36. Serious Matter

7.5K 890 51
                                    

Mata Ola mengerjap beberapa kali saat melihat bagaimana Javas menangis haru di acara pernikahan dua sahabatnya, Wira dan Cherry.

Sebetulnya, gadis itu ingin tertawa. Namun, ia menahannya agar Javas tidak malu.

Ola pun hanya bisa menepuk pelan punggung Javas ketika mereka duduk bersebelahan selepas akad nikah usai.

"Aku nggak niat nangis loh... tapi air matanya keluar terus," gerutu Javas.

Kekehan Ola terdengar, "mungkin karena udah kenal lama? Terus orang-orang yang kenal mereka juga pada terharu. Tuh lihat Bang Yuda sama Juan."

Benar, tidak hanya Javas. Lelaki lain yang merupakan sahabat Wira dan Cherry juga menangis haru. Bahkan Juan sampai meler parah. Hidung mancungnya memerah layaknya orang terkena flu. Hanya Dendra yang sama sekali tidak meneteskan air matanya.

"Mungkin," gumam Javas.

Lelaki itu sudah mulai tenang. Ia menerima beberapa lembar tisu dari Ola untuk menyeka air mata serta keringat.

Acara pernikahan Wira memang berlangsung secara sederhana. Ini permintaan para mempelai sendiri sebab Wira tidak suka perayaan. Tamunya pun sebatas keluarga dan sahabat dekat.

Usai akad di Masjid, mereka merayakan syukuran di rumah Wira. Ada banyak penganan yang disuguhkan untuk para tamu. Sementara pengantinnya berbaur untuk menyapa tiap orang yang datang guna memberi selamat dan doa.

"Mbak Ola!" Seru Cherry yang kecantikannya berlipat ganda hari ini.

Sosok yang statusnya baru saja berubah menjadi istri itu memeluk Ola dengan erat.

"Selamat ya, Cher," ucap gadis itu dengan tulus.

"Makasih udah datang. Ditunggu loh gilirannya," goda Cherry.

Mendengar itu, Ola tertawa kecil. Meski belum tahu kapan dan akankah itu bisa terwujud, tapi Ola punya secercah harapan. Ia tahu bahwa Javas akan menerima dirinya yang penuh kekurangan ini. Jadi, ragu dan khawatirnya berangsur sirna seiring waktu berjalan.

"Doakan aja," ucap Javas yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Ola. Padahal lelaki itu tadi sibuk menyapa beberapa tamu yang juga dikenalnya.

"Harus gercep, Vas," sahut Wira.

Lelaki itu melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. Sengaja memamerkan kemesraan yang selama beberapa waktu seolah ditahan.

Bagaimana tidak? Ola saja tidak sadar kalau Wira dan Cherry punya hubungan spesial karena sikap mereka biasa saja. Malahan ia sempat salah sangka. Ia pikir Javas dan Cherry yang ada sesuatu.

Ketika pengantin akhirnya berlalu untuk menyapa tamu lain, Javas membawa Ola untuk duduk dan makan bersama di meja bundar berisikan teman-teman lelaki itu.

Ada Juan yang masih tampak murung. Kemudian Bang Yuda yang kelihatan serius menatap layar ponsel. Kemudian, ada Dendra yang menatap Ola serta Javas bergantian.

"Giliran kalian kapan?" Tanyanya.

"ASAP," jawab Javas dengan singkat.

Mungkin Javas juga sudah bosan dicecar pertanyaan yang sama oleh tiap orang di acara ini. Sementara Ola hanya bisa meringis karena bingung harus bilang apa.

"Harus beneran ASAP atau aku duluan yang ngundang kalian," ujar Dendra.

Tentu saja Javas terkekeh. Sepertinya sang sahabat baru saja pamer karena akhirnya cinta Dendra berbalas juga oleh gadis pujaannya.

.
.
.

Sore itu, dua insan yang sedang kasmaran tersebut memutuskan untuk menginap semalam di rumah orang tua Javas. Seperti biasanya, Ola mendapat sambutan hangat Mama Kia. Bahkan mama sudah menyiapkan makanan kesukaan gadis itu. 

Imperfect Perfection (Complete)Where stories live. Discover now