Chapter 9

1.5K 168 8
                                    

Ada lebih dari satu hal yang dipahami Naruto dari pertarungannya dengan Zabuza, kemampuannya saat ini masih belum cukup kuat. Dia sama sekali tidak bisa memunculkan jutsu apapaun selain Kage bungsin, namun tetap bersyu kokur karena dia sudah berhasil mengerjakan taijutsu nya yang payah.

Dan dengan senjata besar yang sekarang terikat di punggungnya itu membuatnya sedikit tampak lebih kuat. Namun sejujurnya tidak, kemampuan yang dimilikinya saat ini masih sangat jauh dari potensi kemampuan yang dimilikinya ketika di sudah dewasa.

Dia duduk di atas perahu yang mengarungi danau luas, nampak dari kejauhan dia dapat melihat sebuah jembatan yang baru masih dalam tahap pembangunan. Jembatan itu sudah sangat jauh dari tepian Nami no Kini namun melihat dari luasnya danau jembatan itu masih belum sampai setengah.

Setelah perahu mendarat di tepian, Naruto disambut dengan pemandangan yang membuat hatinya teriris. Desa itu tidak bisa dikatakan desa, ini lebih seperti wilayah buangan seluruh tempat itu begitu kotor bahkan kamar Naruto yang bisa di bilang sangat berantakan tidak ada tandingannya dengan keadaan desa ini. Warganya juga tampak sangat kurus-kurus terlihat jelas mereka kurang makan.

"Apa hanya ini saja yang kau miliki hah?" Naruto menoleh ke kirinya mendapati seorang wantia tua terlempar ke tanah karena mendapatkan tendangan dari dua preman. Naruto berjalan kearah mereka dengan tatapan dingin, udara disekitarnya bergejolak dengan nafsu membunuh yang sangat kuat. Ini tidak bisa dimaafkan, apa yang telah mereka lakukan benar-benar merusak citra manusia yang saling membantu dan menolong sesma. Datang ketempat ini meski untuk kedua kalinya tetap membuat darah didalam dirinya bergejolak dalam amarah.

Menyadari udara yang kental dengan niat membunuh, kedua preman itu berbalik melihat bocah pirang yang wajahnya tidak kelihatan karena tertutup rambutnya berjalan ke arah mereka dengan pedang besar terseret di tanah membuat mereka sedikit gentar. "A-apa yang kau inginkan bocah?"

Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Naruto mengangkat pedang besarnya dan menusukannya tepat disamping pipi pria itu membuat darah segar mengalir dari pipinya. Masih dengan memegang pedangnya Naruto mengangkat kepalanya memperlihatkan matanya yang berwarna merah dengan celah berwarna hitam kepada pria yang menggigil ketakutan. Dia terjatuh di tanah dan dengan cepat berdiri dan berlari bersama dengan rekannya yang juga sama ketakutan. Naruto terus memperhatikan ketika kedua orang itu pergi dengan mata merahnya yang beekobar marah. "Tenangkan dirimu Naruto." Ucap Kakashi meletakan tangannya di atas bahu Naruto, matanya berangsur-angsur kembali menjadi biru lagi saat dia sudah menghilangkan amarahnya. Naruto menyimpan kembalii pedangnya di punggungnya dan kemudian berbalik dan tersenyum kepada wanita tua yang terjatuh menatapnya dengan pandangan ketakutan. "Sekarang sudah tidak apa-apa, jika mereka datang lagi temui saja aku di rumah pak tua Tazuna." Mendengar perkataan Naruto sontak saja semua orang yang menyaksikan drama kecil itu berterimakasih kepadanya.

Dalam perjalanan menuju rumah Tazuna, Naruto memberikan semacam cahaya baru bagi semua penduduk. Banyak anak-anak ikut berjalan bersamanya untuk  msngantarnya ke rumah Tazuna, dengan senyuman khasnya Naruto menggandeng tangan anak-anak itu ikut bercanda bersama mereka. Dari kejauhan Naruto memperhatikan seorang gadis kecil berpakaian coklat mengintip dari balik bayangan, tampangnya sangat lusuh dengan baju yang compang-camping menatap ke arah orang-orang.

Naruto mendekat ke arah gadis kecil itu, dia berlutut di depannya dan memberikan senyumannya yang paling bercahaya, senyuman yang paling dikagimi oleh gadis bermata mutiara di desanya. "Siapa namamu?" Anak itu tampak terkejut ketika Naruto mendekatinya, sebelumnya dia mendengar bisikan dari warga sekitar kalau dua ninja dari desa Konoha datang ke desanya. Dari dulu dia sangat ingin melihat ninja asli beraksi dan mendengar ada dua di desannnya membuatnya sangat tertarik untuk melihatnya. Tapi dengan kondisinya yang compang-camping dan kotor membuatnya enggan untuk berlari bersama anak-anak lain, karena ttakit ninja itu akan jijik dan malah meninggalkan desa. Namun yang dilihatnya ini sangat membuatnya kebingungan, padahal yang dia tahu dari orang-orang ninja itu sangat angkuh dan sombong. "Kimi." Jawabnya setengah takut.

Naruto: Re Zero Maki Modoshi JikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang