-A-

5.7K 536 34
                                    

🔐

"Anjirrrrrr!"

Adila terlonjak dan segera menempelkan telunjuknya di bibir saat Anjani menggebrak meja tanpa peduli seisi kelas kini menatap ke arah mereka.

"Sssst! jangan berisik!" dengus Adila. "Emang ya, nama seseorang tuh mencerminkan dirinya sendiri. Buktinya nama lo Anjani, dan sekarang lihat? lo jadi sering ngomong 'anjir'"

Anjani tak peduli mengenai ucapan Adila tentang namanya atau apalah itu. Yang terpenting saat ini ia masih shock akibat perkataan Adila beberapa detik lalu.

Saat ini kelas 12 IPA 2 ramai seperti biasa, apalagi sedang ada jam kosong seperti ini.

Seorang cewek dengan rambut kuncir kuda masuk dan meletakkan dua pesanan jus untuk dua sahabat sejatinya.

"Nih, udah gue beliin! Kurang apa lagi coba gue sebagai temen?"

Adila mengacungkan jempolnya. "Mantep emang sohib gue satu ini!"

Dinar mendengus lalu duduk di hadapan Adila dan Anjani. "Ck! Tau gak kalian berdua? Tadi gue lewat kelas dua belas ipa satu! Gileeeee gak ada kata jamkos di kelas mereka, sekelas belajar semua! padahal kan gak ada guru!" cerocos Dinar.

Adila memutar bola matanya. "Kelas sana kan emang sok ambis."

"Iya juga!" Dinar melipat tangannya di depan dada. "Mentang-mentang di sono ada tiga unggulan, yang lain jadi ikut songong. Dipikir kelas mereka oke banget apa?"

Adila menyeruput jus buah naganya. Sebenarnya kelas itu di isi murid-murid yang memiliki keluarga dengan status sosial tinggi. Jadi tidak heran jika mereka yang ada di kelas 12 IPA 1 selalu paling diunggulkan dalam tanda kutip.

"Untung kelas kita ada elo, Dil. Setidaknya nih masih ada satu unggulan, biar gak dikatain buruk-buruk amat," ucap Dinar santai lalu menoleh ke arah Anjani yang sedari tadi diam. "Nape lo Jan? Sawan?"

Anjani menatap Dinar pilon. "Lo harus denger apa yang dibilang Dila tadi!"

Seketika Dinar menatap Adila. "Hah, Apaan emang?"

"Dil! Sekarang lo ulangin lagi kata-kata lo yang tadi," serbu Anjani. "Cepetan!"

"Yang mana? Yang gue bilang kalo gue bosen?"

Anjani menggeleng. "Setelahnya!"

"Kentut lo bau?"

Dinar ngakak di tempat.

Anjani berdecak. "Anjir! Setelah itu!"

"Oh, yang gue bilang gue bakal ikut olimpiade sama lima unggulan lain?"

"APAAA?" teriak Dinar yang langsung dihadiahi toyoran oleh Adila.

"Biasa aja kali .... kagak lo, kagak Jani, kenapa heboh banget deh!"

Dinar membenarkan posisi duduknya. "Elo serius?"

Adila mengangguk. "Emang gue pernah bohong sama lo pada?"

Dinar meneguk ludahnya kelu.

"Gila sih! Padahal udah dari tahun dua ribu dua puluh dua olimpiade dihapus. Sekarang ada lagi?"

TREASUREWhere stories live. Discover now