14. SAKIT

1K 114 15
                                    

Happy reading

Tok tok tok

Tangan gemetar itu mengetuk pintu di depannya. Pintu perlahan terbuka, menampakkan sang abang dengan wajah dinginnya.

"GW UDAH BILANG KAN JANGAN KELUYURAN, NAPA BARU PULANG HAH?!!" Bentak sang abang.

"Kenapa lu sekarang makin jadi pembantah hah!!" Tekan Fenly.

Zweitson hanya terdiam sembari memeluk badannya yang kini bergetar hebat. Namun perlahan tangan dinginnya menggenggam pergelangan tangan Fenly.

"Ba- bang marah - marahnya na- nanti dulu y- ya. Se- sekarang Zwei ga ku- kuat sama di- dinginnya" ucap Zweitson terbata - bata.

Fenly yang melihat muka sang adik sangat pucat merasa iba.

"Masuk" ketus Fenly lalu meninggalkan sang adik. Dan dengan segera Zweitson memasukin rumahnya dan menuju kamar atasnya.

•••

"Kalau gw cuma ngirim pesan doang dianya ga bakal kepo. Dan ga bakal nyari tau. Gw cuma mau ngobrol sama dia"

"Dia juga berhak tau keberadaan papanya, dia udah diterlantarkan sama papa. Gw ga bisa diem aja, gw harus nyamperin Zweitson"

Samar - samar Fenly mendengar kalimat tersebut, saat ia intip ternyata ada Shandy yang sedang ada di toilet bengkel.

"Papa?" Batin Fenly

"Gw makin yakin kalau kak Shandy ada hubungan lebih sama papa. Gw harus nyari tau dulu asal usulnya" ucap Fenly pelan.

•••

Kini Fenly sedang berada di kamarnya, ia mengingat lagi kejadian tadi di bengkel. Ia harus bertanya kepada sang adik.

Ternyata berselang beberapa menit, Zweitson melewati kamarnya yang terbukan. Spontan Fenly memanggilnya

"Zweitson"

"Eh iya bang?" Ucap Zweitson sembari mendekat ke arah pintu kamar Fenly.

"Masuk"

Zweitson memasukin kamar Fenly dengan perasaan cemas, ia takut abangnya kembali melakukan hal kekerasan seperti kala dulu.

"Tadi ketemu ka Shandy?" Tanya Fenly to the point dengan nada dingin.

"Hmm, i- iya. Ta- tadi bang Shandy nyamperin ke sekolah, katanya mau ngobrol"

"Tentang?"

Zweitson seketika menegang, ia takut untuk mengatakannya. Karena Fenly sudah memeringatinya untuk jangan pernah mencari tau tentang sang papa.

"JAWAB!!" bentakkan Fenly menggelagar di seluruh sudut kamarnya.

Zweitson yang terkejut hanya bisa memejamkan matanya, badannya tambah lemas. Pusingnya semakin merajalela.

"Papa" lirihnya

Plak!

Satu tampar berhasil Fenly layangkan begitu saja.

"Sampai lu berani - beraninya nyari tau tentang papa, habis lu sama gw"

"Ta- tapi bang.."

"Tapi apa hah?!"

"Zwei pe- pengen ketemu papa. Zwei ga per- pernah ketemu papa"

"JANGAN PERNAH HARAP ITU. Papa ninggalin kita itu karena elu, KARENA ELU. Paham?!" Bentak Fenly.

'DIA' ADIK KITAWhere stories live. Discover now