Chapter 8

869 180 4
                                    

Kim Dokja tidak menyadari arti dirinya dan terkadang hal itu membuat Shin Yoosung marah.

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung hanyalah seorang anak yang ditinggal orang tua mereka sejak kecil. Shin Yoosung sejak bayi sudah ditinggal di panti asuhan, sedangkan orang tua Lee Gilyoung menyerahkannya pada bibinya lalu pergi tanpa kabar.

Shin Yoosung awalnya selalu sendiri, namun sejak Lee Gilyoung datang mereka selalu bersama. Karena mereka berdua ditinggalkan oleh orang tua mereka, Shin Yoosung dan Lee Gilyoung sering mendapat ejekan dan bahkan pernah menjadi objek bully di sekolah mereka.

Tapi mereka selalu bertahan dan sekarang penantian lama mereka terbayarkan.

Pertemuan pertama Shin Yoosung dan Lee Gilyoung dengan Kim Dokja terjadi karena Biyoo, anjing milik Lee Jihye, seorang gadis SMA yang tinggal di dekat panti. Biyoo tidak mau melepaskan Kim Dokja bagaimana pun caranya, sehingga pada akhirnya mereka bermain bersama.

Pada pandangan pertama Kim Dokja tampak seperti pekerja kantoran pada umumnya dan bahkan memiliki aura suram. Tapi ada sesuatu yang terasa akrab tentangnya, sehingga Shin Yoosung langsung menyukainya. Lee Gilyoung juga langsung menyukainya.

Seiring berjalannya waktu mereka semakin sering bertemu. Awalnya itu hanya Kim Dokja dan Han Sooyoung, sekarang bertambah banyak lagi. Ada Yoo Joonghyuk, Lee Hyunsung, Jung Heewon, Yoo Sangah, dan bahkan adik Yoo Joonghyuk, Yoo Mia.

Mereka semakin dekat dan itu sangat menyenangkan. Tapi ada kalanya Kim Dokja bersikap aneh. Seolah dia bukan bagian dari mereka. Seolah dia tidak berada di tempat yang tepat. Padahal setiap kali mereka berkumpul bersama Kim Dokja selalu yang tampak paling ceria.

Pernah suatu saat Kim Dokja sengaja menjauh dari mereka seperti ingin mencari tahu sesuatu dengan melakukan hal itu. Dia juga terlalu fokus pada handphone miliknya dan itu membuat semuanya khawatir. Pernah juga Han Sooyoung mengatakan bahwa Kim Dokja mungkin sering mengalami mimpi buruk. Han Sooyoung bilang dia pernah melihat Kim Dokja ketika baru bangun tidur, kondisinya benar-benar berantakan. Napasnya tidak teratur dan peluh membanjiri tubuhnya.

Kenapa Kim Dokja tidak pernah membicarakannya dengan mereka?

Apa sesulit itu untuk percaya pada mereka?

Shin Yoosung selalu menunggu agar Kim Dokja bisa terbuka dengan mereka. Karena Shin Yoosung sudah terbiasa menunggu. Dia menunggu orang yang akan menyelamatkannya. Orang yang hanya dengan kehadirannya dapat membuat Shin Yoosung tersenyum.

Dan Kim Dokja datang padanya. Shin Yoosung ingin agar Kim Dokja lebih terbuka dan bergantung padanya. Walaupun umurnya baru 11 tahun, walaupun mungkin dia tidak bisa banyak membantu. Setidaknya Shin Yoosung ingin agar Kim Dokja tahu bahwa dia tidak sendirian.

Shin Yoosung sudah lama menunggu kedatangan Kim Dokja. Sangat-sangat lama sampai dia merasa lelah. Jika dia tetap diam Kim Dokja tidak akan pernah mengatakan apa-apa.

Ahjusshi, kau tahu kau sangat spesial bagiku. Kau adalah orang pertama yang memperlakukanku seperti anakmu sendiri. Aku ingin bisa terus bersamamu. Apa itu tidak boleh?”

“Tentu saja boleh Yoosung, kau tidak perlu lagi menanyakan hal itu.”

“Lalu kenapa kau tidak terbuka pada kami?” posisi berdiri membuat Shin Yoosung harus mengangkat pandangannya untuk bisa melihat Kim Dokja.

Kim Dokja tersenyum, mungkin dia berpikir bahwa dengan tersenyum layaknya seorang ayah yang menasehati anaknya Shin Yoosung bisa mengerti dirinya. Kim Dokja tidak sadar bahwa senyumnya itulah yang membuat mereka semua mewaspadainya. Shin Yoosung membenci jenis senyum itu.

“Terkadang ada beberapa hal yang sulit dikatakan bahkan pada orang terdekat sekalipun.”

“Tapi Ahjusshi sudah menyelamatkanku. Aku juga ingin menyelamatkan Ahjusshi,” Shin Yoosung memegang tangan Kim Dokja, dia benar-benar putus asa untuk membuat Kim Dokja percaya padanya.

“Maaf ya sudah membuatmu khawatir. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya, suatu saat nanti aku pasti akan mengatakannya.”

Lagi-lagi senyum itu.

Mata Shin Yoosung mulai berkaca-kaca. Bagaimana caranya agar Kim Dokja bisa terbuka padanya?

Ahjusshi, kau tahu, aku sangat menyukaimu.”

Air matanya tumpah. Awalnya Shin Yoosung tidak tahu seperti apa itu rasa sayang dan Kim Dokja mengajarkannya hanya dalam beberapa bulan.

Rasa sayang, rasa suka, dan bahkan perasaan cinta. Semua itu adalah hal nyata yang tak bisa dilihat maupun dijelaskan. Kadang itu membuat bahagia, kadang pula itu berupa kesedihan.

Tapi lebih dari apa pun Shin Yoosung bersyukur dia menyukai Kim Dokja.

***

“Kami diadopsi?” tanya Lee Gilyoung. Shin Yoosung yang berada di sampingnya juga membeku.

Mereka mendapat kabar dari pengurus panti tepat setelah pulang sekolah bahwa mereka akan di adopsi.

“Ya, orang yang ingin mengadopsi kalian ada di ruang tamu. Masuklah dan temui dia.”

Dengan hati yang tidak karuan mereka berjalan menuju ruang tamu. Tepat setelah membuka pintu, Shin Yoosung langsung merasa ingin menangis.

Ahjusshi....”

Kim Dokja berjalan ke arah mereka dan berlutut agar sejajar, “Gilyoung, Yoosung, aku mungkin tidak sekaya Han Sooyoung. Masakkanku juga tidak seenak Yoo Joonghyuk. Uangku pas-pasan, tapi aku sudah menabung selama ini. Bahkan jika begitu, apa kalian mau tinggal bersamaku?”

Itu adalah hadiah terindah yang pernah Lee Gilyoung dan Shin Yoosung terima.

TBC...

Selasa, 22 Maret 2022

Karena chapter 7 pendek, jadi aku up dua chapter hari ini.

Sedih gak? Sampai nangis gak?

This is Just A Dream, But...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang