14. TAGASA SADBOY

21.2K 1.1K 9
                                    

Hai call me Aca!

Happy reading semuanya~~

*****

"Varezo! Lo apaain leher gue!!"

Geby berteriak histeris ketika melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Perempuan itu meraba-raba lehernya yang di penuhi jejak kemerahan, seperti habis di gigit vampir.

"Varezo!" Panggil Geby berteriak keras.

Varezo yang sudah lengkap dengan seragam sekolah SMA jayatuna pun masuk kedalam kamar mandi dengan perasaan panik. "Ini masih pagi kenapa teriak-teriak, sih? Bikin orang panik aja."

Tanpa beban, tangan mungil Geby memukul lengan kekar Varezo sekuat tenaga. "Gue juga panik pas liat leher gue merah-merah kek gini," ucapnya sambil menunjuk lehernya sendiri.

"Di gigit nyamuk kali," kata Varezo yang tidak mau mengakui kesalahannya.

"Nggak mungkin! Pasti lo semalam grepe-grepe gue 'kan?" Tuduh Geby tepat sasaran. "Ayo ngaku, lo!"

Varezo menggaruk tengkuknya bingung sekaligus panik jika Geby akan marah padanya. Dengan canggung Varezo mengangguk, lalu dengan cepat cowok itu berlari keluar dari kamar mandi.

"Melayani suami di atas ranjang itu bisa buat lo masuk surga!" Tutur Varezo setengah berteriak. Hingga akhirnya, suara cowok itu tidak terdengar lagi di telinga Geby.

Walaupun Varezo itu laki-laki, tapi tetap saja dia takut jika perempuan sudah dalam mode berapi-api. Galaknya melebihi singa kelaparan.

Geby menggeram tertahan. Perempuan itu mengacak-acak rambutnya frustasi, lalu kembali menatap lehernya. Varezo terlalu agresif, hingga meninggal jejak begitu banyak.

Setelah ini Geby harus berpikir bagaimana cara untuk menutup lehernya agar karya Varezo di lehernya tidak nampak.

*****

Sudah lengkap dengan seragam sekolah dan di baluti Hoodie berukuran besar, Geby berjalan menuju ruang tengah di mana Varezo sedang duduk santai sambil bermain ponsel.

"Ayo buruan!"

Varezo mengangkat pandangannya lalu kembali fokus pada ponselnya, "ini udah jam delapan, lo masih mau ke sekolah?"

"Mau jam dua belas sekaligus gue tetep mau ke sekolah. Lebih baik telat datang dari pada nggak datang sama sekali."

"Salah lo juga kenapa nggak mau bangunin gue. Jadi gini kan sekarang," ujar Geby sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Ayo buruan!"

"Kok jadi nyalahin gue sih? Salahin aja diri lo yang susah banget di bangunin," lontar Varezo apa adanya.

Laki-laki itu menyimpan ponselnya di dalam saku celana, lalu berdiri di hadapan Geby yang tingginya hanya sebatas dada Varezo. "Pendek banget kek tuyul," ejeknya.

Geby yang tidak terima di katai seperti itu langsung memukul lengan Varezo. "Gue itu nggak pendek, lo-nya aja yang ketinggian. Udahlah, malas gue berdebat sama orang setres kek elo."

Sebelum pergi Geby lagi-lagi memuku lengan kekar suaminya, setelah itu ia pergi tanpa rasa bersalah sedikitpun. Banyak berdebat dengan Varezo, bisa membuat orang darah tinggi.

Varezo menggeleng sambil mengelus lengannya. "Untung gue sayang istri. Kalau enggak, udah gue kubur hidup-hidup tuh singa betina."

Varezo mengambil tas ranselnya yang ada di atas meja, lalu segera menyusul Geby. Takut jika perempuan itu mengamuk lagi.

Saat sudah mengunci pintu, Varezo langsung berjalan menuju mobilnya dan masuk kedalam. "Beneran mau pergi sekolah, nih?"

"Beneran, Padok; pangeran Kodok yang sok ganteng."

VAREZO [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now