36 - Godaan Berat

26K 1.9K 7
                                    

"Masih belum kelar,Kay?"

Kayana mendesah malas,mengalihkan pandangan nya dari pc lalu menatap datar pada Adrian yang cengar-cengir dihadapannya.

Untuk kesekian kalinya Adrian bertanya hal yang sama pada Kayana,seperti kaset rusak pertanyaan nya di ulang-ulang terus. Tatapan nya tampak menghakimi,seolah-olah Kayana tidak becus mengerjakan tugas nya.

Tolong ya,teruntuk bapak Adrian yang terhormat. Gimana caranya Kayana bisa menyelesaikan tugasnya,kalau perkata perkalimat perparagraf selalu dinyinyirin! Ya nggak bakalan fokus lah.

"Tulisan nya dibold Kay, kalau yang itu rata kanan. Penjelasan nya singkat saja yang penting intinya dapet" titah Adrian sambil menunjuk-nunjuk layar pc nya,layaknya boss dan Kayana adalah kacung setia yang menuruti apapun maunya.

Jujur Kayana ingin protes dan mengomel sedari tadi, tapi mengingat deadline nya yang sudah mepet Kayana tidak ingin berdebat dan buang-buang tenaga. Mana dia belum sempat makan siang tadi,laper banget sekarang.

"Udah?" Tanya Kayana jutek sambil mengarahkan layar laptopnya ke arah Adrian,percuma punya orang dalam tapi gabisa diajak nepotisme. Ada tugas tu dibantuin kek,dikasih tau referensi nya dari mana saja.Bukan malah dinyinyirin!

Adrian tampak fokus menatap pada layar pc,kacamata tampak nangkring dihidung nya. Usia tetap nggak bisa berbohong rupanya ckck,penglihatan pria tersebut sudah mulai buruk.

"Kenapa?ganteng?" Tanya Adrian pede saat menangkap basah Kayana yang sedang menatapnya terang-terangan.

"Gak ah..biasa aja" Kayana memutar bola matanya malas,pura-pura tak tertarik. Padahal didalam hati dia sudah ketar-ketir,Adrian pakai kacamata itu sama seperti martabak manis ditambah topping extra.Gak dikasih saja sudah enak,apalagi kalau dikasih!

"Hmmm..masih ada yang kurang..." komentar Adrian sembari menyenderkan punggung nya pada kursi,jarinya mengetuk-ngetuk meja.

Memang ya,manusia disebelah nya ini tidak ada puasnya. Kriteria nya untuk kata sempurna terlalu tinggi,kecuali untuk urusan pacar. Pasalnya Kayana yang kelas menengah ini secara mengejutkan bisa menarik perhatiannya.

Fokus Kayana jadi buyar saat Adrian meletakkan salah satu tangannya pada sandaran kursi Kayana,bukan masalah posisinya tapi otot-otot lengan pria tersebut terlihat jelas seolah menggoda Kayana untuk khilaf.

"Ngucap Kay,istighfar" batin nya dalam hati, berada dalam jarak sedekat ini jelas tidak aman untuk jantung nya.Kayana menggeser duduknya sedikit, sok alim.

Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tugas nya masih jauh dari kata selesai. Karena dari tadi selalu mendapat koreksi dari Adrian alhasil tugas nya stuck di situ-situ saja,baru saja dikerjakan disuruh ulang. Kalau terlalu perfeksionis gimana mau cepat selesai!padahal deadline nya tinggal dua jam lagi.

"Boleh gak pak,bapak ubah settingan di portal nya jadi empat jam lagi. Otak saya mumet,perut saya laper,keduanya sudah gak bisa di ajak kompromi" keluh Kayana mencoba bernegosiasi,meskipun tau usulannya bakalan ditolak setidaknya ia berusaha.

"Gak bisa" sahut Adrian tegas,tuh kan! Dibilang juga apa,pria ini gabisa diajak kompromi.

Lagian salah Adrian sendiri tugas Kayana gak kelar-kelar dari tadi,saat ia mencoba serius malah diajakin ngobrol lah,main uno lah,ditanyain bagusnya beli kain sarung motif kotak atau bulat-bulat.Gak ada habis nya pokoknya! Dan saat deadline nya sudah mepet begini,masih sempat-sempatnya di nyinyirin!

"Kamu sih,kalau dari tadi serius pasti tugasnya sudah siap" sahut Adrian enteng dan malah menyalahkannya,kawan-kawan! Plis deh,Kayana jadi gedeg maksimal kalau begini.

Skripsi atau Resepsi [END]Where stories live. Discover now