Chapter 3

1K 195 3
                                    

Han Sooyoung merasa aneh dengan Kim Dokja. Berbeda dengan lelaki lain yang mendekatinya karena uang atau wajah, Kim Dokja justru menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.

Mata itu terlihat seperti akan menangis, seperti seseorang yang kesepian dan dirinyalah penyelamatnya. Ditambah lagi mata itu terlihat seolah mengenal dirinya dengan baik. Padahal Han Sooyoung yakin bahwa itu adalah pertemuan pertama mereka.

Anehnya lagi, Han Sooyoung tidak membenci pandangan itu.

Dia bukan tipe orang yang terbuka, namun melihat Kim Dokja memandangnya dengan tatapan seperti itu entah kenapa membuatnya merasa terselamatkan. Seperti hal yang kurang dalam hidupnya bisa dilengkapi oleh laki-laki itu.

Sungguh hal yang konyol, tapi jika laki-laki itu bisa melengkapi kehidupannya maka Han Sooyoung akan melakukan apa pun.

Karena Han Sooyoung sendirian.

Kim Dokja, namanya. Dia tampaknya tidak diperlakukan dengan baik oleh rekan kerja yang datang bersamanya. Tidak lama setelah Kim Dokja dan rekannya itu keluar, Han Sooyoung juga keluar bersama sekretarisnya.

Saat itu Han Sooyoung melihat Kim Dokja yang sedang duduk di salah satu bangku yang disediakan di luar sembari memandangi handphonenya. Tampaknya sangat fokus sambil sesekali tertawa kecil.

“Nona, apakah ada masalah?” Tanya sekretarisnya.

“Tidak. Bukan apa-apa. Kau bisa pergi lebih dulu.”

“Ini sudah malam, Anda juga harus kembali ke kamar.”

“Aku bukan anak kecil dan aku bisa mengurus diriku sendiri. Pergilah.”

“Baiklah kalau begitu. Tolong panggil saya jika Anda perlu sesuatu.”

Sekretarisnya kembali ke hotel mereka lebih dahulu, namun Han Sooyoung masih berdiri di sana memandangi punggung laki-laki yang selalu menatapnya selama pertemuan mereka tadi.

Kakinya melangkah keluar dari restoran dan membeli minuman tanpa mengalihkan pandangannya dari Kim Dokja yang masih sangat fokus membaca sesuatu di handphonenya.

“Dokja,” nama itu terasa sangat pas ketika dia mengucapkannya. Seperti dia sudah mengucapkan nama itu berulang kali.

“Yo, apa yang kau lakukan?” Han Sooyoung mencoba untuk percaya pada takdir dan menyapa Kim Dokja.

“Ah, So-Sooyoung-ssi.” Kim Dokja langsung mencoba menutupi tampilan layar ponselnya dan memperbaiki penampilannya.

“Apa yang kau lakukan di luar sini? Tidakkah kau kedinginan?” tanya Han Sooyoung dengan senyum di wajahnya.

“Ti-tidak, aku hanya menenangkan diri sebentar.”

Kim Dokja gugup. Itu terlihat jelas dengan bagaimana kata-katanya masih gagap ditambah dengan matanya yang tidak melihat langsung ke arah Han Sooyoung.

“Apa yang kau lakukan tadi? Kau tampak benar-benar fokus pada ponselmu, kau tahu.”

“Ah, tidak, aku—” Kim Dokja terdiam.

Setelah diam sejenak, Kim Dokja mengangkat kepalanya, menatap Han Sooyoung dan berkata, “Aku sedang membaca web novel.”

Itu adalah pertama kalinya mereka saling menatap dengan benar. Jujur saja, Han Sooyoung sedikit terkejut.

Sambil duduk di sebelah Kim Dokja, Han Sooyoung terus bertanya, “Web novel? Apa judulnya? Kau tampak sangat senang, ceritanya pasti bagus bukan?”

“Ah, itu....”

Mereka terus berbincang, membahas berbagai hal mulai dari web novel sampai makanan favorit. Dinginnya malam seolah tidak terasa dan sebaliknya justru terdapat kehangatan yang menyebar di antara mereka.

“Han Sooyoung-ssi?”

Jung Hyun yang entah dari mana, datang dan menginterupsi mereka. Melihat kedatangan orang yang tak diharapkan membuat Han Sooyoung kesal. Namun dia harus tetap memasang senyum, biar bagaimanapun Jung Hyun adalah koleganya.

“Apa yang Anda lakukan di sini? Apakah ada masalah?”

“Tidak, tidak ada masalah apa pun.”

“Kalau begitu kenapa Anda berada di sini bersama teman saya? Jika ada sesuatu apa pun, Anda bisa menanyakannya pada saya.”

Han Sooyoung membenci Jung Hyun. Orang tidak sopan ini datang dari antah berantah dan tiba-tiba menyebut Kim Dokja sebagai temannya hanya karena mereka sedang berbincang.

“Ada beberapa hal yang aku tidak mengerti tadi, tapi semua sudah dijelaskan Dokja-ssi. Karena itu, aku permisi sekarang. Selamat malam.”

“Selamat malam juga, Sooyoung-ssi.”

Karena Jung Hyun tidak ada tanda akan segera pergi, Han Sooyoung memutuskan untuk segera kembali ke hotelnya. Dia tidak ingin berurusan dengan orang itu lebih lama.

Tepat ketika menutup pintu kamarnya, Han Sooyoung baru menyadari sesuatu yang penting. Dia seharusnya meminta nomor kontak Kim Dokja.

Han Sooyoung duduk sembari memandangi langit malam. Berpikir apakah Kim Dokja akan baik-baik saja bersama dengan seseorang seperti Jung Hyun itu. Tapi apa pun yang terjadi Han Sooyoung tidak bisa melakukan apa pun. Untuk saat ini.

“Apakah kami masih bisa bertemu lagi?”

Han Sooyoung terdiam sebentar.

“Argh, sial, kenapa aku lupa meminta nomor kontaknya?!” teriak Han Sooyoung kesal sambil menarik rambutnya. 

TBC...

Rabu, 23 Februari 2022

Maaf banget🙏🙏🙏🙏🙏

Karena kesibukan di real life aku lupa up kemarin. Masih dalam masa masa ngurus perkuliahan jadi sibuk banget.

Belum lagi tugas yang numpuk sama persiapan ujian dan kuliah.

Sekali lagi, maaf yang sebesar-besarnya 🙏

This is Just A Dream, But...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang