10. Soal Diana

205 14 0
                                    

Perhatianku kepada Diana sama sekali tidak teralihkan. Gadis itu sangat pendiam, dia juga tidak bersuara selama acara dimulai. Beberapa teman perempuan yang lain juga bersikap seperti tidak peduli.

Aku tidak tahu harus mengatakannya bagaimana, tapi yang jelas mereka seperti mengabaikan Diana yang sedang duduk sambil menikmati camilannya di ujung meja.

Mendadak aku ingat perkataan Tasya perihal keseharian Diana yang pernah dibicarakan dalam grup chat. Aku merogoh ponsel yang ada di dalam tas dan mencari akun instagram Diana menggunakan akun fake. Entah kenapa saat itu kepalaku malah berpikir ke akun sosial media Diana.

Ketemu! Namanya Diana Salman.
Sepertinya dia anak semata wayang. Hanya tebakanku saja. Karena setiap fotonya hanya ada tiga orang. Dia, laki-laki dan perempuan yang terlihat agak tua. Mungkin itu ayah dan ibunya Diana.

Jempol tidak tahu diri ini refleks menekan tombol Invite. Oh, sialan! Kenapa malah harus menekan invite, sih! Terserah deh. Sudah terlanjur mau bagaimana lagi. Untung saja pakai akun fake. Setidaknya wajahku masih aman.

Aku terus men-scroll akun instagramnya sampai paling bawah. Tidak terlalu banyak foto yang diunggah. Hanya ada beberapa foto keluarga dan gambar pemandangan hasil potretan, tapi ada satu foto yang menarik perhatianku. Sebuah obrolan game yang diunggah baru-baru ini. Aku membacanya sekilas, dia menyebutkan Nama Mas Jagat.

Aku merasa tanganku gemetar hebat. Percakapan itu berisi ucapan terima kasih Diana ke Mas Jagat, dan sebuah janji yang diberikan Mas Jagat karena Diana berhasil masuk ke peringkat 100 besar peserta lomba.

Seketika aku reflek menoleh ke Mas Jagat yang sedang tertawa dengan teman-temannya.

Cukup. Aku tidak mau menambah bukti baru. Semakin aku penasaran, rasanya semakin kesal. Kalau memang terbukti Mas Jagat ada main di belakangku, lebih baik aku pulang ke rumah orangtua daripada batin terluka.

Kali ini pandanganku tetuju pada Diana. Dia masih sendiri, tidak satu pun orang yang datang menghampiri atau mengajaknya bicara. Prihatinku pada Diana sebelumnya lenyap dalam sekejap.

Sora menepuk bahuku. "Kamu kenapa?" tanya Sora.

"Enggak kenapa-kenapa." Aku mengambil jus yang ada di depanku, menyeruputnya sampai tandas lalu pesan lagi dengan tambahan camilan, biar saja Mas Jagat yang bayar.

***

Suara gelak tawa Mas Jagat tidak ada henti. Sebagian dari kami sudah ada yang pulang karena ada urusan lain, sisanya masih bersenda gurau.

Mas Jagat melambaikan tangannya ke arahku. Dia memberi isyarat agar aku mendekat. Aku menurutinya.

"Raya, kenalin. Ini namanya Bang Je. Nama aslinya sih Bang Tomi. Dia CO lead di tim kita."

Aku hanya senyum sekilas. Orang bernama Bang Tomi tadi mengatakan aku ini cantik. Aku kembali menanggapi seadanya. Memang kodratnya perempuan itu cantik, kan.

"Istri gue emamg cantik dari bayi. Gue aja yang suaminya sering kesemsem setiap hari. Rasanya kalau enggak lihat senyuman istri sehari aja tuh hampa, Bang." Mas Jagat mulai drama.

"Manis banget mulut buaya," kataku asal. Beberapa teman Mas Jagat reflek tergelak.

"Anjir, lo tau dia buaya, tapi kenapa masih nikah sama dia?" tanya Bang Tomi.

"Buaya itu harus ketemu sama pawang, jangan ketemu sama betina di jalan. Bahaya, bisa kebablasan salah singgah." Aku berpangku tangan.

"Anjir, bini lu tajem juga kalau ngomong," kata salah satu teman Mas Jagat.

"Maklumin aja. Kalian mau tau, Raya itu kalau di rumah sering konsumsi cabe setan. Jadi nggak aneh kalau mulutnya pedes, ngalahin pedesnya omongan tetangga." Aku mencubit paha Mas Jagat sekencang mungkin. Dia kelimpungan mengusap pahanya.

"Sakit, Raya. Kok aku dicubit, sih."
"Pengen aja."
Mas Jagat mendekatkan wajahnya ke teleingaku. "Pengen cubit aja atau pengen manja?"

Mas Jagat masih mengaduh kesakitan waktu tangannya kucubit. Dia melihatku lagi lalu memerhatikan ke belakangku sambil tersenyum. Aku ikut menoleh.

Tatapanku saat itu bertemu dengan Diana yang sedang tersenyum ke arah Mas Jagat. Dia langsung berhenti dan menunduk ketika melihatku.

"Anak gadis sekarang nggak bisa lihat suami orang, ya. Bahaya banget," gerutuku.

"Kamu ngomong apa, Raya?"

Aku tersentak waktu menoleh dan mendapati wajah Mas Jagat sudah dekat dengan wajahku. "Ka-katanya mau ngenalin aku sama yang namanya, Diana. Mana?" kataku seadanya.

"Ya ampun aku lupa." Dia menarik lenganku, "ayo."

Mas Jagat mengajakku ke tempat di mana Diana duduk. Sebenarnya aku sudah tahu perempuan yang bernama Diana. Tapi berlagak tidak tahu saja. Biar Mas Jagat sendiri yang mengenalkanku padanya.

Mas Jagat menepuk-nepuk lantai tepat di sampingnya dia duduk. Di depannya ada Diana yang sedang bergeming.

"Raya, ini Diana." Mas Jagat mengenalkanku kepada Diana. Aku menyodorkan tangan mengajak berkenalan. Dia menerimanya.

"Diana, ini Raya. Istriku." Mas Jagat nyengir waktu mengenalkan Diana padaku. "Dia cantik banget, kan? Tapi jangan pernah bikin dia kerasukan setan, ya. Kalau marah seram soalnya."

Tangaku reflek menjiwitnya lagi.

Diana hanya menunjukkan wajah tersenyum. Tidak ada awalan untuk membuka pembicaraan, selalu saja Mas Jagat yang memulai. Kadang Mas Jagat membuat lelucon tapi hanya Diana yang paham.

To be continued ....
Jum'at, 02 September 2022

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 02, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wife's AttackWhere stories live. Discover now