Chapter 1

1.6K 221 1
                                    

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kereta akan kembali bergerak sebentar lagi. Mohon untuk tetap tenang dan kembali ke tempat duduk Anda masing-masing.”

Semua itu hanya mimpi. Mimpi yang panjang tentang seorang protagonis tampan, penulis sombong, dan pembaca yang mengetahui segalanya. Dan mimpi tak pernah menjadi kenyataan. Semakin tinggi kau berharap, maka semakin sakitlah kau terjatuh.

Kim Dokja memasang wajah datar dan kembali memandangi handphone miliknya yang masih menampilkan novel The World After The Fall. Dunia dimana Kim Dokja hidup adalah realita dan dunia yang berada di hadapannya saat ini adalah fantasi.

Genre hidupnya tidak mungkin berubah begitu saja. Itu mustahil.

3807

Gerbong kereta dimana Kim Dokja berada sekarang adalah gerbong nomor 3807.

Kim Dokja kembali mencoba untuk mengingat mimpi panjangnya.

Sampai kereta kembali bergerak dan berhenti di stasiun tujuan. Semua orang langsung turun, Kim Dokja juga melangkahkan kakinya keluar. Itu adalah gerbong 3807 dan tepat di sampingnya adalah gerbong 3707.

Kim Dokja berhenti di depan gerbong dan melihat ke samping, ke arah pintu gerbong 3707. Ada seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam yang keluar dari sana. Wajahnya sedikit terhalang topi yang dipakainya, tapi Kim Dokja tahu dengan jelas bagaimana wajah orang itu.

Itu adalah wajah yang selalu dikaguminya. Wajah protagonisnya yang tampan dengan rambut hitam dan mata hitam.

Kim Dokja melangkahkan kakinya dan mengulurkan tangannya. Bisakah seorang pembaca dan pemimpi sepertinya meraih protagonis itu?

Tapi tidak peduli apa pun yang terjadi Kim Dokja sudah memimpikannya selama 15 tahun. Dan dia ingin meraihnya.

Saat tangannya menyentuh baju berwarna hitam itu, sang pemilik menoleh. Raut wajah yang berada di bawah topi itu tidak enak dipandang. Itu tampak marah dengan kedua alis hampir menyatu.

“Apa?” suaranya terdengar berat dan penuh penekanan.

Mulut Kim Dokja terbuka, tapi tidak ada satu suara pun yang keluar. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Itu adalah protagonisnya, protagonis yang dia tunggu selama 15 tahun.

“Minggir.”

Melihat Kim Dokja terdiam tidak jelas, laki-laki berpakaian serba hitam itu menarik tangannya dan pergi menjauh, meninggalkan Kim Dokja yang masih terdiam di dengan gerbong kereta.

***

[Fabel ‘Sahabat Hidup dan Mati’ ingin bercerita sekali lagi!]

Kim Dokja terbangun dengan keringat di seluruh tubuhnya dan air mata yang mengalir melewati pelipisnya.

Hatinya terasa kosong. Itu sangat tidak nyaman, seolah semua yang berharga telah direnggut darinya. Dan dia ingin mendapatkannya sekali lagi. Sekali lagi dan untuk selamanya. Kim Dokja ingin membaca cerita itu.

“Kenapa?" Kim Dokja terisak, "Kenapa mimpi ini terus menghantuiku selama 15 tahun? Kenapa? Perasaan apa yang kurasakan saat ini?”

Di malam yang dingin, di dalam apartemen kecil, suara isak tangis yang memilukan terdengar. Suara itu mengandung berbagai emosi dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan.

Dari seorang pembaca yang kehilangan ceritanya.

TBC...

Selasa, 8 Februari 2022

This is Just A Dream, But...Where stories live. Discover now