19

23.3K 4K 1.8K
                                    

Rencana mau hiatus tapi masih ada cerita yang belum di share:(

Squel ini juga belum lunas. Kalau aku gantung, kalian bakalan ngamuk kah?

Ahh~ Sepertinya akan menyantet.

****

"Gino--"

"Dino. Bukan Gino."

Wanita itu menatap putranya tak percaya. Mengapa ia harus berpura-pura menjadi Dino? Ia tau bahwa pasti anaknya itu sedang merindukan kembarannya.

"Sayang, Bunda tau kalau kamu rindu saudara kamu kan, nak? Tapi kamu harus ikhlas. Dino sudah meninggal. Dia meninggal saat menyelamatkan kamu---"

"Gino udah mati, Bunda!" pekik Dino tanpa sadar membuat sang Ibunda tersentak. Pemuda itu hanya ingin sesuatu yang nyata. Ia sadar bahwa tidak selamanya ia harus bersikap menjadi orang lain-- walau itu adalah kembarannya sendiri.

"Gino kamu--"

"Bunda, Gino udah mati." kata Dino pelan. Sarat akan kelelahan. Pemuda itu berjalan mendekati sang Ibu, tapi Ibunya sendiri malah mengambil langkah mundur menjauhinya. Dino hanya bisa tersenyum kecut.

"Saat itu-- Gino yang tertabrak. Gino yang nyelametin Dino dari mobil sialan itu. Gino yang berdarah. Gino yang sudah mati, Bunda! Bukan Dino!"

Nafas pemuda itu memburu. Saat mengingat kembali kejadian dimana dirinya yang hampir tertabrak dari mobil yang melaju kencang tapi dengan segera diselamatkan oleh saudaranya-- Gino.

Pemuda itu menggantikan posisinya. Membuat sang Bunda tak terima dan depresi-- hingga selalu melihat bahwa dirinya adalah anak kebanggaannya.

"Kapan Bunda akan sadar?" Dino bertanya lirih. Jika biasanya ia selalu mengatakan pada semuanya bahwa ia begitu bahagia tapi sekarang semuanya juga harus tau bahwa dirinya tidak sebahagia itu.

"Yang ada dihadapan Bunda ini hanya Dino yang gak bisa dibanggakan. Dino yang suka buat masalah dan Dino--"

"Dan Dino yang gak pernah Bunda sayang."

Degh..

Wanita itu terpaku. Perkataan terakhir itu membuat sesuatu dalam dirinya tak terima. Ada rasa sakit yang belum bisa ia pahami.

"Maaf." Dino menatap lekat manik sang Bunda. Ia akan menerima apapun yang terjadi kedepannya. Ia akan menerima saat-saat seperti Dino yang 'dulu'. Ia yang memang tak pernah 'dilihat' oleh Ibunya sendiri.

"Maaf-- karna Dino buat Putra kebanggaan Bunda pergi."

****

"Kak Andla?"

Andra tersenyum manis. Tangannya terulur untuk mengacak-acak surai lebat dari pemuda kecil dibawahnya. "Halloooo cadel!"

Pemuda kecil itu-- Arthur. Ia menatap kanan kiri hingga belakang Andra hendak mencari sesuatu. "Kak Andla kok sendili? Kak Lala mana?"

Andra mengernyit tak suka. "Wah! Lo mau rebut Lala dari gue hah?!"

Arthur mengangkat dagunya tinggi. "Iya dong! Altul kan ganteng! Kak Lala pasti mau."

LISTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang