Hidup Berjalan seperti bajingan

167 25 3
                                    

Benar apa kata Nadin amizah;hidup bejalan seperti Bajingan! Bertahun-tahun menapak pada bumi mengadah untuk melihat langit, Narwasita tidak pernah merasa apa itu hidup tenang, kehidupannya berputar pada bara api, sebenarnya tuhan punya masalah apa dengannya?!

Narwasita sudah cukup menderita sejak kecil, dan sekarang hidupnya semakin menderita! Apalagi laki-laki bajingan itu terus saja meninta uang kepadanya, ibu wanita cantik tapi kecantikannya itu digunakan untuk memikat laki-laki tengik yang sialannya harus Ia panggil dengan sebutan Ayah.

Setiap hari bekerja di toko baju tanpa libur dengan gaji di bawah satu juta membuat Narwasita harus memutar otak agar uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, gaji yang seharusnya cukup untuk makan tiga Minggu, membayar listrik dan air harus raib detik itu juga.

Selain gemar judi Ayahnya juga gemar mabok-mabokan, ibunya dulu meninggal karena HIV itu di sebabkan karena ayahnya kerap kali tidur dengan wanita lain, Setelah ibu tiada Narwasita ingin Pergi dari rumah ini namun ia tidak mau jika rumah hasil jerih payah ibunya di hak milik oleh laki-laki bejad itu.

"Mana sertifikat rumah ibu!"

"Gue nggak akan kasih! Kalo gue kasih pasti Lo bakalan jual rumah ini kan? Sialan!"

Niat Narwasita memang seperti itu Ia akan menjual rumah ini lalu pergi sejauh-jauhnya dari kota ini. Maaf ibu, kenangan kita di rumah ini memang banyak tapi aku juga ingin menjemput kebahagiaan ku Bu, kebahagiaan yang ibu nggak pernah kasih ke aku.

"Ayah nggak ada hak atas rumah ini! Rumah ini sudah ibu wariskan untuk aku! Jadi mana sertifikatnya?"

"Anak nggak tahu diuntung! Setelah gue ngebesarin Lo bukannya balas Budi sama orang tua malah makin kurang ajar!"

Botol kaca itu tergantung di udara, dengan begitu Ayahnya keluar dari rumah menyisakan Narwasita yang menangis sesegukan.

Narwasita tidak bisa terus menangis seharian, Ia mengambil tas selempang yang menggantung di belakang pintu, mengunci rumah dengan rapat agar maling tidak bisa masuk.

Uang gajinya sudah habis di ambil laki-laki bajingan itu. Narwasita tidak mungkin meminta kasbon kepada bosnya, langkahnya ia kayuh menuju pasar, disana ada nenek penjual kue yang selalu mengajak Narwasita berdialog lara tentang masalah hidup.

"Laris nek dagangannya?"

Nenek itu tersenyum membawa satu lengan Narwasita untuk ia genggam."Alhamdullilah, kemarin juga ada anak baik yang borong kue nenek, kamu apa kabar? Jarang keliatan akhir-akhir ini."

"Aku kan kerja rodi nek, dari Senin sampe minggu. Sekarang bisa pulang awal karena si bos lagi ulang tahun."

"Mau kerja sesuai keinginan itu memang sulit, dulu saja nenek bekerja di pabrik uangnya di pake untuk membiayai kehidupan keluarga dan adik-adik."

"Nenek hebat, pasti adik-adik nenek bangga." Narwasita mengacungkan kedua jempolnya pada sang nenek.

"Bangga? Mana Aya sita, Adik-adik nenek malah marangtangul ." Ucap si nenek.

Ia melongo tidak percaya, orang sebaik itu pun masih tidak dihargai lalu apa kabar dengan Narwasita yang setiap hari kerjaannya sambat? Gak sambat nggak hidup.

"Sekarang kamu mau kemana?"

"Aku mau ke toko bunga Bu cinta, mau jualan bunga di lampu merah, uang ku udah habis diambil si bangsat! Padahal baru gajian."

Tidak ada rasa canggung saat Narwasita mengumpat di depan nenek penjual kue karena sudah biasa mendengarnya menyumpahi Ayahnya sendiri.

"Jangan sering-sering ngomong kasar engke eweuh nu bogoh."

Narwasita tergelak menurutnya hal itu sangat lucu bahkan Ia tidak ada keinginan untuk menikah sama sekali, jika tidak ada yang suka dengannya ya tidak pa-pa.

"Aku juga maunya nikah sama Jungkook BTS aja, masih muda udah sukses lah aku masih muda gini-gini aja hidup."

" lho Emang si jungkuk deek Jeung anjeun?"

Jawabannya pasti tidak! Itu hanya banyolan saja, kalo nggak sama Jungkook sama Haruto lah ya! Makin ngelunjak memang.

Usai mengobrol dan bersenda gurau, di tangannya sekarang sudah ada banyak bunga kertas untuk ia jual. Semoga banyak yang beli, doanya dalam hati.

Bukannya terkabul tangannya malah ada yang menarik untuk di ajak berlari, tunggu! Ada apa sebenarnya ini? Mereka dikejar masa,"saya mau di bawa ke mana Eh?!

Tidak ada respon orang itu semakin menguatkan genggam tangannya, mereka sekarang terpojok, jalan buntu. Narwasita kira orang-orang yang mengejarnya sudah berlalu dan menyerah mengejar mereka ternyata tidak, orang-orang itu semakin mendekat.

.
.
.
.
.
tbc

3. 11. 2O22

Republish: 6 Januari 2O23

Photograph✓Where stories live. Discover now