8. Rayuan (M)

3.8K 355 13
                                    

"Son, kenapa Harry lemas sekali?"

"Kau juga terlihat lesu, ada apa dengan kalian ini"

Baik Lucius dan Narcissa terlihat khawatir dengan keadaan kedua putra mereka yang seperti nya dalam kondisi tidak baik-baik saja. Narcissa yang membawakan kopi untuk putra nya, mengelus lembut kepala Draco. Senyum keibuan nya selalu saja berhasil membuat Draco menenangkan hati nya

Ketiga nya sedang berada di salah satu ruang keluarga, jauh dari kamar tidur yang ditempati oleh Harry. Pasalnya menantu kesayangan mereka itu sedang tertidur pulas saat setelah makan malam, ulah Draco yang memberikan sedikit ramuan penenang pada si istri

"Aku hanya sedang bingung saja dan Harry lemas mungkin karena tadi pagi menangis perut nya sakit" Ucap Draco seadanya yang di kepala nya. Sedikit mengundang curiga Lucius permasalahan anak nya ini tidak semudah itu

"Memang nya apa yang kau bingung kan, Son?" Tanya Lucius

"Harry"

See? Kalau sudah menyangkut istri tersayang tidak mungkin tidak terpikir sampai terlarut-larut seperti ini. Lucius lebih mendekatkan duduk nya pada anak nya, tatapan dalam sang ayah tidak bisa dielakkan. Menuntut lebih dalam untuk sebuah penjelasan yang lebih masuk akal

"Harry dulu kalau aku menyentuh nya sudah ketakutan tapi sekarang setiap ada kesempatan dia pasti akan mengajak berhubungan badan tanpa pengaman"

Jujur, Draco sendiri bingung bagaimana menjelaskan sikap Harry yang sudah menikah menjadi sangat berbeda. Yang bisa di pikirkan Draco bahwa Harry yang masih ketakutan dengan pemerkosaan nya sewaktu dia diculik Death Eather. Mungkin karena itu Harry takut di sentuh bahkan oleh Draco sadari hingga tanpa sadar Draco sendiri menjaga jarak

Apakah yang diri nya lakukan ini salah? Bagaimana agar hubungan kedua nya bisa semanis dan selengket sewaktu pacaran dulu?

"Yah, kalau Mommy dulu itu hanya karena menstruasi nya jadi dia sangat sensitif. Kalau Harry, Dad sendiri juga tidak tau"

"Lebih baik kau susul Harry, ini sudah sangat larut. Seorang istri sangat senang kalau di bujuk saat di masa sulit nya. Yang harus kau lakukan hanya sabar, son" Narcissa yang berpengalaman memberikan saran nya. Sangat sederhana sekali pemikiran wanita anggun itu dan selalu bisa membuat Draco terkagum dengan wanita tercinta tersebut

"Baiklah, selamat malam Dad, Mom" Salam Draco sebelum naik ke lantai atas

Sebelum membentuk pintu dan masuk ke dalam kamar nya sendiri. Pria tampan itu berusaha meredakan debar jantungnya yang entah kenapa terasa sangat berisik. Terasa seperti beberapa tahun lalu, beberapa kenangan manis saat diri nya berusaha mendekati pria manis nya, beberapa trik rayuan berusaha diri nya ingat agar yang ada di dalam luluh hati, beberapa kata di dalam benak nya Draco susun apik agar Harry tersenyum lagi

Namun nihil

Ketika pintu terbuka yang menyambut adalah air mata dan isakan. Hancur sudah semua yang ada di benak Draco karena refleks nya hanya membuat tubuh nya berlari cepat segera memeluk tubuh bergetar itu. Setiap kali Harry menangis, Draco juga merasa sedih

"Dear~"

Panggilan Draco diabaikan Harry yang masih sibuk menangis diam-diam. Tangan besar si dominan membalikkan tubuh submissive nya dengan sangat mudah kemudian menyingkirkan dua tangan yang menutupi wajah bersedih itu. Mata hijau indah itu sudah membengkak namun air mata tetap saja mengalir

Chup

Kecupan hangat Draco berikan dengan maksud Harry mau menghentikan tangisan nya. Harry sudah tidak terisak lagi dan mengatur nafas nya kembali walau air mata masih berjatuhan. Sungguh Draco sangat benci air mata indah ini. Tangan besar nya membawa wajah ayu lembayung tersebut agar kedua mata mereka saling bertatapan

"Dear, ada apa?"

Harry masih belum menjawab, sibuk mengatur nafas. Mata hijau zamrud yang mencari sesuatu di kelabu nya yang dia sendiri tatap. Seakan ada sesuatu di balik kelabu itu, yeah

"Ap- appah kamuh ingin sseorang anak?"

Sebuah jawaban dicari oleh Harry di mata kelabu karena mata itu tidak bisa berbohong dari Harry. Kelabu yang sempat membelalak terkejut namun segera kembali menghayutkan itu, Harry sudah tau apa jawaban nya

"Pertanyaan apa itu, Dear?" Tapi seolah-olah Draco tutup telinga dan tidak mau menjawab diri nya. Itulah pertanyaan Harry yang sebenarnya, kenapa Draco menutupi nya? Kenapa Draco tidak mau jujur?

"K-kamuh tidak mauu?" Harry bersiap-siap menangis kembali namun kalah cepat dengan si suami yang sudah kembali memeluk nya erat sambil ucapan-ucapan pembuat tenang dia lantunkan bak sebait lagu untuk tidur

"Kamu masih saja bodoh, Dear" Umpatan pedas Draco lantunkan setelah ucapan manis tadi. Karena tidak mau terlalu menindih Harry di posisi ini, dengan mudah nya Draco membawa tubuh mungil itu bangkit untuk duduk di pangkuan koala nya. Tangan besar itu tetap mengelus punggung sempit Harry sambil sesekali mengusap bagian belakang kepala nya

"Tentu saja aku mau"

"Baik seorang bayi laki-laki atau seorang bayi perempuan dari mu. Aku sangat ingin menggendong bayi kita sendiri. Teddy memang anak yang baik dan aku tidak akan membedakan kasih ku pada nya. Tapi aku juga mempunyai kerinduan untuk mempunyai bayi dari mu. Tentu saja tidak lah harus, yang terpenting adalah kamu, Dear. Aku tidak ingin kejadian yang buruk menimpa diri mu"

Rasa-rasanya Draco sudah mengucapkan banyak kalimat panjang hari ini, entah Harry paham atau tidak maksud nya. Hati nya sudah gundah gundala, sesuatu yang mengganjal. Yang harus segera di sampaikan untuk kebaikan Harry sendiri. Bahwa Harry mempunyai rahim dan bisa hamil

Seakan mulut Draco selalu terkunci jika sudah menyangkut rahasia ini, bahkan ayah nya sendiri untuk tidak mengijinkan diri nya memberitahu hal ini

"Bisa kita lakukan lagi? Mungkin kalau aku capek aku bisa tidur"

"Tapi kita tidak punya kondom"

"Keluar di luar saja tidak apa-apa, aku mohon"

"Baiklah baiklah"

Draco selalu saja tidak bisa menolak segala permintaan Harry, di benak nya dia mengingat kalau ramuan tadi tidak bekerja maka dia harus membuat ramuan tidur lain nya. Namun sebenarnya adalah, Harry memuntahkan makan malam nya di kamar mandi

Permainan malam ini berjalan lembut tanpa ada suatu gerakan terburu-buru. Tidak ada gerakan piston pinggul Draco yang menyentak dalam kejantanan nya. Namun seakan seperti mendayu-mendayu yang lembut yang mampu membuat submissive nya luluh hati

Putih yang dicapai pun tidak sekali dua kali, berkali-kali tapi setiap pencapaian putih selalu ada nikmat yang mendera keduanya dengan lolongan cinta mereka memenuhi ruangan ini

~•~

T
B
C

Note: tidak ku jelaskan secara rinci karena ini ku buat pas pelajaran Agama hehe

Btw maap lama, lagi sibuk PTM hehe

You Drarry season 2Where stories live. Discover now