35. Curiga

1K 160 10
                                    


Budayakan memfollow author dan menekan tombol bintang sebelum membaca dan comen sesudahnya.
______________________________

Happy reading ❤

"Apa yang kau lakukan brengsek? Menyingkir dari tubuhku dan lepaskan aku." Wanita memaki dengan marah.

Chanyeol tidak mendengarkan, mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Itu adalah sebuah jarum tato. Untuk apa jarum itu? Apa dia mau membantu menato tubuh wanita itu? Tentu saja tidak.

"Untuk apa benda itu? Jangan macam-macam atau kau akan terkena masalah oleh Mr. Ooh. Apa kau tidak mendengar perintahnya tadi untuk mengurusku dengan baik?"

"Ya saya dengar karena itu saya akan mengurus nona dengan baik" Chanyeol menjawab mendekatkan ujung jarum tato itu ke wajah wanita itu.

"Akhh... sakit." Wanita itu menjerit kesakitan. Rasanya sangat perih, kulitnya seperti dibakar.

Chanyeol tidak berhenti, tidak peduli seberapa kencang wanita itu menjerit. Bahkan saat wanita itu memohon ampun pun ia tidak akan berhenti. Ini adalah konsekuensi atas perbuatannya.

*
Sehun sampai didepan pintu kamar milik Lisa. Ia segera masuk kedalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, membuat Lisa dan salah satu pelayan yang ada didalam terkejut.

"Mr. Ooh?" Jisoo sangat terkejut. Apakah tuan Sehun mendengar pembicaraan mereka barusan? Jika iya, tamatlah riwayat mereka. Tuan Sehun akan menghukum mereka atau bahkan membunuhnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Dan kenapa punggung Lisa terbuka." Sehun bertanya, ekspresi wajahnya berubah dingin. Lirikan matanya tajam kearah kedua wanita yang ada diatas tempat tidur.

"Sa-saya sedang membantu nona Lisa mengganti pakaian tuan." Jisoo menjawab dengan terbata-bata. Sial, ia terlalu tegang sampai tidak bisa berbicara dengan benar. Tamatlah sudah, Mr. Ooh pasti mencurigai mereka sekarang.

"Baik. Kamu sudah boleh keluar, biar saya saja yang melakukannya." Sehun berkata. Ia menatap penuh curiga kepada pelayan kecil itu. Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu?

"Baik tuan." Jisoo segera undur diri, walaupun ia enggan meninggalkan nonanya bersama monster itu. Ia takut tuannya itu akan melakukan sesuatu pada nonanya. Tapi jika ia terus berada disini, tuannya akan semakin curiga dan ia tidak bisa membantu untuk nonanya melarikan diri akan gagal.

Sehun memperhatikan pelayan itu keluar, wajahnya penuh kecurigaan, tapi itu tidak berlangsung lama fokusnya teralihkan oleh Lisa yang sedang duduk diatas ranjang sambil melihat kearahnya (lebih tepatnya kearah perginya Jisoo). Sehun tersenyum simpul kemudian menghampiri wanitanya lalu duduk disebelahnya. Lisa tersadar buru-buru memperbaiki pakaiannya yang sempat dibuka tadi, tapi tangan Sehun sudah lebih dulu menahannya.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" Sehun bertanya. Suaranya lembut tapi terdengar seperti mengintimidasi.

Lisa menggeleng pelan, jantungnya berdegup tidak karuan. Stiuasi ini sangat menegangkan, jantungnya serasa mau copot.

"Benarkah?" Tanya lagi, sebuah kecupan mendarat dipunggungnya. Lisa tersentak kaget, tubuhnya mulai gemetar takut tapi sebisa mungkin ia sembunyikan.

Perlahan tangannya menyentuh lembut punggung wanitanya. Jari telunjuknya menari ria mengikuti ukiran tato disana. Lisa mencengkram kuat sprei miliknya, menyembunyikan ketakutannya. Sehun menyadari itu, kedua jarinya bergerak perlahan keatas kelehjalan kecupan itu naik keatas lalu dengan sengaja mendaratkan wajah ceruk lehernya hingga membuat Lisa tegang. Bulu kuduknya meremang, ada rasa geli sekaligus merinding yang ia rasakan sekarang. Tangan sehun menjulur dari belakang, memeluk perut ratanya dengan erat lalu berbisik pelan didekat telinganya. "Apa kau takut padaku?" Tanyanya sambil menatap lekat pantulan wajah wanitanya dicermin.
Lisa memejamkan matanya takut, kemudian menggelengkan kepalanya menjawab 'Tidak'.

"Benarkah?" Sehun bertanya lagi. Lisa bisa merasakan hembusan panas nafas pria itu didekat telingannya.

'Ya.' Angguknya sambil terpejam.

Sebuah senyuman misterius tersecetak dibibir Sehun. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang, yang pastinya itu adalah sesuatu yang tidak baik untuk wanita itu. Lisa mengernyit bingung karena pria itu tidak bertanya lagi ataupun bersuara. Apakah dia mati? Ia memberanikan diri untuk membuka mata melihat apa yang sedang pria itu lakukan dari pantulan cermin.

Bersamaan dengan itu Sehun tersenyum licik langsung mendorong tubuh wanita itu kebelakang lalu menindihnya. Lisa terkejut bukan main, segera mendorong tubuh pria didepannya menjauh. Tapi sayang sekali, kedua tangannya langsung dikunci diatas kepala dan tubuhnya tidak bisa bergerak.

"Apa kau sekarang takut?" Tanya pria itu lagi sambil tersenyum.

Lisa menggelengkan kepalanya. Jika ia menjawab 'iya' mungkin pria itu akan mengetahui bahwa ingatannya sudah kembali dan akan membunuhnya. Tapi jika ia bilang 'tidak' apa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya? Ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Sehun diam memperhatikan wajah Lisa yang sedang ketakutan. Ia bisa merasakan tubuh wanitanya bergetar hebat, tapi kenapa dia masih berbohong mengatakan tidak. Bahkan air matanya sudah hampir keluar. Dasar keras kepala. Pria itu menghela nafas gusar, kemudian turun dari tubuh wanita itu lalu ikut berbaring disampingnya. Lisa terheran sekaligus bingung melihat Sehun yang melepaskannya dan beralih berbaring sambil memeluknya dari samping.

"Tidurlah atau aku tidak akan menahannya lagi." Katanya dengan mata terpejam. Lisa reflek ikut terpejam dan tertidur.

Ditempat lain, tepatnya di pusat kantor polisi Seoul. Seorang wanita sedang membuat keributan disana. Beberapa polisi dibuat keropatan oleh wanita itu.

"Apa yang kalian katakan? Ini sudah satu bulan berlalu bagaimana bisa tidak ada info samasekali tentang teman saya." Rose marah-marah mengebrak meja polisi didepannya.

"Maaf nona Rose. Pihak polisi masih mencari dimana keberadaan teman anda." Jawab polisi itu menjelaskan. Kepala polisi itu berbicara lembut walau sikap wanita itu membuat emosi naik. Wanita itu adalah putri dari orang berpengaruh di kota ini, bisa bahaya jika menyinggungnya.

"Mencari? Ini sudah lewat 1 bulan berlalu. Bahkan informasih tentang penyebab hilangnya saja kalian tidak tahu." Emosinya tidak terkontrol. Ia sangat khawatir kepada Lisa. Sudah lewat satu bulan wanita itu tidak terlihat, entah kemana dia pergi. Andai saja waktu itu ia tidak ikut bermain dengan para fakefreand itu dan tetap bersama dengannya. Pasti sekarang ia tidak akan kehilang teman barunya itu. Sial, Rose tidak tahu harus mencari kemana lagi. Dia sudah melapor ke kantor polisi bahkan bertanya pada pihak universitas tentang keberadaannya tapi sampai sekarang belum menemukannya juga.

"Nona mohon tenangkan diri. Pihak kami akan berusaha menemukan teman anda." Kepala polisi itu berkata.

Rose berdecak, tangannya mengepal kuat. Kemudian berlalu pergi dari kantor polisi itu tanpa mengatakan sepatah katapun. Lalu masuk kedalam mobil dengan marah. Didalam mobil ia terus mengutuk dirinya. Baru kemarin dia menemukan yang namanya benar-benar teman, tapi sekarang dia harus merasakan kehilangan. Rose tiba-tiba teringat sesuatu, ia segera menyalakan mesin mobilnya. Melajukan dengan kecepatan cukup tinggi menuju kesebuah gedung tidak jauh dari kantor polisi. Setelah sampai, Rose segera masuk kedalam, menaiki beberapa anak tangga menuju kesebuah ruangan.

"Tolong temukan teman saya." Ujarnya, sambil menjulurkan kartu blackcart miliknya pada pria yang sedang duduk membaca koran didepan. 







Tbc

Gimana nih, lanjut apa enggak?

Btw guys, cerita ini akan tamat dipart 40-an 😜✌🏻

Devil kiss  | Hunlis | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang