04. Mr. Perfect

14.3K 1.5K 102
                                    

Udara dingin menusuk langsung menerpa wajah Ola saat ia membuka jendela di pagi hari. Pemandangan punggung bukit yang diselimuti kabut tipis begitu memanjakan matanya.

Siapa yang mengira, bahwa pemandangan luar biasa ini bisa ia bingkai dari jendela kamar.

Gadis itu juga menatap langit yang lembayung. Matahari belum muncul, subuh baru saja berakhir.

Oleh sebab itu, udara masih terasa sangat dingin dan mampu membuat menggigil.

Beranjak dari kamar, gadis itu membuka jendela lainnya di ruang tamu.

Disitulah ia bisa melihat rumah sebelah. Tepatnya melihat Javas yang sedang mengelap badan motor.

Sadar diperhatikan dari dalam, lelaki itu menoleh. Membuat pandangan mata Ola dan Javas beradu.

Sebuah cengiran Ola pamerkan. Setelah itu ia segera balik badan dan masuk lagi ke dalam kamarnya.

"Kenapa sih," gerutunya.

Hingga detik ini ia masih belum percaya bahwa kembali dipertemukan oleh sosok itu. Pemuda menyebalkan di dalam bus yang sempat membuatnya terpesona. Bahkan mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tok tok

Pintu rumah diketuk pelan. Bahu Ola sampai lunglai dibuatnya karena ia pikir itu pasti Javas.

Inginnya tidak menggubris, tapi apa itu sopan sementara lelaki tersebut adalah pemilik rumah yang ia tempati?

Maka, dengan terpaksa Ola beranjak dari kamar. Ia membuka pintu dengan ogah-ogahan. Tapi kemudian senyumnya malah mengembang.

Ia bernapas lega melihat siapa yang berdiri menjulang di depan pintu rumahnya.

"Assalamualaikum, Bu Ola." Sapa Pak Jono dengan senyum cerah.

Lelaki itu membawa piring yang ditutupi lap kotak-kotak. Kemudian menyerahkannya pada Ola.

"Silahkan dicicip," ujar pria bertubuh tinggi besar itu.

"Iya, terima kasih." Ola menerima piring itu. Rejeki mana boleh ditolak. Apalagi ia lapar dan butuh sarapan.

"Nanti jangan lupa jangan terlambat ke sekolah ya, Bu. Saya duluan." Pamit Pak Jono.

Ola hanya bisa mengangguk dan menatap punggung lebar Pak Jono menjauh.

Bisa dibilang, Ola agak terpesona juga pada sosok rekan kerjanya itu. Sejak awal Pak Jono sangat baik dan perhatian. Pasti ada banyak wanita yang mengincarnya. Ditunjang pula dengan wajah tampan.

Gadis itu kembali tersenyum kecil. Ia menikmati sensasi debaran jantungnya yang keras karena merasa tersipu.

"Jangan." Suara itu.

Javas menatapnya sambil memegang lap. Sepertinya lelaki itu memerhatikan sejak tadi.

"Jangan apa?" Tanya Ola.

"Jangan naksir sama Pak Jono."

"Kenapa?"

"Karena Pak Jono sudah nikah."

Jawaban itu bagai sambaran petir di siang bolong. Mengapa selalu saja ada hal yang membuat Ola tidak bisa memelihara perasaan romansa pada sosok yang ia pikir sempurna.

"Tapi itu urusan Mbak Ola sih. Kalau niat jadi pelakor yang dosa juga Mbak Ola." Lanjut Javas dengan nada bicara datar namun menusuk dan menyebalkan.

"I believe, it is so hard for people to change their annoying behavior." Ola bermonolog. Cukup keras hingga terdengar sampai telinga Javas.

Lelaki itu menatap Ola dengan tatapan datarnya. Kemudian, "agree. Just like you who are easily charmed by strangers."

Imperfect Perfection (Complete)Where stories live. Discover now