43. BAHAGIA ITU SEDERHANA

8.3K 713 12
                                    

"Tuhan selalu membolak-balikkan hidup. Mungkin saat ini kau di atas, dan mungkin besok-besok kau sudah di jurang." - Achaa

••🦋••

Varezo menendang kerikil di bawahnya dengan perasaan campur aduk. Laki-laki itu terus berjalan maju hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Hamparan pasir putih dan deru ombak yang tenang menemani kegalauan Varezo malam ini.

Keputusan Septian yang ingin menikah lagi adalah kabar terburuk yang pernah dia dengar. Padahal beberapa tahun yang lalu pria itu pernah berjanji untuk tidak akan menikah lagi dan selalu setia pada almarhumah bundanya.

Namun, sekarang apa yang terjadi. Ayahnya itu malah ingin melamar Tante Dilla yang notebene adalah ibunya Ando. Varezo benar-benar belum siap jika harus berbagi ayah dengan Ando. Kasih sayang Septian hanya untuk dirinya dan juga Almarhumah bundanya. Dia tidak mau berbagi apalagi terbagi.

Varezo menghirup udara malam dalam-dalam, mengisi pasokan udara kedalam paru-paru sebanyak mungkin. Mencoba menenangkan hati yang tadinya terasa sesak.

Laki-laki itu melirik jam tangannya yang kini menunjukkan pukul sebelas lewat. Ia berjalan menuju batu karang berukuran besar dan duduk dengan posisi kedua tangan yang menyangga di masing-masing tubuh.

Mata Varezo refleks terpejam beberapa menit ketika hembusan angin laut menerpa permukaan wajahnya, menyebabkan rambut yang menutupi dahi Varezo terhempas tak beraturan.

"Ayah jahat kan Bun? Dia mau nikah lagi dan ngelupain kita ..., " lirih Varezo setelah beberapa menit tak bersuara.

"Dia udah dapat kebahagiaan barunya dan ngelupain orang yang udah buat dia bahagia selama bertahun-tahun. Ayah berpaling karena orang baru."

Varezo mengadahkan kepalanya menatap langit hitam dengan taburan bintang yang menghiasi. Mata laki-laki itu mulai berkaca-kaca tak kuasa menahan sakit di dadanya.

"Lo nggak boleh egois," ucap seseorang di belakang Varezo, lalu berjalan perlahan naik keatas batu karang. "Ayah lo berhak nentuin kebahagiaannya sendiri."

Varezo berdecih tidak suka. Pikirannya yang tadinya mulai adem ayem, kini memanas ketika Ando tanpa pamit duduk di sebelahnya dengan tampang menyebalkan.

"Dia ayah gue. Lo sama nyokap lo gak bakalan pernah gue izinin buat rebut kasih sayang ayah Septian!" ucap Varezo setengah membentak di samping Ando.

Ando manggut-manggut saja menanggapi ucapan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi adik tirinya, tanpa mau perduli.

Kedua cowok itu sama-sama terdiam dalam kurun waktu yang cukup lama. Hanya suara air laut yang menghantam dermaga yang menemani keheningan mereka berdua.

"Dokter Dilla itu bukan ibu kandung gue," kata Ando membuka suara. Dan tentu saja membuat cowok di sampingnya terkejut bukan main. "Gue cuman anak yang di buang di toilet rumah sakit dan di pungut penuh sayang sama dokter Dilla."

"Dongeng lo gak bisa buat gue luluh, Ndo. Cuman karena bisa dapat harta ayah gue, lo ngaku jadi anak pungut. Di bayar berapa lo sama Tante Dilla?" tangkas Varezo terkekeh geli mendengar ocehan Ando yang terkesan tiba-tiba.

"Mulut lo ternyata lebih tajam dari silet." Ando melirik Varezo bengis. "Cuman lo orang yang tahu tentang hal ini. Agatha, Laras dan Rudi bahkan nggak tahu soal rahasia hidup gue."

"Terus? Lo cerita sama gue biar bisa dapat restu? Gitu maksud lo cerita semuanya sama gue?"

"Nggak juga. Gue cuman mau cerita aja. Seenggaknya ngurangin beban yang selama ini gue pikul." Ando menghela nafas panjang.

"Lo percaya kalau gue gak bakalan bocorin masalah sebesar itu?" tanya Varezo.

"Gue percaya sama adik tiri gue." Ando membalas dengan senyuman tipis. Membuat Varezo meringis melihatnya.

VAREZO [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now