Masa lalu tidak akan berubah

328 53 1
                                    

Selamat membaca.....







Jennie sudah lebih tenang saat mereka masuk ke taksi. Wajahnya sangat pucat, tubuhnya masih gemetar, namun ia sudah berhenti menangis.

Ia sama sekali tidak bersuara selama perjalanan pulang, tetapi ia tidak menarik diri dari pelukan Taehyung. Taehyung pun tidak memaksanya untuk berbicara, dia hanya terus merangkulnya.

Ketika mereka sudah masuk ke dalam flat Jennie, Taehyung menyalakan lampu dan menuntun Jennie untuk duduk di sofa. "Tunggu sebentar disini, aku akan membuatkan teh untukmu"

Mendengar suara didekatnya, Jennie tersentak kaget dan mendongak menatap Taehyung, seolah-olah baru ingat jika ada orang lain disini. Lalu ia mengangguk kecil dan melepaskan pelukan Taehyung. Ia duduk sambil mengangkat kedua kakinya, memeluk dirinya sendiri dan menggigil. Matanya yang sembab menatap sekeliling flat dengan was-was, seakan takut ada pria tak dikenal melompat keluar dan menyerangnya lagi.

Melihat sikap Jennie yang seperti kelinci ketakutan, membuat dada Taehyung sakit seperti ditusuk-tusuk.

Taehyung berbalik dan menuju ke dapur. Disana ia berhenti melangkah dan menarik napas dalam-dalam sambil berkacak pinggang. S*alan, ia sangat kacau. Amarah dan perasaan tak berdaya bercampur aduk dalam dirinya. Ia harus menuntut penjelasan dari Park Seo Joon, walaupun saat ini Taehyung hanya ingin menghajarnya habis-habisan. Bayangan mengerikan yang pertama kali dilihatnya saat memasuki bilik penyimpanan jaket membuat gelombang amarah kembali menerjang diri Taehyung.

Taehyung memejamkan mata dan berusaha mengatur napas. Ingin ingin meninju sesuatu. Apa saja. Tapi dia tidak mungkin melakukannya disini. Jennie ada diruang duduk dan Taehyung tidak mungkin menimbulkan kehebohan sementara gadis itu masih ketakutan.

Dengan susah payah Taehyung memaksa dirinya bergerak untuk membuat teh. Beberapa saat kemudian, ia kembali ke ruang duduk sambil membawa secangkir teh hangat untuk Jennie. Ia duduk disamping Jennie dan menatap gadis itu yang menyesap tehnya dengan perlahan. Taehyung bisa melihat jelas sinar ketakutan di mata Jennie, tapi badan gadis itu sudah tidak gemetar.

Kalau saja ada cara untuk memutar kembali waktu, Taehyung akan melakukannya tanpa ragu. Apapun resikonya, apapun yang harus dikorbankannya -- walaupun itu berarti dia harus menyerahkan jiwanya sendiri-- Taehyung akan melakukannya. Ia akan melakukan apa saja untuk menghilangkannya ketakutan Jennie, menjauhkannya dari rasa sakit, melindunginya agar tidak terluka sedikitpun. Ia bersedia melakukan apa saja. Demi Jennie.

Tetapi kenyataannya semua sudah terjadi dan Taehyung tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah kenyataan. Itulah yang membuatnya tertekan dan frustasi. Ia merasa tidak berguna karna tidak bisa melindungi Jennie. Seumur hidupnya, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini.

"Maafkan aku" gumam Taehyung lirih, memecah keheningan di flat itu.

Perlahan Jennie menoleh kearahnya. Kebingungan terlihat jelas di wajahnya.

"Aku tahu benar kalau kau tidak nyaman berada ditempat ramai. Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian" lanjut Taehyung dengan suara serak menahan tangis.

Mata Jennie berkaca-kaca, lalu ia mengerjap dan menunduk menatap kedua tangannya yang menggenggam cangkir tehnya "Kau tidak bersalah" jawabnya.

Taehyung menghela napas berat, matanya menatap kosong kedepan "Pria yang tadi itu....." katanya ragu "Sebenarnya aku mengenalnya"

Jennie tetap menunduk tanpa berkata apa-apa.

"Dia teman Almarhum kakakku" lanjut Taehyung dengan suara datar "Aku tidak tahu apa yang membuatnya berani melakukan hal seperti itu, kurasa itu karena dia mabuk"

"Itu bukan alasan"

Taehyung menoleh saat mendengar nada tajam dalam suara Jennie, lalu ia mengangguk "Kau benar. Itu memang bukan alasan"

Jennie menarik napas dalam-dalam dan tetap duduk kaku disamping Taehyung, tidak bersuara. Taehyung melihat tangan Jennie mulai gemetar lagi, ia pun menggenggam sebelah tangan Jennie. Tangan Jennie terasa sangat dingin. Jennie yang melihat tangannya digenggam tidak menarik tangannya karena ia membutuhkan kehangatan dari tangan Taehyung.

Saat itu Taehyung teringat pembicaraannya dengan Park Seo Joon saat di pesta tadi. Apa katanya tadi? Tidak kuduga ternyata selera kedua kakak beradik ini sama. Itulah yang dikatakan Park Seo Joon setelah melihat Taehyung berbicara dengan Jennie. Taehyung tidak sempat bertanya pada Seo Joon. Tetapi sepertinya Park Seo Joon mengenal Jennie. Mungkinkah?

Alis Taehyung berkerut samar dan ia menatap Jennie. Apakah mungkin hal ini ada hubungannya dengan kejadian yang ada di bilik penyimpanan jaket tadi?. Ia harus segera mendapatkan jawaban. "Jennie, apakah kau mengenal pria tadi?"

Napas Jennie tercekat di tenggorokan dan tangannya yang berada di genggaman Taehyung menjadi kaku. Perlahan-lahan ia menarik tangannya dari genggaman Taehyung. Ia sama sekali tidak memandang Kim Taehyung, tapi wajahnya resah dan bibirnya yang mulai gemetar. Melihat gak itu membuat Taehyung berpikir jika Jennie memang mengenal Park Seo Joon.

"Apakah kau juga mengenal Almarhum kakakku?" tanya Taehyung lagi.

Kali ini Jennie langsung berdiri "Ku-kurasa.... Kurasa aku sudah tidak apa-apa sekarang" katanya agak tergagap dan tidak memandang Kim Taehyung.

"Jennie...."

"Julie dan Chris akan segera pulang, jadi kau tidak perlu menemaniku disini" selanya, lalu ia berbalik menatap Taehyung "Aku sudah tidak apa-apa. Sungguh"

Taehyung sangat bingung. Banyak pertanyaan berseliweran dibenaknya. Mengapa Jennie mengelak dari pertanyaannya? Apakah Jennie memang kenal dengan Almarhum kakaknya? Kalau memang begitu, kenapa Jennie tidak mengatakan apa-apa padanya? Ada hubungan apa antara Almarhum kakaknya dengan Jennie Kim? Sebenarnya apa yang terjadi dengan masa lalu?

"Jennie, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Taehyung pelan. Suaranya terdengar frustasi "Apa yang sebenarnya terjadi? Kau bisa mengatakannya padaku"

Jennie menatap Taehyung sejenak, lalu menghembuskan napas perlahan "Tidak, Taehyung. Aku tidak bisa"

Suara Jennie terdengar begitu sedih dan pasrah sampai dada Taehyung kembali seperti dicabik-cabik "Kenapa?"

Setetes air mata jatuh dan mengalir di pipi Jennie "Tidak akan ada gunanya" katanya lirih "Masa lalu tidak akan berubah"




























Annyeong!!

Maapkan karena Chapter ini ceritanya sedikit tidak nyambung, karena Author juga bingung mau dibikin kek gimana.

Tapi tenang nanti pasti ada revisi setelah ceritanya selesai.



Nantikan terus kelanjutan cerita Love In London 😊







#914 kata

Love in London (Taennie) Where stories live. Discover now