Night 3

4.6K 655 102
                                    

⁘  ⁘  ⁘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁘  ⁘  ⁘

"Aku ...." ucap Sean pelan. "Ditolak oleh mate-ku."

Saat ini tidak ada yang lebih membuat Yibo merasa kecewa selain mendengar kata mate keluar dari bibir Sean. Ia tidak pernah menduga kalau lunanya ternyata telah memiliki mate lain selain dirinya dan hal itu membuatnya iri, cemburu, dan ingin mencabik-cabik were tersebut.

Meski katanya Sean telah ditolak tapi fakta tersebut tidak membuat Yibo merasa lebih baik karena itu artinya Sean sempat mencintai orang lain selain dirinya.

Di dalam dirinya, Wolfy merintih sedih. "Aku tak mau mendengarnya." ucap serigala itu sebelum memalingkan tubuh dan meringkuk dalam kegelapan.

"Tapi itu adalah perjodohan sepihak," lanjut Sean, "Dan kami sebenarnya tidak saling mencintai."

Seketika suasana hati Yibo menjadi sangat baik. Syukurlah. Begitu juga dengan Wolfy yang kembali melolong senang.

Tanpa mengetahui perubahan suasana hati Yibo, Sean terus melanjutkan kisahnya. "Lebih tepatnya aku seperti dibenci olehnya."

"Kenapa begitu?" Suara Yibo dalam dan menekan seakan menahan emosi karena mendengar ada yang membenci lunanya.

"Karena mataku ini dan ...." Sean terdiam sejenak. "Aku ... tidak memiliki wolf dalam diriku."

Yibo baru menyadarinya. Pantas saja sejak tadi ia berusaha membuka pikiran untuk menggapai pikiran Sean tapi tidak bisa. Ia sempat mengira kalau Sean sedang menutup pikirannya sehingga tidak terjangkau olehnya.

"Wolfy, apakah mungkin Luna tidak memiliki wolf dalam dirinya? Apa kau bisa merasakannya?"

"Tidak. Dia ada. Hanya sedang tertidur."

"Lalu kenapa dia tidak muncul?"

"Aku tak tahu. Tapi aku merasakannya."

Jika Wolfy mengatakannya begitu Yibo merasa sedikit tenang.

Sean mengangkat wajah dan memandang Yibo. "Aku memang aneh, bukan?" tanyanya getir bersamaan dengan perubahan warna bola matanya menjadi ungu. Mendadak ia dilingkupi kesedihan ketika bayangan perlakuan buruk orang-orang di sekitarnya merajai ingatannya. "Aku seorang pureblood tapi tampaknya aku memiliki kelainan genetik sehingga aku menjadi berbeda dari para were umumnya."

Yibo memperhatikan perubahan warna mata Sean dan menjadi sangat ingin tahu. "Warna matamu berubah lagi. Apa kau menyadarinya?"

Sean mengangguk. "Akan terus berubah sesuai emosi hatiku."

"Oh, jadi begitu cara kerjanya?"

Tidak ada keanehan atau rasa jijik dalam nada Yibo ketika mengetahuinya bahkan terkesan penuh kekaguman dan hal itu membuat hati Sean lega dan nyaman. Untuk pertama kalinya ia merasa diterima dan bisa menjadi dirinya sendiri. Perasaan itu membuat bola matanya berubah menjadi warna semula.

THE LONGEST NIGHT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang