan daripada kata-kata manis.

Tapi sepertinya ada sisi lain Jeffrian yang tidak Jecelyn ketahui.

Sosok 'Jeffrian' yang tidak pernah pria itu perlihatkan padanya.

Karena Jecelyn bukan Daisy-nya.

Jika ia ingat lagi, Jeffrian tidak pernah melamarnya secara 'benar'. Pernikahan mereka justru karena perjodohan. Pria itu belum pernah berlutut di depannya sembari membawa cincin berlian dengan diiringi lagu romantis. Memang tidak perlu seperti itu, namun jika Jeffrian bisa melakukannya untuk wanita lain, mengapa pada Jecelyn saja tidak bisa? Bukankah Jeffrian berkata mencintainya?

Foto itu benar-benar membuat Jecelyn sakit hati. Dia juga ingin dilamar di depan menara Eiffel. Tanggal di foto itu pun membuat Jecelyn bingung. 2018, jauh sebelum mereka menikah. Jika dulu Jeffrian melamarnya, lantas apakah mereka jadi menikah? Sebenarnya di mana posisi Jecelyn? Apakah ia memang diselingkuhi atau ia yang menjadi selingkuhan?

"Huft..." Jecelyn menarik napasnya kasar untuk ke sekian kali. Mendongakkan kepala untuk mencegah buliran air mata. Dia sudah menangis sejak semalam yang mengakibatkan matanya bengkak.

Jecelyn melanjutkan kegiatanya mengiris bawang, kini air matanya meluncur deras.

"Sayang?"

Jecelyn menghapus air matanya kasar begitu menyadari suaminya mendekat.

"Kamu kenapa?"

Jecelyn membalik badan, melengkungkan senyum yang agak dipaksakan.

"Kena bawang, pedih banget."

Dahi Jeffrian mengkerut, "Benar? Tapi mata kamu bengkak?" Ketika terbangun semalam Jeffrian menyadari Jecelyn tidak ada di sampingnya. Ternyata istrinya itu meringkuk di sofa.

"Iya aku nggak bisa tidur semalam, makanya pindah ke sofa. Baru bisa lelap jam tiga"

"Kalau gitu kenapa masak, Sayang? Lanjut tidur aja, aku bisa sarapan di kantor."

"Nggak apa-apa Mas, cuma masak nasi goreng. Tunggu ya, sepuluh menit lagi."

Jecelyn melanjutkan kegiatan memasaknya. Bukannya menunggu seperti perkataan Jecelyn, Jeffrian justru menghampirinya. Melingkarkan tangan di pinggang Jecelyn.

"Kita pernah berjanji untuk bicara jika ada masalah kan? Aku tahu kamu agak gelisah belakangan ini, kenapa Sayang?"

"Tapi apakah kamu pernah cerita jika memiliki wanita lain, Mas?"

"Atau aku ada salah sama kamu? Katakan Sayang, bukankah kamu bilang menyukai kejujuran?"

"Kamu bahkan tidak pernah jujur Jeffrian, semua yang kamu katakan adalah dusta!"

Jecelyn masih diam. Melapas tangan Jeffrian di perutnya. "Aku mau masak sebentar"

Jeffrian menatapnya dari belakang, dia tahu Jecelyn menghindarinya. Tapi karena apa? Sepanjang pernikahan, mereka jarang sekali berdebat. Jecelyn juga bukan tipe orang yang diam saja jika ada masalah. Dia lebih suka mengungkapkan secara terang-terangan. Namun kenapa kali ini berbeda? Kesalahan apa yang telah Jeffrian lakukan?

Night In BaliWhere stories live. Discover now