MeReKa || 16

150 21 0
                                    

Gio membawa pasukan Elang ke Markas Mereka. Markas itu berada cukup jauh dari perkotaan, mereka harus memasuki gang sempit dulu untuk bisa menuju kesana. Dulu, yang mendirikan Geng ini sengaja memilih tempat terpencil untuk dijadikan Markas, karena Geng Elang ini suka mencari keributan. Jadi saat polisi mengejar Mereka, polisi jarang ada yang bisa menemukan.

"Gila sih Cewek tadi kasian anj*r," ucap Kristan setelah melepas helm yang berada di kepalanya.

Kenan yang mendengar itu mengangguk. "Dan gue gak habis pikir, kok Bisa-bisanya ya, tuh Cewek dateng kesono? Dateng tanpa dikasih umpan," ucap Kenan sambil geleng-geleng tak percaya. Luka yang di tubuhnya masih sakit, tapi untungnya masih bisa dia tahan.

Mereka para Anggota Elang mengangguk setuju. Sepertinya Tuhan memang merestui rencana Mereka, sampai-sampai langsung mendatangkan Aqila kesana, sebelum Mereka cari.

Gio mendengus kesal, mendengar perkataan teman-temannya. "Enggak udah pikirin itu, inget misi kita!" ketusnya lalu melenggang pergi memasuki Markas.

Di dalam markas, Gio dikagetkan dengan Sosok Perempuan yang sudah duduk di sofa single yang ada disana. Ck. Itu kan tempatnya, kenapa orang itu asal duduk saja.

"Gimana? Berhasil?" tanya Perempuan tersebut, lalu meminum Wine dari gelas yang ada di genggamannya.

Sebelum menjawab pertanyaan yang langsung menyambut kedatangannya itu, Gio lebih dulu menduduki Sofa panjang disebelah kanan Perempuan tersebut. Gio menaikkan kaki kanannya, ditumpukan pada kaki kiri. Dia hendak mengambil gelas dan menuangkan wine, tapi perkataan Shella membuatnya berhenti.

"Jawab dulu pertanyaan Gue!" titah Shella. Ya, Perempuan yang ada di Markas Elang itu adalah Shella.

Akhirnya Gio mengalah, dia menyandarkan tubuhnya pada pada sandaran sofa. Dia menjelaskan kejadian tadi pada Shella, "Tenang aja, Cewek itu tadi udah ketakutan banget kok. Apalagi saat Kita ngaku-ngaku dia Bos, dia langsung kaget."

"Terus gimana sama Anggota Alaska?" tanya Shella lagi. Tujuannya merencanakan ini bukan hanya untuk membuat Aqila takut, tapi membuat seluruh Anggota Alaska atau kalau bisa Seluruh Warga Sekolah, membenci Aqila.

"Mereka belum sepenuhnya percaya," jawab Gio. "Tapi lo gak usah khawatir, gue sama yang lain udah ngerencanain ini semua kok. Yang penting, lo harus inget sama perjanjian kita! Jangan sampai pengorbanan gue ngehianatin Alaska sia-sia!" tambahnya cepat saat melihat Shella akan murka.

Shella menormalkan ekspresinya kembali, dia menyeruput Wine nya untuk membasahi tenggorokan yang sangat terasa kering. Shella menganggukkan kepalanya sebagai respon untuk perkataan Gio tadi. "Lo tenang aja, asal kemauan gue terpenuhi, perjanjian itu gak akan gue ingkari."

***

Sore ini, Devan menepati janjinya untuk pergi ke Markas Alaska. Tapi bukan yang di dekat sekolah, melainkan di Markas yang berada di dekat alun-alun Kota Jakarta. Disini tempatnya lebih luas, jika semua anggota berkumpul pun, masih ada tempat tersisa. Memiliki dua kamar pribadi, biasanya digunakan jika ada Anggota yang habis mengalami masalah lalu tidak sadarkan diri. Ada ruangan khusus juga untuk Anggota yang beragama islan, untuk menunaikan ibadah. Pokoknya, ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan Markas yang di dekat sekolah.

Devan datang seorang diri, Rio tidak bisa ikut karena sore ini harus keluar kota untuk mengurusi pekerjaan. Sedangkan Devan hari ini izin untuk ke cafe pada malam hari saja, sehabis magrib.

Memang, Anggota Alaska yang dulu-dulu, yang sudah pensiun, rata-rata sudah memiliki pekerjaan, hanya beberapa yang masih kuliah. Keadaan ekonomi yang mengharuskan mereka bekerja. Karena Alaska bukanlah kumpulan anak-anak orang kaya, Mereka kebanyakan dari keluarga yang sederhana, syukurnya bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Meraih Restu Kakak [TAMAT] #WRITONwithCWBPWhere stories live. Discover now