28. Semesta tau mana yang harus hilang

78 5 0
                                    

Park Seorin juga manusia, ia mungkin bisa saja diam saja saat seminggu yang lalu ia diperlakukan tak lebih dari seorang jalang murahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Park Seorin juga manusia, ia mungkin bisa saja diam saja saat seminggu yang lalu ia diperlakukan tak lebih dari seorang jalang murahan. Ia punya hati nurani, kemanusiaan yang masih senantiasa melekat dalam diri. Entah bagaimana, bayangan Jungkook bak sebuah fatamorgana semu yang menyenangkan. Sebuah hantaman dalam dadanya yang sesak tapi menenangkan. Seorin berharap ia bisa hamil, mungkin anaknya Jungkook setelah bercinta di mall besar kala itu. Ralat bukan bercinta, melainkan hanya melakukan seks. Pun itu seks singkat yang tak lebih dari lima belas menit. Benar-benar tanpa pemanasan dan tanpa aftercare, semuanya berlangsung tiba-tiba dan begitu cepat.

Namun, semesta tahu mana yang harus hilang, mana yang harus tetap ada, mana yang harus menetap sementara dan mana yang harus menunggu sedikit lagi waktu untuk juga menghilang. Semudah itu nyatanya semesta memporak-porandakan apa yang menurut-Nya tak benar. Seorin mendapat tamu bulanannya pagi ini, seiring kecewa ia juga turut mengerti, Jungkook tak mungkin mengambil resiko dengan menghamili wanita mana pun termasuk dirinya. Kejadian kemarin hanyalah satu cara menyakiti yang Jungkook agungkan tanpa kesakitan melainkan kenikmatan. Padahal Seorin merasa akan lebih baik dicambuk dua kali daripada diberi kenangan sekeji ini.

Niat hati ia ingin menghubungi beberapa orang yang dulu dekat dengan Jungkook, seperti halnya Jimin dan Taera atau Jimin dan Aera. Namun, baru saja ia hendak menghubungi salah satunya dan ingin kembali menjalin hubungan rekat dengan semuanya, ia diingatkan oleh kebencian semua orang padanya karena apa yang dulu ia lakukan. ia ingat saat bodohnya ia menganggap Yerin adalah ancaman untuk hubungannya dengan Jungkook, tapi hal itu sepenuhnya salah karena yang sebenarnya terjadi adalah dirinya sendiri yang menjadi duri di antara takdir mereka.

Seorin berdiri di depan rumah Jungkook, menunggu pintu terbuka sampai ia kesemutan sendiri. Tidak ada sahutan saat ia menekan bel hampir lima kali, seperti kehadirannya sangat tidak diinginkan atau memang tidak ada orang di rumah. Rumah besar yang dulu selalu menjadi tempatnya berteduh dari kacaunta isi kepalanya, sekarang tak lebih hanya setitik singgah dalam kenangan yang juga menolak kehadirannya.

Dua puluh menit berlalu, tapi kata menunggu selalu membuat detik-detik yang biasa terasa cepat, seolah melamban dua kali lipat. Seorin tetap di sana, menunggu tanpa tahu rumah itu nyatanya sedang tidak ada orang kecuali Arkein yang sedang tidur karena baru pulang dari kuliahnya.

"Sedang apa? Jungkook ke Los Angeles dua hari lalu."

Suara yang tiba-tiba terdengar saat Seorin mulai putus asa. Itu suara Taehyung yang datang karena Jungkook memintanya untuk menemani Arkein di rumah, meski Arkein bisa tanpa pengawasan atau penjagaan, Jungkook tetap saja khawatir. Ia takut Arkein melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri, jadi Jungkook pikir setidaknya jika Taehyung di sana, Arkein akan berpikir dua kali jika pun benar-benar akan melakukannya.

"Dua hari lalu?" tanya Seorin terkejut. Ia dari dulubtak pernah bisa sedekat itu dengan Taehyung, bahkan saat tahu Taehyung adalah saudara tiri Jungkook. Dan sekarang kecanggungan itu berlipat setelah ketidakadaan pertemuan selama belasan tahun. Entah karena ia sendiri yang tidak bisa berteman, atau memang Taehyung yang sangat menjaga jarak darinya. Terasa sekali bahwa sebenarnya Taehyung memiliki kepribadian lebih dingin dari Jungkook.

Perfect Dandelion ✓Where stories live. Discover now