Siap! Rajendra Salah

223 36 6
                                    

"Maaf Ayah mencela, itu bukan punya adek tapi punya aku."AC di ruangan ini tidak mati tapi suasana di meja makan semakin panas, Lulut tidak berani membuka mata.

Renjana menatap Rajendra tidak percaya, Ia tahu tabiat kembarannya sendiri, Rajendra lebih baik Remedial sampai punya sertifikat dari pada melakukan hal memalukan seperti itu.

"Rajendra Sajora!"

"Siap! Rajendra salah."

PLAK!

"Ayah!"

Renjana maju melindungi adiknya, Ia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya."Itu bukan punya Rajendra Ayah, nggak mungkin kembaran aku ngelakuin hal kaya gitu."

"Dia mengaku sendiri! Renjana. Minggir! anak itu harus di hukum, kemarin dia mencuri makalah Baron dan sekarang mencontek! Besok-besok apa?"

Ayah tiga anak itu berusaha meraih tangan anak keduanya. Renjana tidak bisa membiarkan Ayah melukai Rajendra lagi. Luka di punggungnya masih basah.

"Kamu mau Ayah hukum juga!"Bentakan Andromeda menggelegar, cicak-cicak di dinding pun terhenti mendengar bentakan itu.

Bohong jika Renjana tidak takut dengan ancaman itu mendengar bunyi cambukan membuat kepalanya pusing napasnya sesak tapi Ia tidak bisa membiarkan Jendra merasakan cambukan itu lagi.

"Ayah... Percaya kan sama anak-anak Ayah? Dulu Jendra nggak naik kelas karena dia jujur. Kembaran aku nggak berani nyontek sedikit pun walaupun peluangnya besar, Jendra milih bekerja jujur!"

Andromeda sangat ingat kisah tahun 2019 itu, kisah yang membuatnya malu dan memilih menyembunyikan keberadaan Rajendra.

Semua orang mengira salah satu anak kembar tuan Andromeda bersekolah di luar negeri tapi nyatanya dia ada di dekat mereka sangat dekat.

"Nggak Bang itu punya Jendra, aku titipin ke Lulut tadi soal nya seragam aku mau di cuci takut ke tahuan Bunda. Iya kan dek?"

Tidak ada pilihan lain selain mengangguk.

"Denger sendiri kan mas! Jendra yang salah. Hukum dia jangan lulut."

"Nggak Ayah! Jangan hukum Jendra lagi."Suara Renjana semakin meninggi saat ayah mencekal tangan Rajendra.

"Kalian berdua saya hukum."Final nya tanpa bantahan.

•••••

Gudang ini tempat barang-barang lama tidak terpakai di buang, seperti kuris, lukisan dan juga meja-meja kayu yang sudah di makan rayap. Dua anak manusia itu saling diam meringkuk di lantai. Sudah hampir tiga jam mereka di kurung disini menurut jam tangan yang dikenakan Renjana waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Jujur sama gue. Itu bukan punya Lo kan?"

"Bukan."

Jengah! Renjana memukul kepala adiknya dengan bantal lapuk yang ia temukan di tumpukan baju-baju bekas,"kalo buka punya Lo ! Kenapa bilang ke Ayah itu punya Lo Rajendra Sajora!"

Rajendra mengelus kepalanya pelan, pukulan itu tidak terasa apa-apa tapi kapuknya mengenai rambut paripurna Rajendra belum lagi bau apek bantal itu sangat mengganggu penciuman.

"Meskipun gue nggak percaya itu punya adek, tapi Ayah pasti akan tetep hukum dia, apalagi kertas itu ada di saku seragam Lulut. Apa Lo tega liat adek di hukum sama Ayah? Di kurung di gudang nanti Asmanya kambuh gimana? Atau paling parah di pukul? Gue juga sama Bang ,akan melakukan hal yang sama dengan apa yang Lo lakuin tadi, ngeluangin adek gue sendiri."

"Walaupun Lulut nggak sayang sama Lo?"

"Tapi gue sayang sama dia bang sama Lo juga, Maaf gara-gara gue Lo harus ikut di hukum disini."

"Nggak masalah, cari selimut atau apa gitu buat tidur."

Seperti menemukan harta Karun mata Rajendra berbinar saat mendapat baju-baju masa bayinya, semua baju itu sama memiliki motif dan warna yang sama.

"Ternyata Ayah sama Bunda nggak buang baju-baju kita Waktu bayi." ucap Jendra takjub dengan penemunya, Ia semakin mengulik isi kardus itu membuat atensi Renjana teralihkan sepenuhnya,"liat baju nya kena noda coklat itu pasti Lo yang jahilin gue."

Renjana mendelik mangambil salah satu baju bayi itu, baju-baju mereka dulu sama, selaras, namun sekarang mereka tidak mau memakai barang couple, kolor saja kalo sama mereka akan berdebat seharian.

"Jangan Suuzon, yang ada gue yang terzalimi. Lo kan petakilan." Jika melihat album kecil mereka, ada Poto dimana Rajendra jungkir balik dengan pakai astronot.

"Ngaku aja, di album muka gue di coret-coret itu maksudnya apa ya?"

"Waktu keci-"

"Suara apaan tuh? Kaya ada yang manggil." Takut Renjana memeluk tubuh Rajendra dari samping, aslinya Renjana penakut, sangat-sangat penakut.

"Kak Jana...Kak Jendra... Ini Lulut."

"Lulut?" Si kembar berlari ke arah pintu mereka bisa mendengar adiknya menangis.

"Maafin aku... gara-gara aku kalian di hukum, tenang aja aku bawa kunci kalian bisa keluar." saat Lulut akan membuka pintu suara kedua kakak kembarnya mengehentikan pergerakan tangan itu.

"Jangan di buka, nanti ayah semakin marah. Kamu nanti yang kena, kami nggak papa kok dek. Kamu mendingan sekarang ke kamar, tidur."

"Bener kata Jendra mendingan kamu tidur."

"Tapi..."

"Tidur dek, kita udah dapet selimut dan bantal kok kamu nggak usah khawatir apalagi merasa bersalah."

Lulut kembali ke kamar dengan persamaan hampa Ia tidak bisa tidur nyenyak, Lulut memikirkan nasib kedua kakaknya.

.
.
.
.
.
tbc

3. 11. 2O22

Republish: 4 Januari 2O23

Photograph✓Where stories live. Discover now