Raut dinginnya begitu menusuk. Dia menatap keluar jendela dengan tangan yang mencengkram ponsel dengan erat. Hening beberapa saat hingga dia tiba-tiba berteriak marah dan membanting ponsel mahalnya itu.
Prang!
"Gue bakal bales semuanya! Dasar anjing!" teriaknya dengan napas menderu hebat. Dadanya bergemuruh penuh dendam. Darahnya terasa mendidih dan tangannya mengepal erat. Api amarah benar-benar terbakar saat ini.
"Nggak lama lagi, Gev. Setelah kaki lo sembuh. Lo bisa balas dendam." Pemuda yang menyaksikan amarah seorang Gevano Razendra mengeluarkan suara. Dia menatap kaki Gevan yang sudah dua tahun tidak berfungsi.
Perkataan sang sepupu berhasil membuat diri Gevan sedikit tenang. Perlahan tangannya yang mengepal kuat kini telah terbuka. Dia menyunggingkan seringai. "Welcome to the hell," gumamnya tajam.
***
"Gila?! Beneran?!" teriak cewek bernama Risa heboh. Dia memukul-mukul meja sangking antusiasnya mendengar kabar yang baru saja dibawakan oleh sang sahabat.
Cewek di depannya mengangguk. "Iya, Kelvin bakal mulai sekolah lagi hari Senin besok," balasnya dengan tak kalan antusias. Bukan hanya mereka, tapi juga hampir seluruh kaum hawa di sekolah itu. Semua sibuk membicarakan tentang Kelvin.
"Ah, akhirnya pangeran gue come back! Huhuhu ... senangnya!" pekiknya sudah seperti orang gila. Risa lalu bangkit dari duduknya dan langsung menunjuk seorang cewek yang duduk di sudut ruangan. Tidak di bangku, tapi di lantai.
"Babu!" panggilannya membuat cewek itu mendongak dengan menghapus sisa-sisa air mata.
"Ya?" sahutnya dengan suara lelah.
"Beliin gue nasgor dan bawa ke sini!" perintah Risa sembari melemparkan uang lima puluh ribu. "Kembaliannya buat lo, mumpung gue lagi baik hari ini. Lumayan 'kan, buat bayar uang kas lo yang numpuk. Lagian udah tau miskin, ngapain sekolah di tempat orang kaya. Di bully 'kan lo? Nggak tau diri sih, lo!" makinya kembali duduk di tempat semula. Orang di kelas menertawainya membuat dia hanya mampu diam dan segera mengambil uang untuk membelikan Risa nasi goreng.
Dia berjalan melewati beberapa koridor kelas. Air matanya jatuh. Jika boleh, ia pun tak ingin sekolah di sini. Sekolah tempatnya menuntut ilmu kini sudah seperti neraka.
Dia tidak pintar, sehingga rasanya tidak ada yang perlu dibanggakan. Uang pun tak punya. Dia miskin dan tentu saja hidupnya penuh kekurangan.
Jika bukan karena pamannya yang memaksa dirinya untuk masuk ke SMA ini, dia juga enggan menginjakkan kaki di sini. Tak tahu apa yang membuat pamannya begitu bersikeras untuk menyekolahkannya di sini. Yang jelas jika dirinya tak mau sekolah di sini, maka tubuhnya akan dijual kepada laki-laki hidung belang.
"Heh, miskin!" teriak seorang cowok tiba-tiba membuat langkah kakinya berhenti. Dia menoleh dan saat itu segelas jus buah naga yang sudah basi langsung mengenai wajahnya. Dia memejamkan mata. Rasanya ia sudah benar-benar muak.
Gelak tawa cowok itu terdengar kemudian cowok itu pergi membuatnya segera menjatuhkan diri di atas lantai. Dia jatuh terduduk kemudian menangis. "Abang, aku nggak kuat," isaknya sembari meremas perutnya yang keroncongan. "Vanza nggak kuat ...."
"Abang di mana?" Isaknya kian menjadi. Pembullyan yang ia terima setiap hari benar-benar membuat ia merasa lelah dan tak sanggup lagi. Fisik dan batinnya terus ditekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVANO [Living with the Devil]
Romance🔞🔞 Gevan penuh dendam. Setelah kematian sang kakak dengan cara yang begitu sadis, Gevan merasa hidupnya hancur. Belum lagi kecelakaan yang terjadi saat ia hendaknya menyelamatkan sang kakak, membuat kakinya mengalami kelumpuhan. Vanza satu-satunya...