20. BERTEMU

525 95 2
                                    

Happy reading

"Shandy"

"Eh papa, kenapa?"
Shandy langsunh mendudukkan badannya.

"Alamat mereka masih sama?"

Cowo berambut merah itu terbengong sembari mengelolah apa yang dimaksud olah sang Papa.

"Mereka?"

"Shan, ayolah kamu gak usah sok ga tau"

Shandy berdecak kesal.

"To the point elah, Shandy bukan cenayang yang bisa tau pikiran papa" ucapnya sembari memutar kedua matanya malas.

"Shan.."

"Papa gengsi buat nyebutin nama mereka?"

Sang papa terdiam.

"Senajis itu kah mereka?"

"Shandy!"

Shandy hanya tersenyum.

"Huft, kenapa papa tanya - tanya? Mau nyamperin?"

Sang papa hanya mengangguk ragu.

"Tumben?"

"Loh, bukannya kamu yang nyuruh papa buat datengin mereka?"

"Pinginnya sih gitu, tapi kalau dilihat dari selama ini Shandy mengajak ketiganya. Ga ada rasa kemauan dari diri mereka buat ketemu papa" Shandy kembali merebahkan badannya di sofa ruang tengah dan kembali fokus dengan televisi di depannya.

"Datengin saja pa" ucap Shandy saat sang papa membalikkan badannya.

"Liat respon anak - anak papa"

***

Suasana dingin, mendung menandakan hujan akan turun. Kini Fenly sedang duduk di balkon kamarnya.

Dirinya baru sembuh pasca kecelakaan kala itu. Walaupun lukanya tak parah, tetapi tetap membuat Fenly kesulitan melakukan aktuvitas.

Dia dalam keadaan sendiri di rumah. Kedua adiknya sedang pergi untuk membeli makan.

"Mau hujan, kenapa ga balik - balik?" Gerutunya.

Motor dan mobil masih ramai memenuhi jalanan tak terlalu besar itu.

Kebetulan balkon kamar Fenly berhadapan langsung dengan jalanan.

Tiba - tiba Fenly mendengar ada yang berusaha membuka gerbang utama.

Ia berdiri lalu melihat, ada siapa di sana.

"Ha? Siapa itu?"

Matanya menyipit, mengingat apakah iya mengenali orang itu?

"Ha? Papa?"

Dengan segera ia berlari menuju bawah.
.
.

"NGAPAIN ANDA KESINI?" Teriak Fenly.

Orang yang di depan gerbang tadi terkejut.

"Fenly? Nak buka dong gerbangnya"

"Buat apa? Ada perlu apa kesini?"

"Ayo buka dulu, kita omongi baik - baik"

Fenly tersenyum smirk dan mau tidak mau ia tetep membukakan gerbang.

Fenly menatap tak suka kepada orang di hadapannya.

"Anak papa udah dewasa ya" orang itu berusaha menggapai Fenly tapi Fenly terus menerus menghindar.

"Anak? Ou ternyata masih dianggap"

"Kamu tetep anak papa, marilah papa mau meluk kamu, papa kangen"

"Stop omongan kosongmu Bapak Zein! Semua itu omong kosong, HAHAHA"

"Fenly! Kenapa kamu sekarang jadi berani melawan papa seperti ini? Siapa yang mengajarimu?"

"Saya melawan karena anda!"

Plak!

"ABAANG!"

Fenly menoleh ke arah suara yang memanggilnya sembari memegang pipinya yang memanas. Lalu kembali menatap sang Papa.

"SUDAH PUAS?"

"Fenly tau papa kesini juga karena terpaksa kan? Fenly samperin papa aja papa nolak kenyataan kan?"

Sang Papa tak menjawab.

"OLEH KARENA ITU FENLY LARANG ADIK - ADIK FENLY BUAT KETEMU PAPA" teriakan Fenly bersamaan dengan turunnya hujan.

"Karena Fenly ga mau mereka ngerasain sakit lebih dalam lagi. Biar Fenly aja yang ngerasain apa itu diabaikan, tak dianggap."

Air mata di pelupuk matanya sudah tidak sanggup ia tahan, air matanya jatuh bersama air hujan.

Sendari tadi Reinna dan Zweitson melihat keributan itu sembari menenangkan sang Abang.

Zweitson kini merangkul pundak Fenly yang bergetar.

"Kalau papa kesini cuma mau bikin keributan, mending papa pergi. Jangan pernah lagi papa datang kesini" ucap Zweitson.

Setelah mendengar perkataan anak bungsunya, sang Papa memilih untuk meninggalkan ketiga anaknya di bawah derasnya hujan.

Zweitson langsung memeluk erat tubuh sang Abang dan disusul oleh Reinna.

Fenly merasa nyaman dipelukan sang Adik dan semakin menenggelamkan wajahnya ke pundak Zweitson.

Mereka berpelukan di bawah derasnya hujan, dan hujan akan menjadi saksi atas keributan antara anak dan papa tadi.

Dan hujan akan menjadi saksi rasa sayang antar ketiganya.

***

*bonus foto ganteng abang Fen*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*bonus foto ganteng abang Fen*

***

Hai hai hai
Maaf banget guys udah lama ga update T_T.
Kalian tagihin aku terus aja biar rajin update ya, hehehe.

Chapter ini dikit ya? Tenang aku bakal double update, khusus hari ini hehehe.

Oh ya, gimana sama chapter ini?
Suka gak?
Sekali lagi maaf slow update ya.

Jangan lupa tinggalin jejak ya.
Vote dan komennya jangan lupa.

Maaf bila typo berdebaran,
terima kasih.

See you next chapter.

Salam dari yang nulis
(Tanggal up)

'DIA' ADIK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang