Night 8

4K 568 58
                                    

---------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---------------------------------

Gege kembali.

Sean tersenyum merasakan aroma Yibo yang kembali ke menara salju bersama wujud manusia Leo. Namun anehnya, Sean juga mencium bau darah. Banyak darah. Apakah ada yang terluka? Kemudian ia berpikir kalau wolf yang bertarung memang wajar bila mendapatkan luka tapi Yibo tak mungkin ceroboh hingga mendapatkan luka yang parah. Barangkali itu adalah luka lawannya. Pikirnya.

Sambil menanti kemunculan Yibo, pemuda manis itu menyirami tanaman, yang dibawakan oleh Weilong, di ruang utama ketika ia melihat Qiao Xin terburu-buru meninggalkan ruangan menuju ke tempat lain. Sean berpikir bahwa Qiao Xin juga telah mengetahui kedatangan tuannya dan pergi menyambutnya.

Lalu ia memandang Weilong yang menatap kepergian Qiao Xin dengan cemas, yang akhirnya membuat Sean berpikir bahwa barangkali Leo terluka.

"Apa ada yang terluka? Kau boleh meninggalkanku, kok," ucap Sean seakan tahu keinginan Weilong yang terlukis di wajahnya. "Aku tidak apa-apa. Lagipula aku hanya akan berada di dalam rumah saja."

"Kau juga telah mencium bau darah?"

Sean mengangguk. "Aku ingin melihatnya tapi kupikir aku mungkin akan menganggunya setelah kau katakan kalau Leo tidak suka bertemu orang asing." Ia merasakan bahwa were Beta itu memang tak banyak bicara dengannya ketika mereka diperkenalkan oleh Yibo. Dan karena Sean telah hidup menyendiri selama bertahun-tahun, ia mengerti perasaan orang yang tidak ingin berteman. Jadi ia tidak akan memaksakan diri untuk mendekati Leo. Ia hanya akan berlaku sebatasnya saja hingga Leo bisa menjadi nyaman dengannya.

"Karena itu kau pergilah. Kau pasti ingin sekali melihatnya?" sambung Sean sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kau ikut denganku juga?"

Sean terlihat bersemangat. "Apakah Leo tidak akan apa-apa? Kalau boleh aku pun ingin membantunya."

"Membantunya?"

"Mengobati lukanya."

"Menurutmu Leo terluka?"

Saat Sean melemparkan tatapan bingung kepada Weilong, tahulah pria itu bahwa Sean memang berpikir kalau yang terluka di sini adalah Leo.

"Bukan Leo yang terluka," kata Weilong lagi. "Tapi Yibo. Dia tertembak di dadanya."

Dengan wajah pucat dan jantung yang berdetak keras, Sean segera berlari menuju kamar pria itu diikuti oleh Weilong.

Sampai di pintu kamar, Sean melambatkan langkahnya menuju tempat tidur di mana Yibo sedang berbaring sambil menutup mata. Sean menggigit bibir ketika rasa sakit menghujam dadanya. "Apa yang terjadi padanya?"

Leo menoleh pada Sean dan menjawab, "Para rouge membuat jebakan dan kami terlambat menyadarinya."

Napas Sean tercekat. "Terlambat? Apa gege akan ....?"

THE LONGEST NIGHT ✓Where stories live. Discover now