31. EFFORT(?)

227 39 7
                                    

Happy reading

Bel berbunyi, menandakan ada tamu yang berkunjung. Lelaki remaja tersebut membuka perlahan pintu kayu itu.

Sebuah amplop coklat tergeletak di lantai teras rumahnya, tanpa pemilik. Remaja tersebut mengambil amplop tersebut dan menyimpannya di dalam tas. Ia menghiraukan rasa penasarannya.

Ia biarkan amplop itu tersimpan terlebih dahulu di dalam tasnya, remaja itu meneruskan langkahnya setelah menutup pintu dan gerbang untuk mencari angkutan umum.

"Hari ini bakal ada kejutan apa lagi ya?" Gumamnya.

"Apakah kejutan kali ini menguras energi lagi atau bahkan buat gw nyerah?"

"Semangat Son, lu bisa" gumamnya menyemangati diri sendiri.

Zweitson berhenti akan kegiatan melamunnya dikala melihat bus yang berhenti tepat di depannya.

Ia beranjak masuk ke dalam, dan mencari tempat duduk.

•••

"Zweitson" panggil seseorang dari arah belakang.

Zweitson menoleh ke belakang, terdapat perempuan yang menghampirinya.

"Kenapa?"

Perempuan tadi terlihat gugup saat sahutan dingin dari Zweitson.

Zweitson telah mengatahui satu fakta lagi, yang membuat dirinya membuat jarak dari perempuan itu.

"Kenapa sih Syif?" Tanyanya lagi.

"Kita ngobrol sambil jalan aja deh Son"

Zweitson hanya nengangguk, dan melanjutkan langkahnya.

"Lu kenal Bang Shandy?" Tanya Syifa dengan nada rendah.

Zweitson menghela nafas, lalu mengangguk.

"Lo ada hubungan apa sama dia?" Tanyanya lagi.

"Seharusnya gw ga sih yang nanya gitu ke lu" jawab Zweitson dengan pandangan tetap lurus ke depan.

Syifa terdiam saat mendengar jawaban Zweitson. Batin Syifa, "Kenapa malah kayak Zweitson yang mau ngintrogasi gw".

"Gw? Kenapa sama gw?" Tanya Syifa.

Lagi dan lagi Zweitson menghela napasnya.

"Kenapa lu nanya hal yang sudah dibatas privasi?" Tanya Zweitson balik.

Syifa lagi dan lagi dibuat terdiam.

"Kita bahas ini nanti waktu pulang sekolah bisa ga Son? Gw butuh sharing sama lo"

"Lihat nanti, kalau gw kosong gw kabari" jawab Zweitson yang sudah berjalan mendahului Syifa.

"Lo siapanya BangShan sih Son. Kayaknya lo berharga banget buat dia. Bahkan hadirnya kakak gw di sisinya ga buat di sadar dari kritisnya" gumam Syifa.

"Gw bakal bawa lo, atau salah satu saudara lo buat ketemu bangShan. Bang Shandy udah gw anggep abang sendiri, dan gw juga ga mau bikin kakak gw sedih karena bangShan"

•••

"Pa, kalau sampai Shandy kenapa - napa. Aku bakal minta tanggung jawab sama mereka"

"Kenapa gitu?"

"Masih nanya? Effort dia udah besar buat mereka ketemu kamu, tapi nyatanya apa? Zonk"

"Kamu kira, selama ini aku ga tau? Shandy udah besar sekarang. Dia udah tahu..."

"Tante maaf motong obrolannya"

"Nindy mau cerita sama tante, kenapa effort Shandy sebesar itu ke mereka. Shandy kenal sama mereka sudah lama, dan Shandy ngelindungi mereka juga sudah lama. Ntah apa motivasi Shandy buat ngelindungi orang yang sama sekali ga mengenalnya. Tapi dia pernah bilang, kalau dia merasa punya tanggung jawab semenjak om dan tante memilih untuk menikah. Shandy merasa punya adik, dia senang, tante. Dia jadi punya semangat lagi kalau dia merasa lagi capek" perempuan itu menghela nafas sejenak.

"Nindy juga tau effort Shandy buat nyatuin mereka sama om lagi. Shandy beneran mau damai sama mereka, Tan. Tekat dia besar buat itu. Dia pingin sekali bisa ngobrol sama mereka sebagai abang dengan adek - adeknya, selama ini dia cukup kesepian sebagai anak tunggal".

"Kalau buat kecelakaan, ini sudah takdirnya. Kita cuma bisa bantu doa dari sini. Udah segitu aja dari Nindy tante, om. Nindy pamit pulang dulu ya, besok Nindy ke sini lagi. Assalamualaikum"

***
Hai hai

Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu

Gimana sama chapter ini?

Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.

Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.

See you next chapter.

Salam dari yang nulis
(22 Mei 2023)

'DIA' ADIK KITAWhere stories live. Discover now