Chapter 9

1K 174 3
                                    

Ini sudah setahun berlalu. Hidup Kim Dokja yang tidak pernah berubah selama 14 tahun, berubah di umurnya yang ke-28. Dimulai dengan pertemuan seorang laki-laki tampan dengan pakaian serba hitam, tapi bersifat buruk.

Dan selama waktu itu banyak hal yang sudah berubah. Karena Kim Dokja bertemu dengan lebih banyak orang lagi.

Mereka adalah setiap orang yang hadir di dalam mimpinya selama 14 tahun. Tak pernah sehari pun Kim Dokja tidak memimpikan mereka. Namun sekarang mereka semua hadir dalam hidupnya.

Terkadang Kim Dokja tidak dapat membedakan antara mimpi dan realitas. Mereka sama persis seperti di dalam mimpinya, sehingga Kim Dokja sering ketakutan. Takut bahwa semua itu juga hanyalah mimpi dan saat terbangun dia akan kembali merasakan perasaan kehilangan itu lagi.

Pernah ketika mereka semua berkumpul di rumah Han Sooyoung dan berpesta semalaman. Kim Dokja lagi-lagi bermimpi. Mimpi dimana teman-temannya berjalan menjauhinya dan dia tidak bisa melakukan apa-apa. Mimpi tentang dirinya yang tak bisa lagi bertemu atau melihat mereka semua.

Kim Dokja langsung terbangun. Di tengah malam yang dingin, Kim Dokja dengan putus asa meraih mereka semua. Memastikan bahwa itu hanyalah mimpi dan mereka semua yang bersama dengannya saat ini adalah kenyataan.

Setelah dirinya mulai tenang, Kim Dokja berjalan keluar rumah. Tubuhnya masih sedikit bergetar dengan keringat dingin yang tak berhenti mengalir, bekas air mata juga belum dihapus.

Kim Dokja tidak ingin kehilangan lagi.

Dia sudah mencari sebuah novel selama 14 tahun. Dan ketika dihadapkan dengan harapan sekarang. Dia tidak ingin kehilangan itu lagi.

“Kim Dokja?”

Kim Dokja tersentak dan mengalihkan pandangannya ke belakang. Han Sooyoung berdiri di sana dengan rambut yang masih basah dan di luar pakaian sehari-harinya terdapat mantel mandi berwarna putih. Seketika Kim Dokja teringat sesuatu.

“Kim Dokja, dunia apa yang kamu inginkan?”

Han Sooyoung yang mengenakan mantel putih pernah menanyainya hal itu.

Apa jawabannya waktu itu?

“Dunia yang aku inginkan?” kim Dokja bergumam pelan. Matanya terasa berat dan pandangannya perlahan menghitam.

“Kim Dokja! Hey, Kim Dokja!!!”

Han Sooyoung langsung panik, tiba-tiba saja Kim Dokja langsung pingsan. Padahal ketika mereka berpesta tadi malam tidak ada tanda-tanda apa pun yang menunjukkan bahwa Kim Dokja sakit.

Untungnya, tidak lama setelah itu Kim Dokja langsung sadarkan diri. Dia dikerumuni oleh banyak orang, termasuk Yoo Sangah, seorang rekan kerja sekaligus sahabatnya.

“Dokja-ssi, apa kau baik-baik saja?” itu Lee Hyunsung.

Ahjusshi, kau tahu Unni tadi benar-benar khawatir ketika kau pingsan. Dia berteriak dan membangunkan semuanya.” Lee Jihye yang tidak pernah mengontrol kata-katanya.

“Woi, jangan sembarangan!” Han Sooyoung berteriak, “Bukankah kau tadi yang sangat khawatir sampai ingin menelepon ambulans.”

“Kupikir kau akan mati tadi.” Kim Namwoon terkadang masih mengatakan kata-kata kasar.

Ahjusshi, kau baik-baik saja, kan?”

Hyung!” bahkan Shin Yoosung dan Lee Gilyoung juga berada di sini.

“Kalian jangan terlalu mengerumuninya, bagaimana kalau Kim Dokja pingsan lagi.” Jung Heewon duduk di tempat yang agak jauh dari Kim Dokja, namun masih bisa melihatnya.

“Minggir.” Yoo Joonghyuk datang membawakan minuman.

Dibantu oleh yang lain Kim Dokja bangun dan meminum air yang dibawakan Yoo Joonghyuk.

“Kim Dokja, kenapa kau sampai pingsan?” Yoo Joonghyuk bertanya.

“Ah, tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing, sudah biasa.” Jawab Kim Dokja.

“Sudah biasa?” Han Sooyoung dan Yoo Joonghyuk langsung mengerutkan dahi mereka, sehingga kedua alis mereka hampir bertemu.

Ahjusshi, kau sering pingsan?”

“Bukan, bukan itu maksudku. Maksudku kadang, jika aku terlalu pusing, aku bisa pingsan.”

“Kau tampak sangat memikirkan sesuatu tadi, apa karena itu kau pingsan?” Han Sooyoung selalu jeli untuk setiap masalah.

“Apa yang kau pikirkan?” padahal Yoo Joonghyuk dulu setiap kali membuka mulut yang keluar pasti hanyalah kata-kata kasar, sejak kapan orang ini bisa khawatir?

“Sungguh, itu bukan apa-apa.” Kim Dokja masih tersenyum.

Ahjusshi, kau berbohong.” Shin Yoosung menatap Kim Dokja dengan pandangan penuh ketidakpercayaan.

“Aku tidak berbohong, Yoosung.”

Ahjusshi, berbohong!” itu adalah pertama kalinya Shin Yoosung berteriak pada Kim Dokja, orang yang dicintainya.

“Aku hanya...,” Kim Dokja ragu sejenak. “Aku sedang memikirkan dunia seperti apa yang aku inginkan.” Kim Dokja menundukkan kepalanya dalam, dia tidak tahu wajah seperti apa yang dibuatnya tapi dia tidak ingin mereka melihatnya.

“Apa Hyung tidak puas dengan keadaan sekarang?”

“Bukannya tidak puas, hanya.... Ada sesuatu yang ingin kucari yang ingin kudapatkan, tapi aku tidak tahu apa itu. Terkadang aku merasa sudah mendapatkannya dan puas akan hal itu, tapi kadang aku sering merasa ada sesuatu yang hilang.”

Ada jeda di sana. Semua orang terdiam.

“Jika kau belum mendapatkan yang kau inginkan, maka cari saja terus. Selama waktu itu kau bisa mengandalkan kami. Kami akan selalu bersamamu.”

Kim Dokja tidak menyangka Han Sooyoung akan mengatakan hal itu. Dia mengangkat kepalanya dan melihat setiap orang di sampingnya. Mereka semua tersenyum, seolah berkata apa pun yang terjadi, mereka tidak akan pernah meninggalkannya.

Mungkin suatu saat nanti, Kim Dokja akan menemukan apa yang selalu dicarinya, tapi mungkin juga dia tidak akan pernah menemukannya seumur hidup. Bahkan jika begitu Kim Dokja akan terus menjalani kehidupannya bersama dengan mereka semua. Orang-orang yang dia sayangi.

TBC...

Selasa, 29 Maret 2022

Semoga kalian menyukai ceritanya☺️

Minggu depan adalah chapter terakhir di tunggu ya.

This is Just A Dream, But...Where stories live. Discover now