15. FLASHBACK

779 115 8
                                    

Happy reading

"Kecelakaan itu membuat ibunya banyak kehabisan darah. Kita harus menyelamatkan salah satu dari ibunya atau bayinya"

Ternyata perempuan itu memilih untuk menyelamatkan bayi di dalam kandungannya. Dan sang ibu tidak bisa di selamatkan lagi.

Keluarga disana tengah berteriak histeris, terutama dua bocah yang masih berumur 7 dan 5 tahun ini.

"Papa, kenapa mama ga bangun lagi paa" tangis dari bocah lelaki itu terdengar di setiap sudut ruangan.

Muka sang papa seketika mendatar. "Semua ini gara - gara bayi itu. Bila saja bayi itu tidak dipaksa lahir, tidak mungkin mama kamu pergi ninggalin kita"

Bocah tadi menoleh ke arah bayi yang sang papa tunjuk tadi.

"Ga- gara gara dia?" Dibalas anggukan oleh sang papa.

"Abang, jangan nyalahin adek bayi itu. Dia ga tau apa apa" ucap bocah perempuan berumur 5 tahun tadi.

•••

"Kalau waktu itu lu ga dipaksa dilahirkan, mama ga akan pernah ninggalin kita" lirih seorang lelaki yang sedang menatap langit malam di balkonnya.

"Tapi pada saat itu, gw pingin lu sama mama sama sama selamat dan kita hidup bahagia sekarang"

"Tapi karena lu mama meninggal, gw jadi sangat benci sama lu. Tapi..."

"Argh, udahlah Fen mending tidur" ucap kesal Fenly kepada dirinya sendiri.

Fenly beranjak dari balkon dan merebahkan dirinya di ranjang.

•••

"Abang sini deh"

"Ada apa ma"

"Abang janji ya sama mama, kalau abang harus jadi abang yang baik. Abang yang selalu jaga adik - adiknya nanti. Inget adik abang bukan cuma Rein, tapi dia juga adik abang yang segera lahir" ucap sang mama sembari mengelus perutnya yang mulai membesar.

Bocah cowo yang berparas tampan itu mendekat ke arah sang mama dan duduk pas di depan perut buncit sang mama.

"Halo adek abang Fen, kata mama adek abang Fen yang di dalem perut mama ini laki - laki. Aduh abang Fen jadi ga sabar deh nungguin adek keluar dari perut mama" ucap bocah tadi sembari mengecup perut sang mama.

"Mama nanti kalau adeknya udah besar berarti nanti bisa main bola dong bareng sama Fen?" Ucap bocah yang bernama Fenly itu.

"Oh tentu dong, nanti Fen ajarin adiknya main bola ya" ucap sang mama sembari mengelus rambut kecoklatan milik anak sulungnya itu.

•••

Baru saja Fenly terpejam sejenak, memori itu kembali memutar di pikirannya.

Fenly yang kesal akan bayangan itu langsung mengacak - acak rambutnya prustasi.

"Maaf ma, Fen belum bisa jadi abang yang baik buat adek - adek abang" lirih Fenly.

Tak lama Fenly sudah berada dalam alam mimpinya.

•••

"Mana Zweitson?" Tanya Fenly ketus

"Sakit bang, kemaren demamnya tinggi banget" ucap Reinna.

Fenly terdiam, ia mengingat kejadian kemarin. Lalu menghela nafasnya pelan.

'DIA' ADIK KITAWhere stories live. Discover now