Kamera Analog

183 32 14
                                    

Dulu kakek mewariskan dua kamera analog berwarna coklat tua untuk Rajenda dan Renjana kamera ini milik nenek dan kakek waktu muda, kebetulan keduanya memiliki hobi yang sama di bidang fotografi. Namun seiring berjalannya waktu ada kewajiban dan tuntutan yang harus mereka jalani membuat hobi itu terhenti. Sebelum meninggal kakek mewariskan sepeda dan kamera ini untuk ketiga cucunya, tapi Lulut tidak suka. Adik bungsunya tidak suka sepeda tidak suka kamera juga.

"Ya ayo cekrek."

Rajendra memotret Kembarannya yang sedang menggambar peta dunia, tampangnya begitu frustasi. Dengan emosi tingkat tinggi Renjana melempar pensil yang ada di genggamnya ke arah tangga, Lulut kaget tiba-tiba pensil itu sudah ada di ujung kaki.

"Lagian biasanya tugas kaya gitu itu Per—kelompok." kata Lulut. Dia mendudukkan diri di samping Rajendra, kakak keduanya belum menyadari kehadiran manusia lain di sampingnya.

"Aku tuh nggak suka kalo ngerjainnya kelompok, jadi minta ke guru buat ngerjain sendiri."

"Ya tapi stres sendiri toh?"sanggah Jendra. kedua kembar itu memiliki perbedaan yang sangat kontras. Rajendra memang tidak memiliki banyak teman namun Ia pandai bersosialisasi dan beradaptasi di tempat baru berbeda dengan Renjana dia sangat ansos sekali.

"Kalian berdua bantuin dong!"

"Nggak mau!" Jawab kedua sodara itu serempak.

Yang lebih tua jelas misuh-misuh tidak terima, menghampiri keduanya dengan rusuh. Lulut terjepit saat tiba-tiba Renjana ingin mencekik Rajendra dengan brutal.

"Astagfirullah istighfar kalo cape sama tugas jangan di kerjain eh maksud nya istirahat dulu."

Tidak peduli Renjana semakin menjadi-jadi, Renjana Arutula terkena mempunyai sifat dingin dan irit bicara tapi kalo di rumah dia tidak lebih dari seorang kakak yang selalu terzolimi adik-adiknya.

"Udah! Udah! Ini aku ke jepit!"

Tubuh kecil Lulut terjepit oleh bokong seksi Renjana, untung dia nggak kentut kalo beneran kentut toples kue di tangan Lulut akan langsung melayang ke kepala kakak nya itu.

"Udah anjir! Itu adek kek gencet."

Renjana baru menghentikan aksinya ketika Lulut mencubit pinggang nya dengan ganas. Setelah kejadian itu ketiganya ngebug bersamaan dengan napas tersengal.

Hukuman waktu itu sedikit demi sedikit membuat ketiganya dekat dan saling terbuka, biasanya Lulut tidak mau duduk bersama dalam satu ruangan dengan Rajendra namun sekarang Lulut mau duduk bahkan becanda bersama.

"Bosen banget." Keluh si bungsu. Toples nastar di pangkuannya sudah habis tanpa sisa. Padahal kemarin di atas meja masih ada tiga toples lagi.

"Makanya bantuin kakak." Renjana kembali bergelut dengan tugas, terpaksa! Kalo tidak di kerjakan Ia tidak akan mendapatkan nilai.

Sedangkan Rajendra masih sama, mengutak-atik kamera analog pemberian Kakek dengan khusyuk terkadang dia tersenyum saat melihat potret aib Renjana disana, ini rahasia. Renjana tidak pernah tahu kalo kamera itu berisi aib-aib Kembarannya.

Lulut seperti ikan di daratan tubuhnya melekuk ke sini membuat Rajendra menyerit bingung. Ah dia punya ide! Rajendra melesat ke kamar untuk mengambil sesuatu.

"Adek bosen kan? Kita main ular tangga aja."

Benda yang Rajendra bawa adalah mainan ular tangga yang ia beli di depan sekolah, niat nya sih Ia kasihan melihat penjualan mainan itu.

Kertas berukuran sedang itu kini terhampar di atas ubin, dadunya kecil sampe nggak keliatan namun dengan kekuatan mata batin masing-masing angka di dadu itu terlihat, Renjana menyerah dengan gambar peta dunia itu akhirnya bergabung dengan Rajendra dan Lulut.

"Nggak ada cemilan nih?" Tanya Lulut melihat kedua kakaknya.

Bunda sedang ke pasar tapi lama banget, sudah hampir tiga jam Lulut menunggu, menunggu cemilan tepatnya. Anak bungsu Tuan Andromeda ini sangat suka makan tidak heran kenapa pipi Lulut sangat berisi.

"Gopud atuh gopud."

"Siapa yang bayar?"

"Lo lah! Kan Lo Abang!"

"Iya kan Dek?"

Lulut mengangguk lucu menyetujui ucapan Rajendra, selepas mendapatkan persetujuan Renjana. Lulut langsung membuka aplikasi Go Food untuk memesan makanan yang Ia mau, Renjana hanya bisa pasrah saat kang go food datang dengan dua kantung kresek di hadapan nya.

"Terima kasih, ini satu untuk Abang. Semangat kerjanya."

Lulut memekik senang membuka dua kresek itu. Permainan berlanjut, wajah mereka sudah hancur tekena olesan bedak bayi yang paling mengprihatinkan disini adalah Renjana wajah tampannya hampir tidak terlihat lagi.

Rajendra tidak mau menyia-nyiakan momen ini dengan segera Ia mengambil kamera analog kakek lalu memotret Renjana dengan sangat niat, seperti ada yang aneh dengan kameranya, setelah di lihat-lihat ternyata ini bukan kamera Jendra tapi kamera Renjana. Ia penasaran kembarannya menyimpan Poto apa saja di kamera ini, tatapannya membulat tidak percaya saat melihat poto-poto di dalamnya. Poto-poto ini sangat bagus, bukan Poto aib seperti yang suka Rajendra bidik.

Sebelum bertanya suara dari ambang pintu membuat mereka bertiga menoleh.

.
.
.
.
.
tbc

3. 11. 2O22

Republish: 5 Januari 2O23

Photograph✓Where stories live. Discover now