MeReKa || 9

140 21 0
                                    

Aqila berjalan dengan ceria melewati lapangan menuju ke kelas, wajahnya dihiasi dengan senyuman yang sangat indah, matanya memancarkan binar kebahagiaan.

Kemarin, Devan menanyakan dan ingin membaca tulisannya yang dilirik penerbit, dan waw! Baru membaca lima part, Devan langsung menyetujui agar tulisan itu di terbitkan. Bahkan Kakaknya bilang, dia akan membantu mempromosikan karyanya itu di instagram. Meski pasti akan sangat aneh, akun instagram yang seperti dimiliki oleh orang mati, tiba-tiba memposting sebuah feed mempromosikan cerita dengan caption yang panjang.

Aqila hampir sampai pada gedung sekolah, tapi ada yang memanggilnya dari belakang, "Kikil!"

Aqila langsung berhenti, senyumannya langsung luntur begitu mendengar suara tersebut. Meski yang terdengar bukan namanya, tapi dia yakin bahwa itu panggilan untuk dia. Itu pasti laki-laki kemarin, namun Aqila tidak tahu namanya siapa, mungkin setelah ini dia harus bertanya pada Dira.

Aqila membalikkan badannya, menghela nafas sebentar lalu menerbitkan kembali senyum yang tadi hilang. Tidak, dia tidak boleh meluncurkan senyumannya, hari ini dia harus tetap tersenyum agar kebahagiaannya bisa dirasakan semua orang. "Kenapa, kak?" tanya nya.

Enam laki-laki di hadapan Aqila tertegun ketika melihat senyuman itu. Dari semenjak bertemu, baru kali ini mereka melihat senyum indah gadis itu.

Leon, Hasan dan Husain mengalihkan pandangannya, Rey melihat Aqila dengan mata yang tak berkedip, Dilan menelan ludahnya dengan susah payah.

Adam pun sama, dia menelan ludahnya susah payah, membasahi bibirnya yang tiba-tiba kering, dan bahkan... Ah ini kenapa detak jantungnya menjadi tidak normal? Demi apapun, senyuman itu sangat cerah seperti matahari.

"Kak?" tanya Aqila lagi saat enam laki-laki itu malah membengong.

Para inti Alaska pun akhirnya sadar, mereka langsung menormalkan kembali ekspresi mereka. Leon angkat bicara terlebih dahulu, "Jangan dulu ke kelas, ikut kita!"

Mereka pergi menuju kantin. Leon, Hasan dan Husain berada di depan, Rey dan Dilan di tengah, dan Adam mengiringi mereka di belakang bersama Aqila.

Adam sengaja memilih disamping gadis itu, dia ingin menjahili Aqila. "Kikil," panggilnya, suaranya sangat kecil supaya hanya Aqila yang mendengar.

Aqila menoleh dengan senyuman yang sedikit terpaksa namun berusaha dia tampilkan dengan lembut. "Iya kak," jawabnya.

Oh tidak! Senyuman ini memang berbahaya! Niat ingin menjahili, tapi melihat senyuman itu, dia malah ketar ketir duluan. Dan juga, kenapa gadis itu selalu tersenyum hari ini?

Adam barusaha untuk terlihat biasa saja, dia tersenyum membalas Aqila. "Gue Adam," ucap Adam memeperkenalkan diri.

Saat ini Aqila sudah tidak menoleh lagi, sekarang dia berjalan dengan sedikit menunduk. Dia sempat kaget tadi saat menoleh ke arah Adam, ternyata sudah banyak siswi-siswi yang berkumpul.

"Enggak nanya," balas Aqila mencoba membuat mimik mukanya seperti orang yang bodoamat, padahal di dalam hati dia mengucapkan kalimat yang berbeda. "Oh, namanya Adam,"  Itu adalah ucapan yang di dalam hatinya.

Adam kesal dibuatnya, ternyata gadis ini tidak berubah. "Kikil, lo bener-bener ya," kesalnya.

Sekarang, Aqila berhenti berjalan. "Kak... Jangan panggil aku Kikil! Aku bukan makanan!" tegasnya. Dia tidak suka jika namanya diganti-ganti seperti ini, namanya bagus, malah di buat jelek.

Setelah itu, Aqila berjalan kembali. "Coba kalo nama Kakak aku ganti dengan nama yang jelek, nama Kakak aku ledek-ledekin, pasti gak terima juga."

"Kata siapa?" tanya Adam.

Meraih Restu Kakak [TAMAT] #WRITONwithCWBPWhere stories live. Discover now