19. Persiapan

962 178 13
                                    

Sesuai rencana, Adit dan Risa akan ke Jakarta untuk memuluskan strategi, membuktikan pada kedua keluarga jika mereka akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Undangan sudah Adit persiapkan beberapa hari yang lalu tanpa sepengetahuan Risa. Mereka akan melangsungkan pernikahan secara resmi agar tidak mengundang kejanggalan dari lawan. Risa terpaksa menyetujui rencana itu karrna memang tak ada jalan lain. Dia pasrah pada ketentuan Adit. Posisinya pun sulit. Mereka sama-sama sedang ditekan orang tua untuk menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Tapi mereka justru terjerat dengan pernikahan kontrak untuk menghindari masalah satu sama lain. Adit menjanjikan jika dalam satu bulan masalahnya akan selesai, dan dia akan membantu Risa untuk membujuk Alex agar memaafkan kesalahan sang adik.

Suara ketukan pintu membuat aktivitas Risa terjeda. Dia menatap ke sumber suara. "Masuk!" serunya sambil melanjutkan aktivitas memasukkan pakaian ke dalam koper.

Pintu pun terbuka. Sosok Adit berdiri di ambang pintu. Pandangannya tertuju pada gadis yang masih duduk menghadap koper. Adit bergegas membalikkan tubuh.

Apa dia sengaja pakai pakaian itu? Atau dia nggak sadar?

Risa menatap ke arah Adit karena tak mendapat respon. Dahinya berkerut karena Adit sudah berubah posisi membalikkan tubuh.

"Ada apa?" tanya Risa.

"Nggak apa-apa. Hanya mau mastiin kalau kamu sudah siap," balas Adit.

"Sebentar lagi semuanya siap. Setelah itu aku akam mandi."

"Taruh saja kopernnya di depan pintu, nanti aku yang akan bawa keluar." Adit masih memunggungi Risa.

Dia kenapa? Apa kamar aku berantakan? tanya Risa dalam hati, lalu melempar pandangan ke sekitar.

Tatapan Risa kembali pada pintu, tapi Adit sudah tak ada di sana. Kedua bahunya terangkat karena tak ingin ambil pusing perihal keanehan tingkah Adit. Dia kembali sibuk memasukkan keperluan lain ke dalam koper. Mereka hanya beberapa hari di Jakarta, jadi tak perlu membawa banyak pakaian. Lagipula, biasanya Adit akan membelikan pakaian untuknya jika merasa tidak sesuai dengan pakaian yang dia kenakan.

Risa lekas berdiri setelah menutup koper. Tak sengaja, dia menatap gaun tidur yang menghiasi tubuhnya. Seketika matanya melebar. "Pasti karena gaun ini dia seperti itu. Kenapa aku tidak memerhatikan pakaian sebelum mengizinkan dia membuka pintu," rutuk Risa pada diri sendiri.

Setelah merutuki diri sendiri, Risa bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Waktu yang mereka miliki hanya 2 jam untuk siap-siap karena pesawat akan take off pukul 09.30.

***

Risa berusaha menutupi malunya karena kejadian gaun tidur yang dikenakan olehnya beberapa jam yang lalu. Lagipula Adit pun bersikap biasa saja seolah tak terjadi sesuatu. Saat ini, mereka sudah di dalam mobil untuk menuju apartemen yang sudah Adit sewa untuk tempat tinggal mereka selama beberapa hari ke depan. Penampilan keduanya terlihat serasi. Adit mengenakan kaus hitam berkerah lengan pendek dan dipadu jelana jins warna putih, sedangkan Risa mengenakan kemeja pendek warna putih dan dipadu dengan celana jins hitam. Serasi bukan?

Mobil yang mereka naiki tiba di basement apartemen. Adit bergegas turun dari mobil untuk berbicara pada sopir yang mengantar mereka. Sopir itu adalah karyawan sahabatnya, David.

"Ini kuncinya, Pak." Sang sopir menyerahkan kunci mobil pada Adit.

"Bawa saja mobilnya, Pak." Adit menolak.

"Pak David yang menyuruh saya buat kasih kunci mobilnya sama Pak Adit. Tolong terima, Pak. Kalau Pak Adit nggak terima nanti saya bisa dipecat."

Senyum lebar tercetak jelas di raut Adit, menampilkan gigi-giginya yang rapi. Sifat sahabatnya tak pernah berubah, selalu mengancam agar orang lain mematuhi perintahnya. Adit menerima kunci mobil itu dan berterima kasih pada sang sopir. Dia akan menemui empunya mobil untuk berterima kasih sekaligus mempertemukan Risa padanya. David mengenal baik Risa karena dia pun bersahabat baik dengan Alex.

Ex-Cop is My Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang