Chapter 5

924 175 3
                                    

Di pagi hari itu Han Sooyoung sedang galau. Sejak dia pertama kali bertemu Kim Dokja, dia sudah merasakan perasaan aneh. Hal itu ditambah dengan mimpi tidak jelas yang dia alami malamnya.

Akibatnya keesokan harinya, Han Sooyoung meminta orang-orangnya untuk mencari informasi tentang Kim Dokja. Mulai dari dimana dia tinggal, nomor kontaknya, masa lalunya, dan semua hal sampai yang terkecil sekalipun.

Tapi sekarang Han Sooyoung bingung apa yang harus dia lakukan dengan semua info yang dia dapatkan ini. Terutama nomor teleponnya. Sejak Han Sooyoung bertemu Kim Dokja malam itu dia benar-benar menyesal tidak meminta nomor teleponnya.

Tapi jika Han Sooyoung tiba-tiba menelepon Kim Dokja bukankah itu aneh? Bagaimana jika dia beralasan dia meminta nomor Kim Dokja dari Jung Hyun? Tidak. Itu pasti tidak. Ada kemungkinan hal itu bisa menimbulkan masalah. Dan Han Sooyoung tidak suka hal yang berbelit-belit. Ditambah lagi dia membenci Jung Hyun, bajingan itu.

Jadi sekarang Han Sooyoung sedang jalan-jalan di berbagai tempat yang sering dikunjungi Kim Dokja. Mulai dari perusahaan, kereta bawah tanah, dan bahkan Han Sooyoung juga pergi ke depan apartemen Kim Dokja.

Tapi hanya sebatas itu. Dia bukan teman Kim Dokja jadi akan aneh jika dia tiba-tiba mengunjunginya. Semua urusan dengan perusahaan juga sudah beres dan tidak mungkin juga dia secara terang-terangan meminta untuk bertemu dengan Kim Dokja.

Dan sekarang di sinilah Han Sooyoung sambil mengendarai salah satu mobil mewah miliknya berputar-putar di sekitar tempat tinggal Kim Dokja. Mungkin dia bisa beralasan bahwa dia kebetulan sedang ada urusan di situ.

Yap, walau cukup aneh tapi itu bagus. Biar bagaimana pun Han Sooyoung tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya karena mimpi yang terus-menerus dialaminya sejak bertemu Kim Dokja.

Han Sooyoung mungkin tidak bisa langsung menyelesaikannya, tapi pertama-tama dia harus bertemu dengan Kim Dokja lebih dulu.

Bertepatan dengan hal itu Han Sooyoung melihat Kim Dokja bermain bersama anjing berwarna putih di taman dekat apartemennya. Segera saja Han Sooyoung memarkirkan mobilnya dan bergegas menemui Kim Dokja.

Ada empat orang lain yang sedang bersama Kim Dokja. Dua orang remaja dan dua orang anak kecil. Sejenak, Han Sooyoung terdiam melihat mereka.

Han Sooyoung menarik napas dalam dan berjalan menuju mereka, “Kim Dokja!”

Kim Dokja yang mendengar namanya dipanggil menoleh. Sambil tersenyum dia menjawab, “Sooyoung-ssi.”

“Sooyoung saja. Apakah mereka temanmu?”

“Anjing mereka tiba-tiba menghampiriku.”

“Maaf, Ahjusshi, apa Biyoo merepotkatmu. Biasanya Biyoo tidak akrab dengan orang lain, aku benar-benar terkejut ketika dia langsung menghampirimu,” ucap seorang gadis remaja dengan rambut diikat kuda.

“Tidak, tidak apa, aku baik.”

“Sekali lagi aku minta maaf. Biyoo, ayo pergi.”

Berulang kali gadis remaja itu dan temannya berusaha menarik anjing mereka. Namun anjing itu sama sekali menolak dan terus melekat pada Kim Dokja.

Ah-ahjusshi,” tiba-tiba anak kecil di sana memanggil Kim Dokja, “Apakah boleh Biyoo bermain dengan ahjusshi sebentar? Tampaknya Biyoo sangat menyukai ahjusshi.”

“Tentu saja.” Kim Dokja tersenyum ramah sambil mengelus kepala Biyoo.

Biyoo yang mendapat respon positif langsung berkeliling di sekitar Kim Dokja.

“Maaf ahjusshi, kami merepotkatmu,” ucap gadis remaja sebelumnya.

“Tidak apa, sungguh.”

Saat Biyoo mulai berlari di sekitar Kim Dokja dengan gembira, barulah Kim Dokja ingat bahwa Han Sooyoung masih ada di sampingnya.

“Ah, maaf. Apa aku membuatmu bosan?” tanya Kim Dokja.

“Tidak. Aku hanya kebetulan sedang ada di sekitar sini. Kau bisa menikmati waktumu.”

“Nanti biar aku mentraktirmu makan sebagai permintaan maaf.”

“Ah, tidak–”

Ahjusshi, ke sini.”

Seorang gadis kecil menggandeng tangan Kim Dokja dan menariknya ke tempat yang lebih luas. Han Sooyoung memandangi mereka berlima bermain di sekitar anjing Biyoo dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.

Kata orang-orang, bakat menulisnya mulai tampak di usia 13 tahun. Dan sejak saat itu Han Sooyoung sudah banyak membuat berbagai karya, entah cerita pendek atau bahkan novel populer.

Han Sooyoung memang berbakat menulis, namun sebenarnya dia tidak pernah benar-benar menikmatinya. Orang tuanya memiliki banyak uang, sehingga dia tidak pernah kekurangan apa pun sejak kecil. Dia tidak perlu melakukan apa pun dan kehidupannya di masa depan nanti sudah terjamin. Dia mulai menulis karena keisengan belaka. Namun perlahan-lahan hal itu berubah.

Setiap kali Han Sooyoung mulai menggerakkan jarinya di atas keyboard laptop, dia memiliki sebuah harapan tentang suatu cerita yang akan membuatnya puas. Bukan cerita untuk menyenangkan orang banyak, mendapat pujian, atau kepopuleran. Melainkan sebuah cerita yang bisa mengisi kekosongan hatinya.

Tapi cerita itu tidak pernah ada.

Selama 13 tahun Han Sooyoung berkarya melalui tulisannya tidak ada satu pun di antara karya-karyanya yang membuatnya puas. Bahkan ketika salah satu di antara cerita buatannya berhasil mendapatkan adaptasi film dan meningkatkan kepopulerannya, hal itu juga tidak berhasil membuatnya puas.

Seolah cerita yang dia inginkan tidak pernah ada sejak awal.

Tapi hal itu berubah di malam dimana Han Sooyoung bertemu Kim Dokja. Seorang pegawai biasa di perusahaan yang bekerja sama dengannya.

Malam ketika mereka berpisah, Han Sooyoung bermimpi tentang dirinya yang duduk di depan laptop miliknya dan mengerahkan semua upayanya untuk membuat sebuah cerita. Dia tidak ingat apa isi cerita itu, namun dalam mimpinya dia berjuang sangat keras untuk membuatnya.

Han Sooyoung tidak mengingatnya, tapi dia bisa merasakannya. Merasakan bahwa itu adalah cerita yang selalu dia inginkan. Sebuah cerita yang bukan untuk menyenangkan orang banyak, mendapatkan pujian, atau bahkan untuk menambah popularitas. Melainkan sebuah cerita untuk seorang pembaca setianya.

Seseorang yang hidupnya diselamatkan oleh cerita itu. Seseorang yang sangat berharga baginya.

Di pagi hari itu ketika Han Sooyoung bangun air mata membasahi pipinya. Karena itulah esok harinya Han Sooyoung tidak sanggup untuk bertemu Kim Dokja.

Sampai saat ini Han Sooyoung terus mencoba untuk mengingat cerita itu. Tapi tak ada satu pun gambaran mengenainya. Seolah cerita itu tidak pernah ada sejak awal.

Seraya matanya mengikuti gerak-gerik Kim Dokja, Han Sooyoung bergumam, “Siapa kau, Kim Dokja?”

TBC...

Selasa, 15 Maret 2022

Aku minta maaf karena belum update🙏

Sebagai gantinya aku akan up dua chapter. Aku kepingin up tiga chapter sekaligus, tapi besok matematika, jadi nggak bisa santai😥

Maaf ya🙏

This is Just A Dream, But...Where stories live. Discover now