Mutiara tersembunyi

305 48 1
                                    

Rajendra mengayuh sepedanya seperti hari-hari biasa, bedanya wajah cowok itu terlihat sangat pucat. Rona di pipinya memudar, sorot matanya pun terlihat mengkhawatirkan. Satu piring sayur berhasil Rajendra makan tanpa mengeluh panjang lebar, namun setelahnya, makan itu termuntahkan. Jendra bukan tidak menghargai usaha Bunda yang sudah memasak sarapan untuk keluarga mereka dari subuh buta, bukan! Hanya saja dari kecil ia memang tidak menyukai makanan bernama sayur itu.

Beda dengan Lulut, adik bungsunya sangat suka sayur. Maka dari itu setiap hari Bunda menyiapkan makanan bernama sayur di meja makan. Renjana kembarannya tidak pernah protes karena dia pemakan segala! Yang penting bisa makan udah syukur Alhamdulillah.

"Miskin mau kemana nih?"

"Mau mangkal nih, lumayan buat beli album Enhypen."

Kenzie tergelak mendengar jawaban Rajendra. Cowok itu menghentikan kendaraan beroda duanya tidak jauh dari seperti butut milik Rajendra. Cowok berseragam SMA itu menundukkan badan meraih rantai yang lepas dari tempatnya, kejadian Ini sering terjadi, hal itu membuat Jendra selalu terlambat datang ke sekolah.Ujung-ujungnya dia akan di hukum membersihkan toilet sekolah yang baunya membuat siapa saja mengumpat.

"Udah gue bilang, loakin aja sepedanya. Ganti sama motor, walaupun gue nggak yakin ini sepeda bakalan laku sepuluh juta."

"Lo daripada banyak cocot, mendingan bantuin gue. Biar hidup Lo berguna sedikit."

“Sialan!”

Seribu kali Kenzie bilang untuk Rajendra menjual sepeda ini, seribu kali juga Rajendra menolak. Sepeda tua ini pemberian Kakeknya, kata kakek sepeda ini menjadi saksi perjuangan kakek waktu muda saat memperjuangkan nenek yang cantik jelita.

"Nggak bisa anjing! Udah Lo ikut gue aja, ini sepeda titip mang mamat."

Rajendra mecebikan bibirnya,"dasar pemuda mudah menyerah."

"Gue banting ya Lo!"

Saking sudah terbiasa, Rajendra dengan pro mendorong sepeda tua itu dengan perlahan. Sesekali mengajaknya mengobrol kenapa hari ini tidak mau di pake ke sekolah? Kenzie menggelengkan kepalanya takjub Ia sering mempergoki Jendra ngobrol dengan benda mati tapi kalo terlalu sering membuatnya ngeri juga.

"Mang Mamat!"

"Jualan tomat."

"Yang beli harus hormat."

Mang Mamat keluar dari pos satpam sembari menyahuti ucapan Kenzie, laki-laki berkulit sawo matang itu melangkahkan tungkainya menuju Rajendra, sesekali membebani topi nya yang miring ke kanan.

"Nitip sepeda, nanti pulang sekolah aku bawa." Rajendra dengan berat hati menitipkan sepeda kesayangannya pada bang Mamat;sabar ya nanti pulang kita ke bengkel.

"Jual aja sih mang, uangnya lumayan buat beli gorengan."

"Diam kamu anak Firaun!"

Kenzie menguyur rambutnya kebelakang, memamerkan gigi putih bersih yang kalo kaya si Eshan; gosok gigi lima kali sekali,"boleh juga tuh anak Firaun. Kaya!"

"Gue nebeng, ini gimana naek nya Kenzie!"

"Coba yang sopan sama kakak kelas."

Kenzie dan Rajendra itu seumur hanya saja dulu Ia tidak naik kelas jadi Dia menjadi kakak kelasnya saat ini.

Dengan bantuan mang Mamat akhirnya Rajendra bisa naik ke atas motor Kenzie, sumpah Ia tidak mau naik motor dengan titisan anak Firaun ini. Naik motor kaya ngajak ketemu malaikat maut. Untung jantung nya tidak copot paling ini usus yang jadi kendor.

"Bangsat! Kurang ajar Lo! Lambung gue."

"Hahahaha sori sori."

Setelah acara marah-marahnya selesai, Rajendra memasuki gedung yang berdiri angkuh di hadapannya. Sekolah SMP dan SMA yang di rancang menjadi satu ini adalah milik Ayah nya; Andromeda. Tapi tidak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa Ia adalah anak pemilik sekolah. Kasarnya Jendra di sembunyikan dari publik, mereka hanya tahu Andromeda memiliki anak kembar dan satu anak bungsu.

"Ada apaan tuh?"

"Abang."

Renjana memukul rahang anak laki-laki didepannya, anak itu tidak mau kalah, dia melilit leher Renjana dengan tangannya sampai Abangnya itu hampir kehabisan nafas. Rajendra tidak tahu apa yang terjadi, kenapa kembarnya bisa seperti ini. Dengan langkah lebar Rajendra memisahkan Mereka. Pertengkaran ini sudah terjadi sebelum dirinya datang namun tidak ada yang berani memisahkan kedua anak manusia itu.

"Idiot! Kembaran Lo itu idiot!"

"Jaga mulut Lo!"

"Kalo nggak idiot! Kenapa ayah Lo menyembuhkan anak nya? Itu artinya emang kembaran Lo nggak berguna! Renjana!"

"Bangsat! Baron!"

Baron adalah tetangga Renjana tepat nya anak tiri dari Ayah Naradipha teman dari Rajendra. Dia tahu kalau Rajendra dan Renjana kembar, dan ayah mereka tidak setuju jika orang-orang di sekolah ini tahu jika Rajendra Sajora adalah adiknya kembarannya. Mereka tahunya Kembaran Renjana anak kedua dari Tuan Andromeda sekolah di luar negeri setelah insiden memalukan itu.

"Abang! Udah."

"See? Wah kembarannya datang."

Tawa Baron melebur di udara seakan kehadiran Rajendra itu sebuah lelucon. Kedua alis Rajendra bertaut bingung, dasar gila!

"Ikut gue!"

Sebelum mengikuti kembarannya, Renjana memukul tulang selangkangan Baron. Rajendra menarik nafas panjang, Renjana tidak akan merasa puas jika lawannya belum sepenuhnya menderita.

"Kalo Lo berani-berani ngebocorin ke seantero sekolah tentang status kembaran gue! Liat aja! Besok, masa lalu nyokap Lo bakalan jadi konsumsi publik."

Wajah Baron memucat saat itu juga, keringan dingin bercucuran. Ia tidak mau jika masa lalu ibunya terbongkar di sekolah. Ia tidak mau jika semua orang di sekolah ini memandang rendah kepadanya.

Lingkaran kerumunan itu membubarkan diri secara mandiri, mereka sebenarnya penasaran apa yang di katanya Renjana dan Baron di depan sana? Di tambah kehadiran Rajendra di tengah-tengah perkelahian membuat mereka tambah penasaran. Siapa sebenarnya Rajendra Sajora? Kenapa dia bisa dekat dengan Anak pemilik sekolah dan juga anak tiri dari donatur terbesar di sekolah ini?

.
.
.
.
tbc

26.O9. 2O22

Republish: 31 Desember 2O22

Photograph✓Where stories live. Discover now