Night 5

4.1K 595 85
                                    

⁙  ⁙  ⁙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⁙  ⁙  ⁙

Berdiam di dalam kamar Yibo tanpa melakukan apa-apa terasa membosankan bagi Sean. Walau Yibo menyuruhnya beristirahat tapi di rumah sakit ia sudah melakukan hal itu selama satu hari penuh. Bahkan selama Yibo di sisinya, Sean tidak diperbolehkan melakukan hal yang berat meski hanya sekedar mengangkat gelas untuk minum. Jadi Yibo melakukan banyak hal untuknya. Hampir semuanya. Sehingga yang dilakukan Sean hanya duduk, tidur, dan meminta sesuatu. Sean jadi tak mengerti apa yang ada di benak raja were tersebut.

Dimanjakan seperti itu rasanya sedikit tidak nyaman karena ia terbiasa mandiri. Namun ia tidak bisa membantah Yibo karena pria itu sangat tidak suka dibantah.

Sean bergerak bangun dari pembaringan dan turun dari ranjang king size milik Yibo. Kakinya melangkah mendekati jendela yang menghadap ke arah kebun kecil dan berhenti. Keningnya mengerut menatap bunga anggrek yang menghiasi ambang jendela.

Dengan hati-hati ia memindahkan pot bunga itu ke meja di pinggir jendela. Kemudian, ia mengambil segelas air dari kamar mandi dan mulai menyirami tanaman yang mulai layu itu. Dibutuhkan lebih dari segelas air. Lalu ia mencabuti daun-daun yang berwarna kuning dan membersihkan tanahnya.

Sean begitu asyik menyirami bunga-bunga itu sampai-sampai ia tidak sadar kalau pintu di belakangnya terbuka dan Yibo melangkah masuk.

Pria itu terus memperhatikan Sean yang melakukan kegiatannya dengan riang.

"Aku tak tahu ada bunga seperti itu di kamarku," ucap Yibo setelah agak lama.

Sean mengangkat wajah dan tersenyum pada Yibo. "Kau sudah kembali rupanya. Tapi aku tak menyadari kedatanganmu."

"Kuharap kehadiranku masih lebih berarti dari bunga itu," Yibo membuat nadanya terdengar cemburu.

Sean terkekeh kecil. "Tentu saja kau tak bisa dibandingkan. Kau kan seorang raja."

Keheningan merebak ketika Yibo hanya berdiam diri menatap Sean dengan penuh arti.

Menyadari kesalahannya, Sean berkata dengan sesal, "Maaf, tapi kau memang raja dan aku tak mungkin melupakan hal itu." Ia ingat bahwa Yibo menginginkan dirinya untuk tidak menganggap pria itu sebagai raja tetapi sebagai mate-nya.

Yibo menghela napas. Ia mengangkat tangan dan membelai wajah Sean. "Pelan-pelan saja kalau begitu."

Tidak ingin melukai hati Yibo, Sean mengangguk lalu menatap Yibo.

"Apa kau mempunyai sesuatu untuk dikatakan padaku?" ucap Yibo lagi ketika merasakan bahwa Sean ingin mengatakan sesuatu. "Jangan sungkan untuk memberitahuku."

Bibir Sean berkedut sebelum berkata, "Apa aku boleh membawa beberapa barangku kemari?" Sewaktu melarikan diri dulu ia sungguh menyesal telah meninggalnya.

Kedua tangan Yibo menangkup wajah Sean dan tersenyum. "Tentu saja boleh. Apa pun yang kau inginkan. Aku akan menyuruh orang untuk membawa semua yang kau inginkan."

THE LONGEST NIGHT ✓Where stories live. Discover now