Aphrodisiac (M)

5.1K 346 119
                                    

"Don't fall in love with me. I'm not good for you."

Jadi itu kah jawaban Mingyu? Apakah usahanya untuk mengejar Mingyu masih belum cukup? Wonwoo terkekeh kecil seraya sebelah alisnya terangkat kemudian menatap Mingyu dengan tatapan yang cukup meremehkan sebelum mulutnya mengeluarkan kata sindiran yang cukup menusuk tepat di dada Mingyu.

"Then, if you're not good for me... do you think you're good enough for my father?"

BOOM!


{}



Ucapan Wonwoo seakan menusuk tepat di dada Mingyu. Lelaki itu terdiam menatap Wonwoo diam-diam menyetujui perkataan Wonwoo barusan. Ya, he deserves no one. Not dokter Ares, nor Wonwoo. Lelaki itu terkekeh kecil menyembunyikan perasaan terluka akibat ucapan Wonwoo tersebut.

"Yeah, you're right. I'm not good for both of you."

Tanpa Wonwoo bisa cegah, lelaki muda itu juga menyetujui hal itu. Entah mengapa pemikiran bahwa kedatangan Mingyu membawa pengaruh buruk di hidupnya muncul. Dimana semenjak Wonwoo bertemu dengan Mingyu, lelaki berkacamata itu merasa jadi semakin jauh dari ayahnya. Terkadang, perasaan benci karena cemburu selalu menyerangnya ketika ia melihat sang ayah. Bukankah itu buruk?

Wonwoo menghela napas panjang. Melihat wajah Mingyu yang terlihat sangat terluka akibat ucapannya tadi membuat lelaki tampan itu diam-diam menyesali perkataannya yang mungkin saja sudah keterlaluan dan menyinggung hati Mingyu.

Yah, apa boleh buat habis Wonwoo kecewa sih dengan jawaban Mingyu atas pertanyaannya tadi. Meskipun begitu, Wonwoo sontak tersenyum simpul sembari menepuk-nepuk pundak Mingyu pelan.

"Maaf kalo mulut saya udah keterlaluan, om. Saya nggak maksud mau ngejatohin harapan om atau gimana, kok. Well, you should think highly of yourself, though. Kalo kata papah, pede aja."

"It's fine. It's the fact that I should face."

Jujur, Wonwoo panik. Mingyu terlihat sangat sedih saat ini membuat Wonwoo sontak menarik lengan Mingyu kemudian menepuk kedua pipi itu bertujuan supaya Mingyu bangun dari overthinking yang membuatnya sedih seperti itu.

"Haaloooo? Om, jangan sedih gitu dongg. Kan saya udah bilang. Think highly of yourself. Om itu harus percaya diri. Apa perlu saya sebutin kelebihan-kelebihan om? Fine, now look at me." Ucap Wonwoo seraya membawa Mingyu untuk menatapnya.

"Tau nggak? Om itu ganteng, serius. Walaupun nggak lebih dari saya sama papah, tapi coba liat penampilan om sekarang. Ini kalo besok om dateng kayak gini ke nikahan temennya om itu pasti nanti mempelai wanitanya bakalan nyesel nikah kalo liat om, serius." Tukas Wonwoo sembari membenarkan simpul dasi Mingyu kemudian kembali menatap lelaki itu.

"Kedua, om itu perhatian. Well, sejauh kenal sama om saya diperhatiin mulu sih. Kadang saya bingung, om itu udah kayak papah tau nggak? Malah kayaknya lebih protektif deh dari pada papah." Tukas Wonwoo kemudian terkekeh.

Tatapan Mingyu saat ini tak luput dari wajah tampan nan menarik Wonwoo. Lelaki itu hanya bisa diam seraya menikmati pemandangan indah di hadapannya yang sepertinya tidak akan pernah bisa ia miliki jika hatinya masih bimbang seperti ini.

Mingyu tidak akan bosan-bosan untuk bilang bahwa Wonwoo itu baik. Meskipun terkadang sifatnya kurang ajar dan menyebalkan tetapi lelaki itu sebenarnya hanyalah anak lelaki yang baru saja memasuki usia dewasa. Lihat saja usaha lelaki itu menghibur dirinya yang terlalu sensitif ini hanya karena takut ia akan marah akan fakta yang dikatakan oleh lelaki berkacamata itu.

"Terus, om itu... hm... baik. Soalnya saya sering ditraktir makan, ngobatin luka cakaran Caramel tanpa dipungut biaya, udah ngebolehin saya sama Caramel nginep, suka nganterin saya ke kampus, cafe, RS, terus... banyak deh pokoknya saya dibantu terus sama om." Wonwoo tampak berpikir.

Swastamita | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang