RedRose 4

351 60 12
                                    

Kalian baca cerita ini dimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian baca cerita ini dimana?

-

Don't trust others too much, even your own shadow leaves you in the dark-

***

Rintik gerimis membasahi sesosok tubuh berhodie. Dengan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya, menyisakan kedua bola mata dengan sorot menajam tengah berdiri mengeluarkan sebuah kartu masuk ke salah satu arena terlarang yang berada di pinggiran kota Barcelona.

Kedua pemuda saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya mempersilahkan sosok itu untuk berjalan. Malam kian larut memberitahu bahwa seharusnya tidak ada satu orang waras pun yang mau berjalan di tengah gang-gang berlampu remang. Meskipun sebelah kanan-kiri merupakan bangunan yang disulap menjadi pertokoan, tapi ia tahu jika semua adalah kamuflase semata.

Beberapa pasang mata melirik penuh tanya membuatnya sebisa mungkin mengabaikan suara godaan dari pria-pria hidung belang yang kesadaraanya mungkin tinggal lima belas persen akibat banyaknya alkohol yang mereka konsumsi.

Sebuah kedai ramen yang masih ramai akan pembeli menyita perhatiannya untuk melirik orang-orang yang tengah berbincang dan sudut bibirnya tanpa sadar tertarik mencibir. Ia yakin semua yang berada disana sama sepertinya terjerat akan kegelapan yang tak berujung.

Ia terus berjalan hingga beberapa blok kemudian bertemu dengan persimpangan. Langkahnya berbelok ke kiri. Suasana gang yang dilalui kali ini begitu sepi tidak seperti bagian depan yang masih terdapat orang berlalu-lalang. Beberapa meter kemudian ia menjumpai sebuah tempat sampah yang bau tak sedapnya tersamarkan oleh rintik gerimis. Makin deras air yang turun membuatnya semakin merapatkan mantel hodie.

Ia terus saja melangkah di gang sepi yang di terangi oleh cahaya lampu kuning di teras pertokoan yang tutup. Cahaya remang-remang menuntunnya pada tujuan yang selalu ia kunjungi saat tugas sudah menanti esok hari. Beberapa lampu terlihat berkelap-kelip karena dayanya yang sebentar lagi akan habis. Semua suasana yang ia lalui sepanjang jalan membuat pertahanan dirinya meningkat waspada; barangkali seseorang tiba-tiba muncul menyerang.

Pada akhirnya ia sampai di sebuah toko barang antik dengan plang La Clandestina. Dengan mendorong pintu berwarna merah yang sudah berkarat menampilkan seorang pria muda yang kurus dengan tato di sekujur tubuhnya sedang memegang kaca pembesar dan tampak mengamati sebuah benda di tangan.

"Buenas noches." sosok itu menyapa.

Pria kurus yang merupakan penjaga toko tersebut menatap dan berjalan menghampirinya.

"Dua untuk satu?" tutur sang penjaga toko.

"Satu." jawab sosok berhodie itu.

Kemudian sang penjaga toko bergeser ke belakang sosok tersebut, membuka pintu masuk tadi dan menengok ke kanan-kiri memperhatikan sekitar untuk memastikan tidak ada seorang pun yang membuntuti.

Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang